Ketiga

7 2 0
                                    

Pernah waktu itu di hari Minggu malam, aku dan Angga mengunjungi sebuah pasar malam yang tengah ramai pengunjung.

Aku membeli permen kapas warna merah muda dan Dyas warna biru.

Kami duduk di bawah sebuah pohon besar dan bersandar disana.

Lawakan-lawakan Angga mulai menemani malam itu, sampai ia mengucapkan suatu hal yang tidak mungkin bisa aku lupakan, “lo adalah salah satu impian gue, berada di dekat lo, dan selalu ada buat lo adalah tugas gue. Dan sekarang, gue merasa semua tugas gue udah terpenuhi, tinggal satu tugas gue yang belum terlaksana ; menjadi alasan seorang Nimas Pamela bahagia.”

Dan kalian tahu? Butuh 7 hari 7 malam agar aku tidak menangis kala berada di dekat Angga. Angga mengatakan kalau saat itu aku lebay, tapi dia tidak mengerti kalau itu bawaan seorang perempuan yang selalu terbawa perasaan.

Hari ini, aku berencana untuk pergi dengan Angga. Berhubung malam ini malam Minggu. Aku menunggu Angga di rumah.

Kami berencana pergi pukul 19.00. Aku sudah berdandan rapi dengan balutan dress putih selutut tanpa lengan.

Aku menghubungi Alifya terlebih dahulu, memberi tahu kalau hari ini aku akan jalan dengan Angga. Alifya hanya sibuk menasehatiku dan menyuruhku memberi tahu Angga agar tidak ngebut-ngebut dalam melajukan kendaraan.

Sudah hampir satu jam aku menunggu Angga di depan rumah. Tadi mama sempat menyuruhku masuk dahulu, tapi aku menolak.

Aku yakin, sebentar lagi Angga pasti datang.

Aku mulai merasa khawatir, aku menghubunginya tiada henti, untuk sekadar bertanya, ‘apakah ia baik-baik saja?’

Sampai aku mendapat panggilan dari nomor Angga. Aku langsung tersenyum lebar, dan segera mengangkatnya.

“Halo? Angga, kamu dimana? Baik-baik aja kan?” sapaku hangat.

“Apa benar, ini dengan Nimas Pamela?”

Sebuah suara yang terdengar berbeda dengan suara Angga membalas sapaanku.

Aku langsung mengeluarkan keringat dingin saat mendengar suara itu.

“I-iya saya sendiri,” balasku.

Beberapa menit tak terdengar balasan di sebrang sana.

“Ada apa ya?” tanyaku lagi, heran.

“Maaf, saya dari kepolisian, ingin memberitahukan kalau saudara Angga Satria mengalami kecelakaan di Jalan Kumbang, saudara Angga mengalami pendaraan hebat di bagian kepala dan saat ini telah dilarikan ke rumah sakit setempat, tepatnya di RS Kusuma Jalan Merpati putih, Dago. Saya mengabarkan anda, karena saya pikir anda orang penting, terdapat sepucuk surat bertuliskan nama anda di bunga mawar yang saudara Angga bawa,” jelas polisi itu.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang