Stay

Akhir

Hari ini, hari pemakaman Angga. Aku datang untuk memberikan do’a. Bagaimanapun juga, Angga adalah hidup keduaku. Aku menabur bunga disana. Mengusap kayu tanda nama Angga.

Setelah semua orang pergi, tinggal aku dan Tante Ratna-mama Angga- disana.

“Nimas, kamu tahu? Saat Angga berpisah denganmu dulu, ia selalu merengek dan meminta untuk kembali dipertemukan denganmu.”

Aku terdiam mendengar itu. Rasa sesak dan bersalah kembali bermunculan, membentuk gejolak yang sangat menggelegar.

“Lalu, saat dia SMA. Takdir kembali mempertemukan kalian.” Aku lagi-lagi terdiam mendengarnya.

“Angga selalu menceritakan kamu kepada tante. Tiada henti ia membicarakan hal-hal kecil tentang dirimu.”

“Sampai ia dapat kembali menjalin hubungan denganmu, ia sangat bahagia. Ia seperti manusia paing bahagia di dunia ini, kala itu.”

Wanita itu tertawa ringan, seperti tengah mengingat sesuatu yang konyol.

Aku merasa sangat bersalah melihat itu, “ini salahku tante, jika saat itu kami tidak berencana untuk menghabiskan waktu bersama, ini semua takkan terjadi,” sesalku.

Wanita itu menggeleng dan tersenyum di tempat. “satu hal yang perlu kamu ketahui, Nimas. Angga mencintaimu melebihi apapun di dunia ini, melebihi jiwa dan raganya sendiri. Kamu, adalah hidupnya, Nimas.”
Mendengar itu, hatiku melembut.

Aku tersenyum menatap langit senja yang kian menyambut. Hujan menemani senja menguning saat itu, Dan aku berharap, ini pertanda bahwa Angga tengah bahagia di suatu tempat, dimanapun itu.

_________

Angga, terima kasih untuk semuanya. Terima kasih untuk segala kasih yang kamu berikan. Maaf untuk segala ketidak sempurnaan yang kamu dapat dariku. Ada berjuta-juta kata yang dapat mendefinisikan tentang perasaanku padamu. Dan hanya satu kalimat yang dapat mewakilkan semuanya, aku mencintaimu, Angga Satria.

Yang kini tertinggalkan,
Nimas.

-
--
---

A/n : Hehehe, sebenernya ini udh ada lamaa bgt di files gue, makanya daripada nganggur gue publish aja disini. Semoga sukaa.

Mezafaran