The first scratch

103 16 8
                                    

Aga terlonjak kaget saat terbangun dari mimpi nya. "Nightmare!" katanya tanpa sadar. Ia melirik kekiri 02.20.
Tiba - tiba kepalanya terasa amat sakit dan jleb Agata tak sadarkan diri.

Matanya mulai membuka perlahan, menahan silaunya sinar mentari pagi yang masuk melalui celah ventilasi kamarnya. "Aww..." erangan kecil dari Aga terdengar memilukan. Kepalanya kembali merasakan sakit.
Hari ini ia akan memulai hari baru, meski dengan sakit yang tiba tiba menghampirinya, ntah dari mana sakit kepala ini muncul. Seingat nya ia tak memiliki riwayat gegar otak.
Setelah sakitnya meredah, Aga bersiao untuk ke sekolah baru nya.
Ia sendiri.......

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Deretan gedung tinggi menjulang menemani Aga di pagi hari nya. Sambil membawa peta kota itu Aga terus menyusuri jalanan, hingga kakinya berpijak di kawasan bernama "VELLO SENIOR HIGH SCHOOL" dengan gaya bangunan Eropa tua namun masih kokoh dan terawat. Nampak Indah.

"Permisi Sir...." Agata mencoba membaca name tag seorang laki laki paruh baya didepannya namun langsung di potong oleh orang itu sendiri.
"Marco". "Apakah kamu murid baru disini ? Saya adalah penjaga VelloShs. Saya akan antar kamu ke Mr.Alvin".
Agata hanya mengikuti orang yang menyebutkan namanya tadi adalah Marco.

Mereka memasuki ruangan yang begitu banyak benda benda seni, hmm layak nya museum artistik. Dan di ujung ruangan, dibalik kursi kebesarannya Mr.Alvin duduk sambil membaca buku yang tebalnya hampir setengah meter.
"Gedung kiri, lantai 3, kelas 11A". Tanpa melihat kearah siapa yang datang Mr.Alvin langsung memberikan intruksi. Ntahlah apa ia tak ingin melihat wajah Agata atau memang seperti itu. Yah kota ini sedikit aneh.

Tok... Tok.. Tok..

Agata mengetuk pintu kelas nya, ya kelas yang diperuntukan kepadanya oleh Mr.Alvin. Pintu kelas terbuka dengan seorang permpuan di baliknya, yang ia yakini adalah guru yang sedang mengajar. Agata masuk setelah dipersilahkan oleh gurunya tersebut.
"Perkenalkan dirimu"

"Nama saya Agata Leonard. Mari berteman baik".
Hanya itu yang Agata ucapkan kepada teman barunya tak ada senyum sedikitpun diwajah tampan nya. Ia melirik bangku kosong dipojok kelas, tanpa disuruh Agata langsung duduk disana.

Sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru nya, Agata menukis sesuatu dibuku catatan nya, ya mungkin pelajaran. Tanpa ia sadari teman teman sekelas nya banyak yang curi curi pandang ke arahnya, bahkan ada yang dengan sengaja melihat ke arah Agata.

"Cih.. Manusia ! Sampah." Agata mendecih kecil, ia kesal dengan pandangan pandangan mereka.
Agata merasa bosan di kelas nya, karena pelajaran itu sudah ia pelajari disekolah nya yang dulu. Agata termasuk murid yang jenius, bahkan lebih dari kata jenius

"Permisi bu.. Saya izin ke toilet". Ucapnya sambil mengangkat tangan kanan nya. Dan berlalu menghilang di balik pintu kelas. Sebenarnya itu hanya alibi Agata saja, ia ingin menyusuri sekolah baru nya.

"Sekolah yang keren, bangunan indah, ruangan yang besar, tapi sayang.. Mereka semua nampak bodoh ! Muka sok polos. Menjijikan".
Hah Agata memuji lalu mengumpat.
"Apanya yang menarik ?" dan tiba tiba telinga Agata berdenging disusul dengan sakit kepala yang ia rasakan semalam, sakit sangat sakit hingga Agata jatuh di lantai.

Agata masih menahan sakit nya namun dihadapan nya ia melihat kaki yang mengetikan, dipenuhi darah, dan nanah. Kaki itu nampak gosong, beberapa tulang nya menyembul keluar. Agata menjerit namun tak ada suara yang keluar dari mulut nya, pita suara Agata seakan membisu.
"Kau akan terbiasa, kau sudah terpilih" suara itu terdengar lembut namun menyayat bagi Agata, ia tak mengerti. Apa yang sedang terjadi ? Mengapa ia seperti ini. Saat Agata hampir menangis karena sakit, tiba tiba sakit dikepala Agata lenyap dan sosok itupun ikut menghilang.

Agata terduduk lemas dikoridor atas sekolah yang sepi dan dingin,nafasnya memburi, keringat membanjiri tubuhnya, bibirnya masih gemetar, dan pandangan nya terpaku kosong. Setelah Agata dapat menetralkan tubuhnya. Ia memutuskan untuk kembali ke kelas. Tapi saat berbalik ia tak menemukan kelas nya, kelas yang disebutkan Mr.Alvin tadi, dan kelas kelas lain pun menghilang. Agata hanya melihat pintu pintu dengan warna merah dan hitam, tanpa label kelas, dan tanpa jendela. Agata bingung akan keadaan ini dan ia kembali teringat ucapan sosok mengerikan dihadapan nya tadi "kau sudah terpilih" apa maksud nya ? Terpilih sebagai apa.
"Aaarrgghh.." Agata menjerit sekuat nya hingga matanya terpejam kuat dan saat ia membuka mata, ia sudah ada di dalam kelas. Dengan seluruh mata mengarah kepadanya, termasuk guru nya.

"Heii Mr. Leonard, ada apa dengan mu ?". Tanya guru Agata.
Namun Agata hanya terdiam, tak bergeming sedikit pun. Dan perlahan lahan mereka mengalihkan pandangan masing masing, meluoakan Agata yang tiba tiba muncul di dalam kelas dengan jeritan.

Jam 13.00 sekolah Agata waktunya pulang. Agata pulang dengan berjalan kaki karena ia tak mempunyai apa apa untuk dinaiki. Agata melihat rumah nya dari kejauhan nampak ramai oleh beberapa orang padahal Agata tinggal sendirian disini, tapi mereka samar samar. Mungkin karena Agata melihat nya dari jauh, tapi semakin mendekat, mereka semakin dak terlihat dan menghilang. 

Agata masih mengabaikan kejadian kejadian yang menimpanya sesaat setelah ia pindah ke kota tua ini. Kota dengan keindahan yang tiada tara namun banyak rumor yang beredar bahwa kota ini memiliki banyak misteri. Agata pikir itu hanya mitos, mau tak mau ia harus pindah disini karena biaya hidup yang relatif murah disini. Agata harus hidup sendiri setelah otang tua nya dibantai secara tak beradab oleh manusia manusia tak tahu terima kasih. Agata menyesal telah selamat, seharus nya ia ikut mati membangkai bersama orang tua nya.

Agata masuk ke kamar nya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur mungil yang nampak tua namu masih kokoh. Ya itulah yang Agata lihat di kota ini, semua nya nampak tua, namun masih tetap kokoh. Pikiran Agata kembali melayang kepada kedua orang tua nya, orang yang Agata sayangi lebih dari apapun, mereka yang selalu ada untuk Agata disaat yang lain hanya ada untuk Agata diwaktu Agata senang.
Potongan tiap potongan kejadian itu selalu terlintas dikepala Agata. Darah yang mengucur dari tubuh kedua orang tua nya yang hampir kaku, tubuh yang tak lagi utuh, kepala yang hancur, jari jari yang terpotong, dan isi perut yang keluar kemana mana. Sadis. Sakit. Menyayat hati Agata, ingin sekali Agata membalas nya. Emas di balas emas, Darah di balas darah, dan Nyawa di balas nyawa.
Atau ingin sekali Agata menyusul mereka,  merasakan sakit yang mereka rasakan. Dan mati bersama. Seiring dengan pikiran itu, Agata menyayat perlahan tangan nya. Perih namun nikmat. Agata tak sadarkan diri.






Cerita baruku guys, aku mau coba genre psycho nih kek nya seru.
Tinggalkan vote dan comment kalian yah.







KNIFE of DEATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang