Whisper

45 10 2
                                    

Dingin, hampa, dan kosong. Itulah yang Agata rasakan sekarang. Sejauh matanya memandang hanya hitam yang ia lihat, apakah ia sudah mati ? Tapi ia masih berpijak.
"Dimana aku ? Apa diri ini akan masuk kedalam para pengikut Lucifer ? Matikah aku ?". Agata masih bertanya tanya pada diri sendiri. Seingatnya ia hanya menyayat kecil tangan nya dan yang ia rasakan hanya perih. Tapi sekarang jangan kan perih, bekas sayatan pun tak membekas di tangan nya, mulus seolah tak pernah terluka sedikit pun.
"Agata....". Agata mendengar bisikan yang memanggil nama nya, tapi dimana dia ? Didunia hitam yang tak terlihat apapun. Setitik cahaya pun tak menyinari tempat ini. Agata terus berjalan mengikuti suara itu tanpa berfikir panjang.

"Agata....". Bisikan itu kembali terdengar.
"Kemari...". Samar samar namun masih bisa didengar oleh Agata, tapi ia tidak tahu dimana asal nya suara itu. Kemana ia harus pergi, kanan, kiri, depan, belakang ? Atau haruskah Agata terbang.

"Agata.... Masuklah". Apa suara ini bodoh, pikir Agata.

"Heii ! Siapa kamu ? Dan dimana aku ? Masuk ? Apa kamu tak punya otak huh. Apa yang mau kumasuki ?".

Tiba-tiba tubuh Agata seakan seringan angin, tubuhnya tergerak kedepan dengan sangat cepat dan tanpa Agata sadari, ia masuk terperosok kedalam lubang yang sangat dalam.

Brak...

Agata jatuh mendarat mulus diantar kerikil dan tulang tulang yang berserakan.
"Bau ini...". Gumam Agata saat ia mencium bau anyir darah dan bau bangkai yang menusuk indra penciuman. Agata melihat disekelilingnya mayat-mayat berserakan, bertumpuk tak beraturan, darah dimana-mana, dan tulang-tulang yang mulai mengering.

"Huh sarang bangkai !" Desah Agata. Seolah pemandangan seperti ini hal yang lazim bagi nya.

Agata terus memperhatikan mayat-mayat itu, mereka sudah tidak utuh, beberapa diantaranya hanya tinggal kepala dan setengah badan. Mata yang keluar dan jari-jari tangan yang sudah terlepas. Namun ada hal lain yang menarik perhatian Agata, sebuah benda mengkilap diantara tulang, mayat dan darah. Agata mengambil pisau itu, ia jatuh cinta pada pisau itu. Kali pertama ia memegang pisau itu auranya seakan berubah. Ya Agata tahu, ia akan menikmati detik demi detik permainan ini.

"Welcome to the quarters Agata Leonard. The Prince of killing".
Suara ini kembali muncul disusul dengan munculnya sosok mengerikan yang Agata jumpai di koridor sekolah tadi.

"Kau ? Apa yang kau mau dariku ?". Tegas Agata, menutupi rasa kaget nya.
"Kau akan suka akan hal ini Aga. Kau akan terbiasa. Kau sudah terpilih". Seru sosok itu.

"Ambil jiwa mereka yang tak bahagia Aga, jangan biarkan mereka tersenyum, siksa mereka. Jalan hifup ini kita yang tentukan, mereka manusia bodoh. Hanya menyerah pada takdir ! Dengarlah setiap jeritan sukma yang memilukan, lihatlah jiwa yang ingin meninggalkan dunia. Dan lakukan apa yang membuatmu bahagia Aga". Setelah mengucapkan hal itu ia menghilang, sosok itu kembali lenyap bak ditelan bumi.

"Bangunlah Aga". Ah suaranya masih bisa terdengar. Tapi kemana hilang nya dia. "Tinggalkan dimensi ini Aga, hidupmu bukan disini ! PERGI !". Teriakan suara itu menggelegar memekakkan telinga Agata.

Kepala Agata kembali sakit setelah mendengar jeritan sosok misterius itu
"Kyaaa....". Agata menjerit kesakitan dan huh... Agata terbangun !
Nafasnya masih naik turun tidak stabil, jantungnya berpacu lebih cepat, dan ketika ia melihat tangan nya bukan luka yang ia jumpai tetapi pisau mengkilap yang ia temui di mimpinya tadi. Semua nya nampak nyata. Agata berpikir, apakah ia telah melakukan perjalanan ke dimensi lain. Ia masih belum mengerti akan semua ini. Agata akan mengikuti apa yang ia terima dari kejadian kejadian yang ia alami, sosok itu mengatakan sesuatu yang Agata belum pahami. Tapi sekarang Agata tahu, karena Agata memang mendengar jeritan jeritan sukma yang tidak tenang, yang ingin mengakhiri hidup, yang tak bahagia tinggal di dunia.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Agata keluar dari rumah nya padahal hari sudah menunjukan pukul 12.30. Tengah malam Agata meninggalkan rumah kecilnya dipinggiran kota itu. Agata tidak tahan lagi, Agata merasa risih jika harus mendengar tangis seorang yang ingin melepaskan semua beban hidupnya dengan cara mati namun takut, dan untuk itulah Agata ada disini. Agata berjalan di sunyi dan sepinya kota kecil itu. Hembusan angin menusuk hingga ketulang namun Agata seakan tak merakan dingin sedikitpun, karena dingin nya malam ini masih tertutupi oleh dingin nya hati seorang Agata Leonard.

Didepan nya berdiri sebuah gedung tinggi yang megah, yah sayang nya sepi. Agata masuk kedalam gedung itu seakan ini sudah pernah ia lakukan, bahkan dengan santainya ia berjalan menuju ke lift sembari menekan tombol lantai 7, lantai paling atas gedung. Diujung gedung telah berdiri seorang perempuan dengan rambut panjang yang membelakangi Agata.
Ternyata ia sadar akan kedatangan Agata tapi ia tidak tahu apa yang akan Agata lakukan.

"Apa yang membawamu datang kemari Aga ?". Tanya perempuan itu.

Agata terkejut karena perempuan itu tahu namanya, tapi Agata sadar setelah mendekat ia baru ingat itu adalah Yuka, teman sekelasnya.
"Apa yang kau lakukan disini huh ? Menunggu kematian menjemput?"
Enteng sekali Agata mengatakan seperti itu kepada Yuka.

"Huh...Hanya meratapi nasib, ku fikir aju tak pantas hidup didunia ini". Helaan nafas Yuka terdengar berat.

"Aku juga berfikir seperti itu !". Sambung Agata dengan dingin.

"A-aapa yang kau maksud Aga ?"

"Kau tak pantas hidup kan ? Untuk itu aku disini". Agata mendekati Yuka yang mulai panik, yah Agata menyukai raut muka Yuka yang pucat ketakutan.

"Heii Yuka, kau menggangguku, jeritan pilumu itu menjijikan sekali seakan kau orang yang paling bersedih didunia. Cuiih !"

"Aga.. Mundur ! Menjauhlah atau akan ku panggil keamanan !". Yuka berusaha untuk tetap tenang namu ia tak bisa menyembunyikan ketakutan nya apalagi sekarang Agata semakin mendekat dengan menggenggam sebilah pisau mengkilap di tangan kirinya.

"Kau yang meminta nya bukan ? Dengan senang hati kulakukan untukmu Yuka !".

Dan crasstt..

Pisau itu menancap diperut Yuka, tapi Agata belum puas akan hal itu. Agata masih ingin bermain main dengan target pertamanya ini. Agata memutar pisau yang menancap diperut Yuka dan menarik nya kebawah, merobek hingga usus Yuka keluar dan berserakan di depannya.
"Hahaha.. Ini.. Oh siapa sangka membunuh bisa menyenangkan seperti ini". Agata tertawa melihat tubuh yuka yang sudah hampir tewas bersimbah darah, namun tak cukup sampai disini.
"Ah mulutmu yang selalu mengeluh akan kubuat merasakan perihnya keluhanmu itu". Gumam Agata sambil menyayatkan pisau cantik nya kebibir Yukan. Agata menyayat bibir yuka perlahan, darah mulai mengalir deras. Lidah yuka pun di iris nya.
Yuka telah MATI !... Tapi permainan belum selesai, mayat Yuka masih dijadikan pelampiasan dendam oleh Agata. Agata menusuk-nusuk kepala Yuka, dan menguliti wajah Yuka. Mencongkel perlahan bola mata Yuka. "Ah mata yang indah, akan bagus jika aku buat sebagai hiasan dikamarku. Dan aku sudah selesai. Selamat jalan Yuka".







KNIFE of DEATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang