1. Diambang pilu

258 70 119
                                    

Paris, hari ke-2.

Aku menyapukan pandangan kesekitar taman yang banyak dihiasi lampu warna-warni sembari mengosok-gosok tanganku karna udara malam hari yang membuat diriku sedikit mengigil. Sial,Aku lupa membawa sarung tanganku.

Paris selalu meriah, tentunya. Terakhir aku menginjakkan kaki kesini kira-kira sekitar 5 tahun yang lalu,mungkin bisa dibilang saat aku masih duduk dibangku sekolah menengah. Prancis, banyak berubah. Lingkungannya, suasananya,tatanan kotanya. Semuanya berubah,tapi tidak sedikitpun merubah keelokannya. Itulah kenapa negara ini menjadi salah satu destinasi favorite keluargaku kala liburan akhir tahun tiba.

Kali ini aku sendiri,tidak bersama sanak keluarga atau temanku. Melainkan aku kemari, hanya untuk menjengguk pacarku.

Max, Daniel Maximus. Namanya.

Terlintas dibenakku untuk meneleponya, Aku merogoh saku mantelku, meraih ponselku dan mencari kontak max disana.

3 kali sudah aku mencoba meneleponnya, Panggilan dialihkan.as always.

Aneh, itu yang kurasa.
Akhir-akhir ini,max sering tidak menjawab teleponku,kadang juga malah mematikannya, 'sibuk',selalu menjadi alasan utamanya.Pikiran negatif mulai berkecamuk dikepalaku seiring berjalannya waktu.Hubungan kita sudah berjalan hampir 3 tahun, Apa aku salah,menghawatirkan kekasihku sendiri yang jauh di negri orang?

Max bilang, kunci hubungan jarak jauh adalah jujur dan percaya.

Tapi...

Perasaanku selalu tak enak akhir-akhir ini. Kalian tahu? Pikirku,gadis eropa lebih menarik daripada aku. Bukannya aku tak percaya diri. Tapi,memang benar kan?

Ah, mungkin max sibuk 'lagi'dengan tugas kuliahnya.Tapi apa salahnya kucoba telepon sekali lagi, bukan?

"i-iya,sayang?" ucap suara berat diujung sana.

Yap! Diangkat.

Suaranya, mampu menarik bibirku sehingga membentuk lengkungan kecil disana.Sudah hampir 1 tahun tidak bertemu.Max, aku kangen.aku di paris max, di paris.

"Halo, max. Kamu sibuk? Lagi apa? " ucapku masih dengan senyum yang merekah dibibir, sembari memasukan satu tanganku ke saku mantel.

"duh aku..sibuk.tugasku banyak." ucapnya singkat, tapi tak apa. Mungkin sedang lelah, karna tugasnya yang menumpuk itu. Aku cuman mengganguk, meskipun aku tahu pasti ia tak akan melihatnya, aku menyapukan pandangan kesekitar taman. Kemudian, menyipitkan mataku,menangkap sosok laki-laki dan seorang wanita berambut pirang yang dirangkulnya tidak jauh beberapa meter dari tempat dudukku.Aku kembali menyipitkan mata, berharap bukan dia yang ada disana.

Senyumku memudar. Itu benar-benar dia.

Max...?

Sesekali pria itu mengecup kening wanita disampingnya.Ragaku lunglai, Lututku melemas seketika,jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya,jiwaku rasanya hancur berkeping-keping,aku menahan air mataku yang tentu saja sudah menumpuk di kelopak mata dan siap jatuh kapan saja.

Aku kembali mendekatkan ponselku ke telinga, "m-max,kamu...dimana?" dengan suaraku yang sudah mulai bergetar menahan tangis,dan tanpa sedikitpun melepaskan pandanganku dari dua sosok itu. Aku menelan saliva dengan susah payah, tangisku benar-benar ingin pecah rasanya.

Tak Pernah SenyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang