1 Si Tora

19.5K 2K 125
                                    

Arvel POV
Ada tiga jenis cewek di muka bumi ini. Pertama, yang wujudnya menyaingi gambaran bidadari dan sikapnya kayak aristokrat. Contoh; Kak Diara. Kedua, yang wujudnya kayak peri hutan dan sikapnya nggak mudah ditebak kayak monyet. Contoh; Kak Ratu. Ketiga, yang wujudnya kayak nenek sihir dalam cerita Hansel and Gretel yang menyeramkan dan sikapnya level kerak bumi. Contohnya; atasan gue si Tante perawan sadis.

"Tampang bisa tolong dikondisikan, Vel?"

Lamunan gue lenyap seketika mendengar sindiran sahabat sejak masa interview sampai kita jadi karyawan tetap. Gayatri. Cewek yang nggak masuk satupun dari tiga kategori di atas karena gue sering lupa fakta bahwa ini cewek sebenarnya cewek tulen.

Bayangkan, Bray, dadanya rata. Pantatnya tepos. Mukanya sering cengar-cengir nggak jelas. Nggak pakai makeup. Nggak ingat lipstik yang dia beli itu merek apa, harga berapa, dan dari tahun kapan. Which means dia nggak tahu lipstik yang dia poles cuma saat meeting itu sudah kadaluarsa atau masih layak pakai.

Parah kan nih cewek!

"Ganteng ya tampang gue?" Narsis sedikit bukan dosa. Yang dosa kalau gue buka celana terus nawarin ke tante-tante girang. Ih, amit-amit gue jadi cowok model begitu.

"Ganteng dari selat Bermuda? Tampang lu ketara banget habis disiksa Dementor," kata Gaya sambil menyuap nasi gorengnya. Salut gue sama ikatan bathin gue dan Gaya yang makin kuat hari ke hari. Belum cerita saja, radar doi sebagai best buddy forever and ever sudah dapat menangkap kode nurani gue yang menjerit minta tolong.

"Si Tora ngomel lagi. Dia kesal sama kinerja Aksa. Nggak paham gue gimana awalnya, gue sudah zikir sejak pagi, ujungnya gue dipanggil doi disuruh mengerjakan kerjaan Aksa."

Tora-Tora yang gue sebut ini bukan Tora Sudiro. Bukan nama cowok ganteng pakai jas Armani yang hobi berkeliaran kantor mengeluarkan aura bos jutek terus minta karyawati ngangkat rok demi memuaskan batangannya. Kagak. Salah, Bray. Tora-Tora ini nama alias buat atasan gue yang jenis kelaminnya female tapi ganasnya mengalahkan harimau. Tora dalam bahasa Jepang artinya harimau. Nah, dia tuh harimau. Meleng dikit langsung terkam. Cewek tua ganas.

"Kenapa lu yang kebagian ampas kerja Aksa? Kalau ini tanggung jawab Aksa ya mestinya lu tolak perintah Tora, lu kan juga masih punya kerjaan. Baru juga kemarin lu ngeluh pulang sampai rumah jam sebelas. Masak mau lembur buat kerjaan orang kali ini." Gaya sengaja menghentikan makannya demi menyahuti curhatan gue. Sodara gue nih si Gaya.

"Memang nasib lu banget ya, Vel. Nggak di rumah, nggak di kantor, dianggap anak tiri. Cindarvella banget," lanjut Gaya yang mulus bikin gue keselek makan siang gue yang cuma gado-gado plus nasi dan gorengan bakwan.

Sialan, Gaya. Dia masih ingat saja ledekan Kak Ratu buat gue. CindARVELla. Gara-gara gue selalu diposisikan serupa Cinderella sama abang-abang gue, mami, dan sekarang --menambah panjang daftar penyiksa gue- atasan gue.

"Gue kira lo bakal bela gue."

"Gue bela lu, cumi. Memang kurang pembelaan gue? Masak lu minta gue menghadap atasan lu demi mengurangi jatah kerjaan lu. Gue juga kan masih level bawahannya bawahan. Lu dong yang anak owner usaha lebih keras membuktikan secepatnya lu bakal naik jabatan. Kejar posisi abang-abang lu yang hawt dan ganteng parah."

Mata Gaya mulai mengawang-awang nggak jelas. Virus drama Korea yang dia idap sejak tiga tahun belakangan pasti lagi kambuh. Isi kepalanya pasti lagi membayangkan kotak-kotak di balik kemeja Rai dan Gege terus senyum bullshit dua abang gue yang tahunya gimana cara menyiksa gue. Gue hela napas saja sambil geleng-geleng. Cewek dan khayalan mereka, mau suami orang juga selama di mata mereka sudah masuk kategori 'ganteng parah' ya sudah dianggap suami bersama dalam imajinasi.

Magic StickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang