Bukan Urusanmu

67 2 0
                                    

      Sinar mentari mengikis semangat pagi Mika untuk pergi ke kampus. Semalam, ia kembali ke tempat 'haram' bagi manusia suci yang tak pernah berbuat dosa sepertinya.
Menurutnya, pergi ke tempat tersebut seakan melepas segala macam amarah yang ia pendam. Walau ia tau, akan ada konsekuensi dosa yang ia tanggung sendiri pada akhirnya.

Tok tok tok

"Ya, siapa?" tanya Mika sebelum membuka pintu untuk orang lain.

"Ini ibu, nak." Ibunya mencoba menjawab dengan halus.

"Masuk aja, Bu."

Ceklek

"Nak, kok belum ke kampus? Jam segini loh? Nanti kalau telat gimana?" Ibu mencecar Mika dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Buat apa, Bu? Membiarkan ibu dipukulin ayah kalau Mika lagi kuliah? Ngebiarin ibu jatuh tersungkur lalu aku menemui ibu dengan bekas luka yang aku bahkan gatau gimana kejadiannya? Capek bu." Mika mencurahkan isi hatinya selama ini.

"Nak, kamu kan mau skripsi, terus kalau gak lulus gimana? Kan ibu mau kamu kuliah dan mendapat pengetahuan yang layak, biar gak di injek-injek kaya ibu."

"Ibu santai ya, Mika bakal lakuin apa yang harus Mika lakuin. Walaupun manusia di sekitar Mika nolak itu. Tapi Mika sayang ibu kok, ibu ga perlu khawatir."

"Makasih ya nak." Ibu memeluk Mika dengan erat. Seperti ada yang hendak diluapkan kepada anak semata wayangnyq tersebut.

Setelah di kampus.

"Woy Mik, gimana? Acc apa revisi?" Dona tiba tiba menghampiri Mika dan menanyakan hasil bimbingannya.

"Lo kira segampang gue beli tempe? Gila kali ya , gue revisi kayanya ampe telor bentuknya kubus kali baru acc. Ah gue pusing Don, butuh joki lama-lama gue."

"Hahahahaha, lo ga sendirian, gue sih emang bab 4, tapi kaga maju2. Selangkah gue kaya mau ceburin diri ke jurang hiks." Dona pun melampiaskan kekesalan atas hasil bimbingannya hari ini.

Sepertinya, hari ini bukan hari keberuntungan Mika. Dosen belum meng-acc skripsinya, dan yang lebih parah, kali ini dia harus mengulang skripsinya karna dianggap sulit membenarkan sesuatu yang 90% salah.

"Ah gila gue, skripsi satu aja gue pusing sampe mau minum obat nyamuk, ini malah suruh ulang lagi! Gila gue gilaaaa." Mika berteriak-teriak seperti orang tidak waras dì koridor menuju perpustakaan.
Tapi, ada yang aneh, seseorang memperhatikan gerak gerik Mika. Sepertinya Mika juga tidak mengenalnya. Mika cenderung risih dan ingin menampar wajahnya saat itu juga.
Dan tiba-tiba...

"Ada yang bisa gue bantu sini?" Laki-laki berpostur tinggi dan wajah yang bersih itu akhirnya menghampiri Mika.

"Lo siapa? Bukan urusan lo! Gue bisa sendiri, sok kenal lo. Minggir, gue mau balik, muak gue di kampus." Mika langsung pergi meninggalkan laki-laki tersebut dan membiarkannya berdiri sendiri di tempat tadi.

Bagi Mika, siapapun dia, jika dia tidak mengenal baik, akan bukan menjadi urusan Mika, dan sebaliknya, urusan Mika bukan urusan orang lain tersebut.

M I K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang