Lepas Penat

13 1 0
                                    

***

Pagi ini cukup cerah untuk melakukan aktivitas. Mika memutuskan untuk melakukan short escape dari masalah yang sedang ia hadapi. Mungkin ke tempat yang penuh kebahagiaan, agar tidak ada niatan untuk bunuh diri. Sebelum pergi, ia bergegas ke meja makan untuk sarapan bersama nenek dan ibunya.

"Selamat pagi, Nek,Bu."

"Kayaknya ada yang lagi bahagia nih,Win." Canda nenek sambil mencubit tangan Ibu.

"Ibu senang nak, kalau kamu bisa sebahagia ini. Ibu rindu kamu yang dulu, yang gak pernah merasa sedih dalam keadaan apapun." Mata ibu berkaca-kaca saat melihat Mika. "Ibu senang sekali, akhirnya anak ibu benar-benar seperti malaikat seperti arti namamu,Nak"

"Iya ibu, makasih ya,Bu. Udah jadi ibu siaga aku, dan sekarang aku lega bisa lepas dari satu penderitaanku. Semoga ibu juga selalu bahagia." Ujar Mika dan disambut dengan pelukan hangat ibunya. "Oh iya, Bu. Aku hari ini mungkin sampe dua hari ke depan mau luar kota. Mau cari bahan skripsi samaaa, yahh jalan-jalan lah sambil liat-liat pemandangan biar gak stress. Ntar Mika kalo stress bunuh diri hahahahaha." Lanjut Mika dengan sedikit candaan.

"Boleh, Nak. Hati-hati ya tapi. Cari hotel yang bagus, jangan sembarangan. Nanti kamu di grebek hahahaha. Kalau butuh uang, ibu transfer lebih ya."

"Gak usah,Bu. Nanti Mika pake uang sendiri aja. Lebih enak. Makasih ya,Bu."

Perbincangan mereka telah usai. Mika melanjutkan persiapannya untuk pergi ke luar kota. Kali ini, ia memilih Jogja sebagai tujuannya. Namun, sebelum melakukan perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Ia mampir ke kampus meminjam beberapa buku untuk ia jadikan bahan skripsi.

Ya Tuhan, semoga kali ini bisa menjadi awal untuk kehidupanku yang baru. Dan tak ada yang perlu diulang dari masa laluku.

Mika melamun sambil memanjatkan doa pada Tuhan agar semuanya diberikan kelancaran. Tak ada yang menyangka. Mika, sosok yang dianggap menyebalkan dan judes, bisa merencanakan sebuah rencana kebahagiaan yang tak terduga. Beberapa orang bahkan berfikir, untuk bernafas saja Mika masih menyalahkan orang lain.

Tanpa basa-basi, Mika pamit dengan ibu dan neneknya. Ia langsung ke mobil untuk memasukkan koper dan alat-alat yang dibutuhkannya. Kampus lah awal tujuan Mika untuk pergi.

Denting lagu bimbang dari Melly Goeslaw mengiringi perjalanan Mika menuju kampus. Langit pun saat ini sedang menunjukkan bahwa ia berduka. Untung saja belum hujan, jadi Mika tak perlu basah-basahan saat masuk ke koridor kampus. Sebab, ia lupa membawa payung.

Selepas sampai di kampus, Mika melangkahkan kakinya menuju ke koridor perpustakaan. Disana ia berniat meminjam buku. Saat sedang berjalan, ada yang menepuk pundak Mika.

"Oi, mau kemana neng?"

Ternyata dia Gyan. Orang yang menabrak Mika sesaat setelah suasana hatinya hancur berantakan.

"Wettt, ngagetin aja lo, Yan. Ini gue mau minjem buku, buat skripsi sih. Lo sendiri ngapain?"

"Gue cuma ngembaliin buku abang gue." Gyan berhenti sejenak lalu melanjutkan kalimatnya. "Eits lo kaya buru-buru sambil bawa tas gede mau kemana?" ternyata Gyan cukup jeli untuk mencurigai Mika.

"Biasa, nenangin otak." Sahutku. "Kenapa lo tanya gitu? Mau ikut? Ayo aja sih. Tapi lo bawa duit jangan ngerepotin gue."

"Serius? Lo ngajak gue?" mata Gyan berbinar saat Mika mengajaknya pergi. "OKE GUE IKUT. LO ANTER GUE BALIK TERUS KITA CUS YA!" Gyan berteriak tanpa tahu malu.

"Jangan keras-keras woy, daerah perpustakaan. Yaudah oke we'll go now."

Mereka langsung bergegas pergi ke rumah Gyan. Disana, Mika tidak turun. Karena takut kalau kelamaan, akan jadi gagal perjalanannya.

Mika sudah mandiri sejak kecil, maka jika dia pergi ke luar kota pun yang ia butuhkan hanya dirinya serta uang sebagai alat pembayaran. Entah dengan kendaraan apapun itu. Seperti saat ini, kalau harus ke Jogja hanya sendiri pun sebenarnya tidak apa-apa. Hanya saja Mika butuh teman bercerita agar perjalanannya tidak membosankan.

Tak lama, Gyan keluar dari rumahnya. Ia membawa satu tas ransel dan satu tas kecil yang ia tenteng dan memasukannya ke bagasi mobil Mika.

"Oke, sebelum kita liburan kecil-kecilan. Kita berdoa dulu supaya gaada kejadian yang aneh-aneh. Yuk berdoa mulai." Mika memimpin doa dengan hikmat. "Selesai. Yuk, Gyan and Mika ready to rock you, Jogjakarta!" Teriak Mika sambil mengijak gas mobil jazz kesayangannya. Gyan hanya tersenyum kecil, memandangi wanita bersenyum manis yang selama ini menutupinya dengan kecuekannya.

Mereka berdua menikmati perjalanan dengan menyalakan lagu-lagu jaman kuno. Bernostalgia berdua membuat Mika semakin kagum akan kharisma yang dimiliki Gyan. Ia baru sadar bahwa selama ini, di fakultas hukum ada laki-laki berkharisma seperti Gyan. Namun, Mika selalu berhati-hati akan pikirannya. Bisa jadi ia mencintai orang yang malah mencintai orang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

M I K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang