Bryan atau ... ?

31 0 0
                                    

   "Apaan nih kampungan banget pake surat segala, mana bunganya warna pink begini. Astaga, cobaan apalagi untuk hamba yang sedang dikejar skripsi ini." Mika ngomel ngomel sembari menutup loker dan kembali ke perpustakaan. Ia merasakan ada yang aneh beberapa hari ini, mulai ada yang sok kenal, sampai ada yang mengirim surat kaleng beserta bunga.

   Tak lama kemudian, Mika bertemu Dona di koridor.

"Hei Mika, what are you doin here, babe? " Dona menyapa Mika dengan senyum yang khas melekat di bibir mungilnya.

"Eh elo, Don. Gue abis dari loker ambil berkas gue dan gue nemuin ginian, jijik gak sih Don?"

"Yaaaa gue tau lo bakal jijik, kalo gue sih sebagai wanita pada umumnya seneng, karna akhirnya ada yang suka gue hahahahahha" Dona malah bergurau dalam keadaan Mika kesal terhadap orang yang mengirim tersebut.

"Fix lo ngeselin. Yuk bantuin gue aja nyelesaiin skripsi gue. Pusing pala gue"

"Oke, gue ikut"

***

   Sore harinya, Mika berjalan sendiri menuju parkir timur fakultas ekonomi. Ia sengaja parkir disana karena hanya parkir itu yang paling sepi dengan alasan klasik yakni harus bayar. Di sepanjang jalan, ia sibuk meneliti apa file-file untuk mengajukan skripsi baru nya sudah ada di tangannya atau belum. Tiba-tiba...

BRAKKK!

"Aduhhhh, punya mata gak sih, gue tau kalo jalan pake kaki, tapi mata dipake dong ah jangan cuma jadi aksesoris! Ngeselin deh, mana file gue jadi berantakan ahhh." Mika marah-marah sambil membereskan file nya yang berceceran di bawah akibat tertabrak orang asing.

"Sorry-sorry, gue minta maaf. Sini gue bantu beresin. Lo ga kenapa-kenapa kan?" Lelaki itu berusaha membantu Mika.

Lagi-lagi orang asing yang bertemu tanpa sebab dan merusak mood nya. Kebahagiaannya untuk bertemu dosen yang sedang dirancang sebaik mungkin pun menjadi hancur berantakan.

"Lagian lo sih jalan ga kira-kira. Ini juga temen lo satu ga bantuin gue malah makaaaaan mulu. Astaga cobaan apalagii huaaaaahh." Mika melanjutkan marah-marahnya dan ditambah marah kepada teman dari lelaki yang menabraknya tersebut.

"Ohya, gue Gyan, dan ini temen gue, Rezky. Gue satu angkatan kok sama lo, dari jurusan hukum. Gue sering liat lo di parkir timur ekonomi. Lo anak manajemen kan?" Gyan malah bertanya begitu detail pada Mika.

"Lo anak hukum? Tau gue? Keren. Lo pasti punya ilmu detektif. Gue aja gapernah liat lo."

"Iyaa, kan sering liat. Lo mana pernah liat kanan kiri. Ohyaa kalo gak salah, nama lo Mika kan? Gue tau dari Dona kalo ini sih. Dona itu tetangga gue."

"Oh gitu, iya gue Mika. Makasih udah mau tanggung jawab."

Tiba-tiba Rezky menimpali omongan Mika. "Heh, cepet ah yan, gue laper nih mau makan lagi. Keburu gue kurus nih."

"Yaelah baru aja makan. Ah lu mah ga asik. Yaudah, Mik. Gue duluan ya, kalo lo butuh apa-apa lo bilang gue aja. Bisa lewat Dona. Bye."

"Oke, atiati."

Percakapan mereka terhenti disini. Gyan cukup membuat Mika terpana. Wajahnya yang manis, tubuhnya yang tinggi serta wangi. Hitam legam tubuhnya membuat Gyan tampak lebih eksotis baginya. Dan wangi tubuh Gyan cukup khas.

Aneh, baru kali ini gue ga kesel - kesel amat ditabrak sama orang.

Mika bergumam kecil, seperti ada yang berkecamuk dalam pikirannya. Ia pun tersadar dari lamunan kecil tersebut, dan kembali berjalan menuju parkiran mobil.

***
    Mika tak henti-henti nya memikirkan Gyan, sosok yang tak sengaja membuatnya kesal sekaligus kagum. Di dalam mobil, ia menyetel lagu can't help fallin in love cukup kencang. Entah apa yang terjadi pada Mika. Baru kali ini, ia merasakan hal semacam ini. Tiba-tiba, pikirannya tertuju pada surat kaleng tadi pagi.

"Oh iya, kalo di inget-inget, udah ada dua orang yang kenal gue tanpa harus kenalan sama gue dulu. Sumpah deh aneh, gue kan makhluk paling anti sosial di dunia. Dan soal surat kaleng.... pasti diantara dua orang itu.. salah satunya ada yang ngirim, atau jadi perantara ngirim. Duh pusing gue. Gue harus telfon Dona nih nanti." Mika berbicara pada dirinya sendiri soal hari ini. Keanehan, serta kejanggalan terjadi beberapa hari ini kepada Mika. Entah mungkin, Tuhan memaksa Mika untuk menjadi Mika yang menyenangkan, mungkin?

***

M I K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang