Meet Up

25 1 0
                                    

"Nina....!!!"
Teriak seorang gadis muda berusia 25 tahun kegirangan menemukan orang yang dicarinya. Ia berlarian kecil menghampiri sahabatnya yang duduk di kantin rumah sakit.

Karenina Belva Loris, gadis berkulit langsat dengan mata bulat dan hidung mancung itu pun melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar melihat sahabat yang lama tak bertemu. Giginya yang rapi dengan satu gingsulnya menambah manis senyumnya.

Ratri Dahayu Nareswari, sahabat Nina sejak kecil memiliki wajah khas jawa. Ayahnya masih keturunan Kraton Solo. Penampilannya terlihat lebih feminine dengan make up natural dan rambut hitam panjang.

Kantin rumah sakit menjadi pilihan mereka mengatur pertemuan pertama kembali setelah 3 tahun sejak sepasang sahabat itu lulus kuliah. Nina tetap bekerja di Jogja dan Ratri pindah ke Jakarta.

"Akhirnya kamu kesini juga Na..."
Ratri duduk di hadapan Nina sambil memasukkan kentang goreng di meja ke mulutnya.

"Yaaa, sebenernya Nenek juga nggak ngebolehin aku kerja di Jakarta."

"Terus?"

"Aku bilang ini kesempatan aku diterima di rumah sakit besar, aku mau ngejar beasiswa dari yayasan rumah sakit ini."

"Syukurlah nenek mau mengerti."

"Maaf Ra, aku baru mengabarimu sekarang, sejak datang seminggu yang lalu aku masih sibuk mencari tempat tinggal."

"Harusnya kamu bilang lebih awal, kamu kan bisa tinggal di rumahku aja. Sekarang kan kita satu tempat kerja juga."

"Kakakmu pasti gak akan berhenti godain aku Ra.."

Wajah Nina terlihat ceria saat mengingat kelakuan Arga, kakak Ratri yang terang-terangan menyukai Nina.

"Paling enggak aku bisa bantu kamu cari tempat tinggal."

Mereka mulai bercanda dan bernostalgia membicarakan tingkah Arga yang kadang terlihat konyol saat di dekat Nina.

Ratri memanggil pelayan dan memesan makanan. Dialihkan kembali pandangannya ke arah gadis berhidung mancung yang sedang memandangi hujan di hadapannya itu.

"Kamu masih mikirin dia?"

"Hujan selalu ngingetin aku sama dia, Ra."

"Move on donk Na, belum tentu kan kamu ketemu dia lagi. Sudah belasan tahun di setiap malam tahun baru kamu kesana dan gak ada siapapun yang menemuimu, kan?"

"Mungkin aku bakal move on kalo tahun lalu dia gak ninggalin ini."

Nina memegang liontin berbentuk bulan sabit yang ditemukan dia di rumah tua tempat dia dan lelaki itu bertemu pertama kali.

"Barangkali itu barang orang yg tertinggal saat berteduh disana..."

"Aku yakin dia suatu hari nanti datang kok Ra..."

Ratri hanya melenguh melihat sahabatnya yang terus menunggu lelaki yang Nina sendiri tak pernah tahu namanya. Ratri tahu urusan cinta Nina memang keras kepala karena sudah ribuan kali dia menasihati sahabat kecilnya itu.

Mata Nina yang sedari tadi menatap air hujan lewat jendela kaca kantin tiba-tiba tertuju pada sosok seorang lelaki berjas putih yang keluar dari mobil. Lelaki itu berlari mencari tempat yang teduh kemudian masuk ke arah pintu dan menghilang dari pandangan Nina.

***

A Blue HandkerchiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang