DISAPPOINTED

18 1 0
                                    

Bagas berjalan tergesa-gesa ke ruangannya dari tempat mobilnya terparkir. Rintik hujan membuat jasnya basah.  Langkahnya terhenti melihat seorang wanita berambut ikal berdiri menghalangi jalannya.

"Gas, aku mau bicara..."

"Untuk apa lagi kita bicara?"

Bagas melanjutkan langkahnya.

"Kamu salah paham,Gas..."

Lelaki tinggi berkulit putih itu tidak menghiraukan Risa,mantan tunangan yang baru kemarin dilihatnya bersama laki-laki lain.

Wanita itu tetap berusaha menghalangi langkah Bagas tetapi gagal. Ia terus mengikuti Bagas hingga ruangannya.

"Gas, aku minta waktumu sebentar..."

"Sebentar lagi aku harus menangani operasi, jangan ganggu aku !"

"Aku tahu aku salah, apa tidak bisa kita mulai dari awal lagi?"

"Aku sudah cancel gedung dan semua persiapan pernikahan kita, tak ada lagi yang harus dibicarakan. Buatku, ini sudah selesai."

"Aku minta maaf, Gas...dia hanya sebatas..."

"Teman? Itu yang selalu kamu bilang kan? Teman yang bisa kamu ajak berkencan lebih dari tunanganmu sendiri..."

"Aku...."

Bagas mendekat ke pintu membuka pintu ruangannya.

"Tak perlu ada pembelaan untuk sebuah kebohongan."

Air mata wanita itu menetes. Ia keluar dengan langkah kesal.

Fayza yang sedari tadi memperhatikan pertengkaran mereka sejak di koridor pun masuk ke ruangan menemui sahabatnya.

"Sikapmu pada Risa keterlaluan, bagaimanapun juga kalian sudah lebih dari 5 tahun bersama."

"Bukan aku yang keterlaluan. Dia yang menghancurkan impian yang sudah dipersiapkan dari dulu."

Fayza mendekati Bagas lalu memegang pundaknya.

"Gas, aku rasa Risa hanya jenuh dengan sikapmu yang dingin dan jarang memberinya waktu. Dia hanya merasa kesepian. Pikirkan saja kembali."

Bagas hanya terdiam kesal. Pikirannya sedang kacau hingga ucapan Fayza tidak digubrisnya.
Fayza melangkah keluar ruangan. Membuka pintu lalu menoleh menatap sahabatnya yang sedang kesal.

"Sebaiknya kamu ambil cuti, kamu tidak mungkin melakukan banyak operasi dengan mood seperti itu."

Pintu ruangan tertutup. Bagas merebahkan diri di kursinya. Ia tak menyangka wanita yang diharapkan jadi istrinya satu minggu lagi ternyata semalam dilihatnya berada di loby hotel sambil bermesraan dengan lelaki lain menuju lift. Pikirannya begitu kacau hingga pagi ini semua persiapan pernikahan dan sewa gedung telah dibatalkannya secara sepihak.

***

A Blue HandkerchiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang