Senin, Pukul 09.00
Detektif Sandy memandang saksama gadis cantik di depannya. Lina, yang memakai baju pegawai pemerintah itu, tersipu malu.
"Jadi kamu gak tahu pimpinanmu menaikkan anggaran pembuatan jalan itu?"
"Gak tahu, Pak"
"Panggil mas, abang atau kakak saja. Umur kita gak beda jauh. Atau sebut nama saja, ber aku kamu gak masalah. Gak usah formal"
Pipi Lina bersemu merah. Kulit putih terangnya tampak bersinar, gembira. Matanya kini memandang Sandy dengan berani. "Emang, gak ada marah kalau aku panggil abang, gitu?" tanyanya dengan nada menggoda.
"Gak ada, lah. Kan, gak ada yang salah. Lagian, aku masih sendiri, kalau itu yang kamu maksud," ucap Sandy tenang, melemparkan senyum.
"Hem, gitu ya. Boleh dong, kapan-kapan makan bareng," tawar Lina berani.
"Okey, nanti kita atur ya. Sementara kita teruskan dulu yang tadi. Kamu tahu kalau pimpinanmu, kita sebut saja namanya biar enak, Rudy, membuat anggaran lima miliar untuk jalan itu?"
"Dia memang menganggarkan segitu awalnya. Mahal, karena jalan yang dibangun itu sepanjang 5 kilometer. Satu kilometer oleh konsultan dapat angka 1 miliar"
"Tapi informasi yang kami dapat, awalnya anggaran itu hanya 3 miliar saja. Baru kemudian, dinaikkan jadi lima miliar, supaya dapat untung banyak"
"Kalau itu, kurang tahu. Bisakah kita bicara yang lain saja? Sudah capek aku ditanya soal itu terus. Penyidik juga sudah nanya," Lina kembali melempar senyum genitnya
"Okey. Gini saja. Nanti malam habis Isya bagaimana kalau kita ke kafe tepi laut. Di sana ada warung langgananku, kepitingnya enak, tapi aku suka kopinya"
"Wah, bener nih. Okey, awas ya ingkar janji. Kebanyakan laki-laki tampan suka janji doang. Kutunggu dimana? Atau ketemuan di sana saja? Apa nama kafenya?" Lina tidak dapat menyembunyikan girangnya.
"Kujemput saja. Alamatmu di JL Patimura Blok D No 114, kan?"
"Kamu tahu rumahku?"
"Kan, aku detektif." Sandy tertawa lebar.
***
Pukul 13.30Pelan Sandy mengendarai skuternya. Sudah sering rekan-rekan polisi menyarankan dia tidak memakai roda dua karena berbahaya. "Bagaimana kalau ada yang sengaja nyerempet kamu?" begitu kecam Polisi Alfian, sahabat sekaligus rekan kerjanya di Satuan Reskrim Polda.
Namun bagi Sandy, justru lebih efisien memakai skuter di tengah macetnya kota. Dia bisa leluasa bergerak. Dan jika perlu, Sandy akan menggunakan layanan pemandu jalan di internet untuk lolos dari jebakan macet, hal yang sulit dilakukan dengan roda empat di pusat kota.
Hampir semua polisi lalu lintas kenal dengannya. Bukan apa-apa. Sudah tidak terhitung Sandy dikejar karena melanggar rambu. Tapi tentu saja, dia selalu diperbolehkan melanjutkan perjalanannya.
Siang itu, Sandy ada janji dengan Rudy. Kepala Dinas Pekerjaan Umum. Rudy tengah memikul status tersangka dugaan korupsi jalan, dengan tudingan merugikan negara sebesar Rp2 Miliar. Angka yang tidak sedikit di tengah anjloknya perekonomian sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
DETEKTIF SANDY
Mystery / ThrillerKisah ini menceritakan tentang Detektif Sandy. Di sini kalian bisa ikut memecahkan kasus-kasusnya. Mulai dari kasus pembunuhan dan kasus lainnya. Kisah kasus Detektif Sandy ini hanya saya publikasi di wattpad. So, selamat berkenalan dengan Detektif...