▶4

4 3 0
                                    

●○●

masih biasa

●○●

pagi-pagi sekali Fiya sudah duduk manis di bangkunya. kini ia sibuk berkutat dengan buku catatan dan buku paket tebal miliknya. sesekali ia membetulkan letak kacamata yg ia pakai.

"eh! astagfirullah,"

seseorang yg terkejut itu reflek terduduk dilantai sambil mengelus dadanya. astaga, pagi-pagi Fiya disuguhi pemandangan yg konyol.

untung saja Tariq—orang yang terkejut itu—tidak jantungan, hanya kaget saja. ya, Tariq memang anak yang gampang kaget. tak jarang ia menjadi korban aksi jahil Hikmal dan Jaufan.

"yaallah, Fi. gue kira setan ternyata elo. astagfirullah kaget beneran ini gue sumpah," kata Tariq sambil bangkit menuju bangkunya. Fiya hanya terkekeh sembari meminta maaf pada Tariq dan melanjutkan kegiatan belajarnya.

●○●

lagi-lagi Fiya sendiri ke kantin. teman-temannya masih remedial di kelas, memang berbeda dengan Fiya yang bisa dibilang punya otak yg cukup "lancar" itu.

Fiya masih mengaduk mi ayam yg ia pesan barusan tatkala ada seseorang yang ikut duduk di depannya. perempuan pemilik mata minus ini pun menoleh sebentar pada sosok manusia yang duduk di depannya itu.

"meja penuh, saya duduk disini gak apa-apa, kan?" ucap lelaki itu. Fiya hanya diam, ia masih marah rupanya pada sosok lelaki yang menjabat sebagai ketua organisasinya itu.

"Fi, saya minta maaf kalau saat itu saya udah ngusir kamu. sejujurnya waktu itu saya lagi stres banyak kerjaan jadi saya—"

"iya kak, saya ngerti, gak apa-apa," potong Fiya.

"makasih, Fi, udah maafin saya. jadi ketua sama anggota udah baikan, kan?" tanya ketuanya itu. Fiya hanya mengangguk, sembari memaksakan senyumnya.

dan setelahnya mereka berdua diam, tak ada yg bicara. memang begini, lagipula Fiya tak terlalu akrab dengan ketuanya. mereka akan berbicara kalau ada tugas saja. aneh memang.

●○●

"bun, kak Vian mana?" tanya Fiya pada bundanya sambil membawa setumpuk buku ditangannya.

"masih kuliah, kenapa? tumben nyariin kakak kamu,"

"Fiya mau nanya kakak soal pelajaran, yaudah nanti aja nunggu kakak pulang," ujar Fiya.

"kakakmu tadi izin habis kuliah mau jalan sama temannya, pasti baru balik malem. mending kamu kerumah Jevan sana, minta ajarin dia aja," kata bunda.

"yah, bun. kok Jevan? kan aku malu..." ucap Fiya sedikit dipelankan di kalimat akhir.

"loh memang kenapa? Jevan kan pinter, ya mending kamu minta ajarin Jevan aja, sana,"

mau tak mau Fiya pamit ke bundanya untuk pergi kerumah Jevan. jangan lupakan jantung Fiya yang sedari tadi berdebar tak karuan.

●○●

habis ini mau ke permasalahan atau nggak? hehe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

▶Sayap PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang