▶2

15 4 0
                                    

●○●

bagian tak penting

●○●

pagi ini Vian mondar-mandir tak karuan. sesuatu telah membuatnya nampak seperti orang idiot dirumah. bayangkan saja, setelah menerima telpon ia langsung panik. naik ke lantai atas, mondar-mandir lalu turun lagi ke lantai bawah lalu mondar-mandir lagi. ke dapur pun juga mondar-mandir.

"lo ngapain sih, kak?" tanya Fiya sambil mengucek mata-nya yang terasa lengket khas bangun tidur.

"iissss...itu..bunda pulang, Fii!!!" heboh Vian.

"ya terus kenapa?" tanya Fiya sambil berlalu mengambil susu coklat dinginnya.

Vian tampak menghela nafas kasarnya.

"YA LO LIAT AJA RUMAH KITA KAYAK GIMANA!" teriaknya.

susu coklat Fiya bahkan sampai tumpah ke lantai gara-gara teriakan Vian.

"yaallah bantu Vian, yaallah..." katanya sambil sujud dilantai.

"tinggal di bersihin aja kali kak, kok susah," kata Fiya enteng. Vian diam, tengah memikirkan sesuatu.

ctik!

"oke, Fiya lo bersihin rumah, gue jemput bunda di bandara, deal pokoknya! gue berangkaatt!!" teriak Vian di depan pintu rumah.

Fiya hanya me-melototi bayangan Vian yang semakin hilang di hadapannya.

●○●

tring!

Kak Vian : Fi, 20 menit lagi nyampe rumah, udah beres kan?
[read]

"sampis lah iya, ini rumput halaman rumah juga gue cabutin? ah taulah, bunda juga gabakal tau, mending gue mandi" oceh Fiya setelah itu ia segera berlari ke kamarnya.












"Fi, tolong antar oleh-oleh ini ke rumahnya tante Gita ya, nak?" pinta mama sambil menyerahkan tas kantong berwarna coklat.

"iya, ma," Fiya langsung menyambar tas kantong itu dan berjalan menuju rumah tante Gita.

kalau bukan ke rumah tante Gita pasti Fiya akan malas mengantarnya. percayalah ini cuma alasan Fiya agar bisa ketemu sama anaknya tante Gita yang namanya Jevan itu.

lelaki berwajah "kecil" yang hampir tak pernah senyum itu berhasil membuat Fiya "baper" sendiri.

●○●

tok!tok!tok!

karena Fiya merasa tak ada sahutan, ia mengetuk pintunya sekali lagi.

tok!tok!tok!

"kemana sih orang rumah? mobilnya aja ada di garasi, gak mungkin kan mereka keluar?" gumam Fiya. ia semakin mengeraskan ketukan pintunya.

cklek!

"maaf gak ada sumbangan"

"astagfirullah, untung ganteng," batin Fiya.

"gue cuma mau nganter ini, dari bunda," kata Fiya sambil memberi Jevan tas kantong tadi.

"oh, makasih," jawab Jevan. singkat.

Fiya masih saja berdiri di depan pintu rumah Jevan. Jevan pun juga begitu, ia tak ada niatan untuk menutup pintu rumahnya. keduanya diam, tak ada yang bicara.

"masuk dulu, Fi," ucap Jevan lalu berjalan masuk duluan meninggalkan Fiya.

Fiya ragu untuk ikut masuk kedalam rumah Jevan. perkataan Jevan barusan itu menyuruh Fiya yang masuk atau Jevan yang masuk?

"eh, Fi. ngapain disitu? kan gue nyuruh masuk, bukan bengong," tegur Jevan. dengan rasa malu dan ragu yang bercampur aduk, Fiya pun ikut masuk ke dalam rumah Jevan.

●○●

cie double update cie:)
lagi bahagia nih hehe, jangan bosen ya?

▶Sayap PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang