Sasuke PoV
Aku tahu kalau membawa Sakura ke pesta pertunangan kakakku ini bukanlah pilihan yang baik. Tapi aku juga tahu kalau datang sendirian ke pesta terkutuk ini akan menjadi pilihan terburuk yang aku ambil sepanjang tahun. Keluargaku sudah mengekspektasikan kalau aku akan datang bersama seorang wanita yang berstatus sebagai tunanganku. Dan yang perlu kalian tahu adalah, keluargaku adalah tipe di mana semua ekspektasi mereka haruslah menjadi sebuah realita. Dan satu lagi, satu-satunya kandidat yang akan aku ajak ke pesta ini hanyalah Sakura. Jadi di sinilah kami sekarang, duduk canggung di meja makan mendengarkan ocehan penuh minat dari anggota keluargaku.
"Sakura-chan sangat cantik. Seleramu luar biasa, Sasuke-kun."
Suara ibuku menarik segala macam pikiranku yang berkelana. Aku menoleh dan tersenyum, menemukan ibuku yang entah sejak kapan sudah duduk di sebelah Sakura dan menggenggam tangan wanita yang harus kuakui memang terlihat anggun dalam balutan gaunnya. Wanita berambut merah muda itu mengerling kepadaku, manik matanya jelas menuntut penjelasan.
"Sebaiknya kita berbicara dulu." Walaupun kalimat itu tidak diucapkan secara gamblang, namun gerakan mulutnya dapat kutangkap dengan jelas. Aku tahu kemistri kami sangatlah bagus.
Karena aku memang merasa perlu persetujuannya untuk melakukan semua ini, aku akhirnya mengangguk kecil kepadanya.
"Maaf sebentar. Aku akan mengantar Sakura melihat taman belakang," ucapku kepada seluruh anggota keluargaku sambil berdiri.
Setelah pemakluman dari keluargaku saling bersahutan, aku dan Sakura berjalan ke belakang dengan tangan Sakura yang mau tak mau harus kugenggam paksa. Tepat setelah kami mencapai taman, ujung hak tinggi Sakura itu menancap bagian tubuhku untuk yang kesekian kali. Aku bersyukur itu bukan juniorku. Kaki tidak masalah, itu bukan aset yang terlalu penting. Tapi tetap saja sakit sampai aku harus menahan teriakanku.
"Apa maksud-"
"Aku yang harusnya bertanya. Apa maksud semua ini?" Belum selesai aku menanyakan maksud dari injakan mautnya itu, Sakura sudah membalikkan pertanyaanku dengan tatapan seolah aku adalah mangsa empuk yang siap dia jadikan makan malam.
Pertanyaan ini sudah aku antisipasi sebelumnya. Sakura pasti sangat kesal karena sudah kutipu berkali-kali. Tidak. Kutipu terdengar seperti sebuah perbuatan kriminal. Padahal nyatanya yang kulakukan adalah membahagiakannya. Ya, ini semua menyenangkan. Sayangnya seleranya berbeda dengan diriku. Dan di situlah letak masalahnya.
"Kenapa kau selalu main kekerasan sih?" Aku menggerutu sambil merasakan nyeri yang teramat sangat pada kakiku.
"Jangan mengalihkan topik dan cepat jelaskan."
Aku tahu.
"Yah, kau tahu ini adalah pesta pertunangan kakakku. Keluargaku mengharap aku juga membawa calonku. Sudah. Begitu. Tamat."
Matanya masih menatapku penuh intimidasi. Alisnya naik satu diikiti gerakan bibirnya yang penuh dengan ketidak setujuan. Astaga wanita ini.
"Dan kau pikir, aku ini masuk dalam kategori calonmu itu?" Penekanan dalan kata calonmu itu sangat menegaskan kalau dirinya tidak suka dibawa-bawa dalam masalah ini. Aku merasa sangat direndahkan seolah aku ini tidak pantas mendapatkannya.
Sial.
"Baiklah. Mari buat kesepakatan. Kalau kau mau menjadi tunanganku, akan kuanggap utangmu kepadaku impas. Kau tidak perlu membayarnya lagi. Oke?"
Air muka Sakura berubah. Ia menyilangkan tangannya di depan dada dengan mimik berpikir keras. Matanya menatap lurus ke arahku seolah mencari kesungguhan padaku. Apa dia pikir aku berbohong? Serendah itukah aku di matanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Secretaty [SasuSaku]
FanficPunya bos tampan dan kaya? Menjadi sekertaris tersayangnya? Mungkin bagi sebagian orang, mereka akan rela melakukan apapun untuk itu. Tapi tidak untuk Sakura, apalagi ketika bos itu adalah Uchiha Sasuke. Ia pikir ia akan gila sekarang . ...