Thank You

1.1K 144 22
                                    

Apartment itu tadinya akan mereka tinggali bersama, Jaehyun yang memberi ide pertama kali. Mereka memutuskan untuk memilih apartment yang berada dipinggiran kota. Namun rencana mereka gagal karena Appa Jaehyun sudah mengetahui hubungan mereka. Tapi baik Johnny maupun Jaehyun sangat menyukai tempat itu, suasana yang tenang, udara dingin dan sejuk, tak terlalu ramai seperti di tengah kota.

Ruangan sederhana yang hanya diterangi sebuah lampu terlihat temaram. Mereka duduk di sofa hitam yang sedikit usang namun masih terasa nyaman.

Keduanya masih enggan memulai pembicaraan, menikmati deru nafas masing-masing lebih membuat mereka nyaman.

"Bagaimana dengan perusahaanmu hyung?", yang lebih muda membuka pembicaraan, Johnny bukan tak berniat untuk berbicara, hanya saja dia masih tak yakin ini nyata, bahkan sedari tadi dia terus menggenggam kuat tangan Jaehyun, terlalu takut lelaki itu akan pergi lagi darinya. Tapi dia tetap berusaha untuk fokus pada pembicaraan mereka, "Kau tak akan mengalami kerugian jika memiliki CEO yang tampan, dan asisten yang sangat ambisius", Johnny setengah bercanda, meski memang begitulah kenyataannya.

Jaehyun tertawa, sudah lama rasanya tak mendengar candaan bodoh dari kekasihnya itu, entah mengapa dia sangat merindukannya.

"Ku dengar perusahaanmu semakin baik, Appa sampai marah besar ketika tau kau yang memimpin. Dia hampir saja memindahkan aku lagi dari New York karena takut kau menemukanku. Untungnya adik tiriku itu bisa mengatasinya, kalau tidak, mungkin saja aku sudah berakhir di Kutub Utara dan menjadi suku eskimo", ucap Jaehyun sambil memainkan salah satu ujung kemeja hitam Johnny. Tingkahnya selalu mampu membuat Johnny tersenyum, "Kau tidak akan jadi suku eskimo, tapi semua es dikutub bisa mencair karena kau terlalu hangat", godanya yang sukses membuat Jaehyun kembali merona malu dan memukul pelan dadanya.

"Jadi kau tinggal di New York?", Tanya Johnny setelahnya yang dijawab anggukan oleh Jaehyun, "Selama ini aku tinggal di New York, Appa menyekolahkanku lagi disana, semuanya diawasi begitu ketat, bahkan aku tak mempunyai ponsel. Aku terus mencari cara untuk menghubungimu, terakhir aku diam-diam mencoba mengirim surat padamu dan Doyoung Hyung, tapi anehnya suratku selalu direject. Aku takut kau marah padaku hyung, tapi aku berusaha meyakini kalau kau masih menungguku", terang Jaehyun.

Johnny nampak terdiam sejenak, menimbang-nimbang apa yang akan dia ucapkan, "Daddy juga mengetahui hubungan kita, tapi setelah dia mendengar sendiri dari orang kepercayaannya kalau kau sudah pergi entah kemana, akhirnya dia melepaskanmu. Dia memaksaku kembali ke Chicago, dengan bantuan Doyoung aku berhasil membuatnya berubah pikiran. Meski aku harus terjebak didalam perusahaan gila itu. Tapi apapun.. apapun kan kulakukan untuk bisa kembali bersamamu", Johnny merengkuh tubuh Jaehyun, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher lelaki itu.
.
.

FLASHBACK

Tak ada lagi yang bisa Johnny pikirkan saat ini, dia berhenti melakukan apapun. Bahkan jika dia bisa, dia ingin berhenti bernapas. Dia tidak ingin apapun, hanya Jaehyun. Pikirannya berpusat pada lelaki itu, hanya lelaki itu.

"Kalau kau terus begini aku juga akan meninggalkanmu hyung. Ku mohon berhentilah. Ini semua demi kebaikan kalian, percayalah", suara seorang lelaki kembali memecahkan lamunan Johnny membawanya kembali ke dunia nyata. Ponselnya terus bergetar, namun tak sedikitpun membuat Johnny bergeming untuk mengambilnya.

Goodbyes aren't ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang