Going Home.

573 90 16
                                    

Johnny's POV

Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Doyoung selama perjalanan yang aku tidak tau kemana itu. Yuta juga terlihat diam saja disebelahnya.

Aku? Tentu saja aku tak berniat membuka suara duluan. Dan Jaehyun.. dia tertidur disebelahku, dan menyandarkan kepalanya dengan nyaman di pundakku.

"Jika sekali lagi kau melakukan hal gila, akulah yang akan membunuhmu Seo Youngho", akhirnya kalimat pertama yang kudengar dari Doyoung adalah ancaman kematian. Aku sudah menebaknya.

Aku hanya mengangguk.

"Mr. Seo menelponku, dia mengatakan kalau kau sudah memberitahu semuanya. Terima kasih.. karena sudah membelaku", lanjutnya lagi, dia terdengar seperti akan menangis.

Aku hanya bergumam tak jelas, memangnya aku harus berkata apa lagi?

Yuta berdeham, "Kau benar-benar gila, John.. Aku tak habis pikir kau bisa senekat ini. Dan Mark? Kau tau dari mana tentang Mark? Dia tidak bilang apapun selama ini padaku", tanyanya dengan wajah sangat antusias.

FLASHBACK

Aku berencana masuk kedalam kantor Jaehyun, tapi jujur saja aku bingung bagaimana caranya agar tak dikenali.

Tak lama sebuah sedan putih berhenti tak jauh dari tempatku parkir, dan wajah yang cukup familiar keluar dari sana. Sendirian.

"Mark! Mark! Hey! Over here", aku memanggil remaja berusia belasan bernama Mark itu. Untung saja dia cepat melihatku.

Mark.. Dia sama sekali tak berubah, hanya tubuhnya semakin tinggi, dan sekarang rambutnya sudah berwarna kecoklatan, dia tumbuh dengan sangat baik.

"Hey hyung. what are you doing here? Are u crazy?! omg! get in the car", dengan tergesa-gesa dia membuka pintu mobilnya dan menyuruhku masuk.

"Kenapa kau disini hyung? Apa yang terjadi?", dia terlihat khawatir. Tipikal Mark. Mudah panik dan khawatir. Tak ada yang berubah dari anak ini.

"Aku kabur, karena ingin menemui Jaehyun. Tapi aku kesulitan untuk masuk kedalam. Sudah dengar tentang perjodohan kakakmu?", setelah aku bertanya, wajah Mark seketika terlihat memucat. Aku bahkan bisa melihat dia menelan ludahnya seolah ini adalah bahasan berat.

"Ya.. Dan dia akan dijodohkan dengan Yeri. Tapi apa yang akan kau lakukan hyung?", tanyanya.

"Kau mengenal Yeri?", aku mencoba mengabaikan pertanyaannya karena raut wajahnya benar-benar terlihat berbeda ketika dia menjawab pertanyaanku tadi.

Hey aku ini cukup pintar untuk membaca gerak-gerik seseorang.

Lagi-lagi dia terlihat gemetar, dan sepertinya dia memang mengenal Yeri.

"Yeri.. Dia.. Aku berteman dengannya, aku bertemu dengannya di Vancouver, ketika dia bersama Wendy Noona. Kau tau kan sepupu kami yang itu? Wendy noona dan Yeri ternyata berteman dekat dan ketika Yeri liburan ke Vancouver, kami tak sengaja bertemu. Sejak itu aku dekat dengannya. Hmm. Yah.. Kau tau.. Aku bisa dibilang mungkin cukup tertarik dengannya dan sepertinya dia juga tertarik denganku, tapi hey aku tau itu tak mungkinkan? Jadi lupakan saja apa yang aku katakan", dia terdengar sangat gugup namun berusaha menutupinya.

Goodbyes aren't ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang