Plan B

520 76 13
                                    

Seorang lelaki berlarian ditengah koridor, peluh di sekujur tubunya tak terlalu dia hiraukan. Bahkan rambutnya terlihat sudah basah akibat keringat.

Kancing atas kemeja abu-abunya dibiarkan sedikit terbuka untuk memberikan sedikit udara masuk.

Dia tak berhenti berlari hingga sampai disebuah pintu tujuannya.

Cklek.. Pintu itu terbuka.

Belum sempat dia berkata-kata, ternyata dia sudah disambut seseorang yang sangat tidak di harapkan.

"Ayah?", masih dengan nafas tersengalnya dia tertegun karena melihat ayahnya sedang terlihat mengobrol santai dengan Johnny yang terlihat bingung karena penampilannya siang ini.

Yang dipanggil ayah mendekatinya, "Hey.. Kau kenapa? Kenapa kusut sekali? Kemarilah, minum dulu", ujarnya ramah.

Lelaki itu hanya menurut, meski wajahnya terlihat sangat tak nyaman.

"Doyoung.. kau baik-baik saja? Kau dari mana?", tanya Johnny yang penasaran karena sejak Doyoung menghilang pagi tadi, dia sama sekali tak memberi kabar apapun.

Doyoung menggeleng, "A-Aku habis bertengkar dengan Ten", jawabnya dengan sedikit ragu, meski begitu kedua orang yang memperhatikannya hanya mengangguk saja. Karena itu bukan hal baru lagi memang.

"Ayah kenapa kemari?", lanjutnya tanpa basa-basi.

"Kenapa kau bicara begitu pada ayahmu hah? Kau ini kenapa tidak berubah sekali. Kita sudah satu bulan tidak bertemu", ayahnya nampak kecewa namun hanya dibalas decakan oleh Doyoung.

"Paman, Doyoung memang selalu seperti itu. Dia juga selalu begitu padaku", timpal Johnny lalu membuat Ayah Doyoung tertawa. Sayangnya bagi Doyoung itu tidak lucu. Sebenarnya dia ingin menjawab, tapi moodnya benar-benar tidak bagus, terutama sejak kabar yang dia dengar siang tadi, dan bukti keberadaan ayahnya disini semakin membuat moodnya berantakan.

Tak lama seseorang mengetuk pintu ruangan Johnny.

"Masuk", jawab pemilik ruangan itu.

Seorang lelaki berjas biru tua muncul, "Tuan Kim, mobil anda sudah siap".

"Baiklah, aku harus segera pergi. Dan Doyoung, cobalah untuk pulang kerumah. Ibumu bilang dia merindukanmu, dan Yerim.. seseorang harus segera menghentikan mulut pedasnya. Anak itu semakin mirip denganmu", Lelaki paruh baya itu kemudian berlalu dari ruangan itu.

Tersisa Johnny yang menatap Doyoung dengan penuh tanya. Belum dia menanyakan kembali apa yang terjadi, Doyoung seolah sudah membaca pikirannya.

"Dengar.. Aku akan mengatakan sesuatu. Tapi ku mohon kau harus tetap tenang setelahnya. Janji?", ujar Doyoung membuat Johnny berjalan mendekatinya. "Tidak.. Tidak.. Kau harus tetap di meja-mu dan aku disini. Jangan mendekat", lanjutnya lagi ketika melihat Johnny mendekat. Jarak mereka hanya sekitar dua meter saat ini, dan jujur saja itu sudah membuat Doyoung gemetar.

"Okay. Shoot", balas Johnny diiringi dengat kerutan di dahinya karena bingung dengan tingkah Doyoung.

Sebelum berbicara, ia berpose seolah berdoa meminta keselamatan, "Jaehyun.. Dia akan di jodohkan dengan seseorang. Dan acara itu akan dilakukan 3 hari lagi-", BRAKKK! hentakan tangan Johnny di mejanya hampir saja melepaskan jantung Doyoung. Meski sebenarnya dia sudah mengantisipasi ini, tetap saja rasanya menyeramkan melihat Johnny marah.

Tidak.. Kumohon.. Jangan patahkan tulangku. Aku masih mau hidup tenang.. Doanya dalam hati.

"Apa maksudmu Kim Dongyoung!?! Jika ini candaanmu ini tidak lucu!!!!", Doyoung semakin memendurkan dirinya, Johnny seperti bisa meledakkan amarah pada siapa saja dan kapan saja sekarang.

Goodbyes aren't ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang