1

595 56 3
                                    


"Jaebum hyung ayo bangun, hyung~~ katanya mau main sama Jinyoung."

"Enngghhhh~~ udah diem sini tidur lagi." Jawabnya sambil menarikku dalam pelukannya.

"Hyuung ih apaansih bau iler tau."

Hening.

"Hyung ayo, kemarin hyung udah janji loh."

"Yauda hyung ini udah bangun, bentar ya tunggu hyung diluar."

"Yeayy asikk~"

**

Aku berdiri di kamar ini, memutar memori lamaku akan dia, hyungku, sahabatku, bahkan dia telah aku anggap sebagai kedua orang tuaku. Tetap tak berubah, bahkan tata letak perabotnya masih sama, hanya penghuninya yang berbeda. Tempatku dan Jaebum hyung dibesarkan. Kami tumbuh bersama disebuah panti asuhan. Jangan tanya kenapa aku bisa tumbuh disini, aku malas membahasnya, nyatanya orang tuaku tak mau menerimaku, sedangkan Jaebum hyung adalah anak yang ditemukan ibu pengelola panti ketika beliau distasiun. Karena taka da yang mencarinya sampai 2 hari, akhirnya beliau membawanya kepanti. Dan menjadikan anak asuhnya. Disinilah aku bertemu dengannya.

Aku sudah mulai bayi tinggal disini, sedangkan Jaebum hyung masuk panti ini ketika berusia 5 tahun dan aku 4 tahun. Dia dulu sangat pendiam dan sensitif, setelah beberapa bulan aku mendekatinya, dia berubah menjadi sosok yang hangat dan penyayang. Bahkan dari tempatku berdiri ini aku masih bisa mendengar gelak tawanya, tangisannya, bahkan petuahnya untukku. Tentu saja tubuhku bergetar, mengingat semua memori tentangnya, aku ingin kembali ke masa itu.

Masa dimana dia selalu berada disampingku, saling melengkapi dan berbagi. Namun kini..... bahkan aku sama sekali tak tau dimana keberadaannya. Yang aku rasakan hanya.....

Kenapa waktu berlalu begitu cepat seperti ini? Apakah dia lupa akan janjinya yang terucap?

Terus berdiri didepan kamar ini membuat dadaku sesak, hingga tak sanggup lagi rasanya air mataku keluar. Marah? Kesal? Tidak. Apa mungkin hanya aku yang tak paham dengan perasaanku. Jawabannya adalah aku tidak tau.

aku berjalan menuju taman belakang, masih sama.. walaupun sudah 20 tahun berlalu, namun tempat ini tidak banyak berubah. Tempat yang selalu aku tindukan dalam setiap hembusan nafasku. Beserta seluruh memori indah yang aku ukir disini. Saat dia mengobati lututku karena aju terjatuh saat memenjat pohon, mengajariku soal fisika yang tak aku pahami rumusnya, mendengarkan suara merdunya ketika menghiburku yang sedang terluka, bahkan senyumnya yang membuat kedua matanya menjadi dua garis lengkung, ditambah garnis dikelopak mata kirinya. Dua titik itu mematikan buatku.

Aku tersenyum memandangi halaman belakang ini. Melangkahkan kakiku untuk duduk diayunan yang terbuat dari ban bekas truk yang digantung diatas pohon. Aku mengedarkan pandanganku disekelilingku. Menghentikan pandanganku pada patang pohon besar itu.

Masih ada. Ukiran itu.

-JJ-

JJ adalah akronim namaku dengan nama Jaebum hyung. Bahkan pohon menjadi saksi bisuku dengannya. Selama 16 tahun aku mengenalnya.

Walaupun penghuni panti ini tak seramai dan tak sebanyak dulu. Bagiku tempat ini selalu ramai, tak pernah sepi walaupun nyatanya memang penghuni panti ini sekarang bisa dihitung dengan 10 jari orangnya. Bahkan ibu panti yang merawatku sedari kecil masih sehat. Dan sekarang beliau merawat semua anak dipanti ini dibantu dengan kedua anaknya. Walaupun sudah berkepala 50 beliau tetap nampak sehat seperti dulu.

Dan lamunanku berakhir ketika ada seorang anak kecil yang menarik-narik ujung lengan bajuku.

"Ahjusi.. Ahjusi."

"Ehh.. iya?

"Aku mau main ayunan ini ahjusi."

Aku tersenyum, berdiri dan mendudukkannya diayunan itu.

"Gomawo ahjusi."

Aku hanya tersenyum mengangguk dan seraya pergi sambil mengusap surainya.

Yang menjadi alasanku mengunjungi tempat ini adalah rindu. Sudah 3 tahun ini aku tak berkunjung ketempat ini. Karena kesibukanku untuk menyelesaikan thesisku. Namun sekarang S2 ku sudah selesai dan sekarang aku bekerja disalah satu perusahaan ternama di Seoul. Walaupun aku memiliki jabatan cukup tinggi, namun aktivitasku dikantor masih belum begitu padat. Maka dari itu aku menyempatkan untuk beristirahat sejenak menghilangkan penat hiruk pikuk kota besar di Busan ini.

Iya Busan. Tempatku dibesarkan. Sekarang aku disini, di pinggiran pantai Haeundae. Entah angina apa yang mampu mmebawaku berjalan kaki dari pati asuhanku ke pantai ini. Walaupun jarak dari panti asuhanku ke pantai cukup jauh sekitar 5km. namun aku menikmati soreku ini. Hal yang tak bisa aku lakukan ketika berada di Seoul. Karena di Seoul hanya tempatku untuk bekerja. Karena hari ini sudah memasuki musim gugur, suasana dipantai ini cukup sepi. Tak seperti ketika musim panas, pasti akan ramai dikunjungi oleh turis.

Aku terus berjalan menyusuri tepi pantai tanpa alas kaki. Aku ingin merasakan dinginnya air laut musim gugur. Sedikit menenangkan hatiku yang sedikit panas. Aingin laut ini tak bisa aku rasakan dipadatnya kota besar seperti Seoul. Sudah lama sekali rasanya tak bisa merasakan hal seperti ini. Aku sampai lupa kapan terakhir kali aku mengunjungi pantai ini. Mungkin ketika dia masih ada disampingku.

Sekali lagi aku merasakan kekosongan dihatiku. Lebih tepatnya aku telah merasakan perasaan yang tak bisa aku bilang biasa bagi seseorang yang memiliki hubungan kakak adik. Ya walaupun kami bukan saudara kandung. Semakin lama semakin rumbuh rasa egois yang hanya ingin memilikinya. Hanya aku seorang yang boleh memilikinya. Tidak ada yang lain. Egois? Bisa aku bilang begitu. Bahakan aku sendiripun tak tau bagaimana isi hatinya yang sesungguhanya. Karena kita berdua hanya sama-sama diam dalam rahasia masing-masing. Ingin mengungkapkan tapi takut kehilangan. Itu hal yang paling aku takutkan dulu. Dan sekarang adalah yang paling, sangat aku sesalkan selama hidupku ini.

Aku masih saja terus berfikir, apa aku menyesalinya? Kenapa aku dulu tak melakukan itu? Terkadang memang pikiran seperti itu muncul dikepalaku. Namun aku berusaha untuk menepis itu semua. Membuang itu semua. Karena aku sadar, bahwa menyesali hal yang sudah terjadi dimasa lalu tak akan memberikan perubahan apapun. Maka dari itu aku tak ingin untuk kedua kalinya menyesali hal yang belum sama sekali aku lakukan dimasa mendatang.

Jika boleh jujur memang begitu berat untukku. Karena sebagian otak kecilku masih menolak dengan semua hal yang terjadi selama ini. Seribu kalipun aku berpikir, aku hanya akan kembali pada satu titik itu. Seperti berjalan dalam taman sesat yang memiliki dinding begitu tinggi, jalan sempit dalam ruang tak bercayaha. Bahakan untuk menemukan setitik cahaya kecil sangat suah bagiku. Aku terjebak. Terjebak dalam palung ganas bernama masa lalu. Namun apa daya, dia adalah nafasku. Aku hidup karenanya. Karena dia ada. Dan sekarang? Aku seperti vampire yang haus akan darah. Namun darah yang aku cari tak kunjung aku temukan. Darah yang mampu menghilangkan rasa hausku untuk selamanya.

____

TBC

Halo~ aku bikin work baru, pengen aja sih sebenernya. Dan cerita yang pertama ini ngikutin moodku banget -_-'

OH MY CANDY - JJPWhere stories live. Discover now