1.1

351 31 0
                                    

30 Agustus 2017 , Ranu Kumbolo - Indonesia

Entah sudah berapa milyaran jarak yang aku tempuh, sekarang aku berdiri disini. Negeri Zamrud Khatulistiwa. Terkenal dengan ribuan budaya dan bahasa lokal, namun bahasa ibunya tetap satu. Yaitu Bahasa Indonesia. Aku sangat kagum dengan kemampuan masyarakat disini dan Indonesia adalah salah satu negara yang sangat ingin aku kunjungi.

Dan sekarang aku berdiri disini, menikmati hangatnya sinar matahari pagi menghadap danau nan luas didepan mata dengan dua bukit bejejer seperti gunung, dibelakangku ada tanjakan yang bernama tanjakan cinta. Disini negara dengan 2 musim, jadi berbeda dengan Korea, jika di Korea sudah memasuki musim gugur dan suhu mulai menurun. Tapi disini aku bisa merasakan hangatnya sinar matahari sepanjang hari.

Ranu Kumbolo, disinilah aku. Aku sungguh tak menyangka aku bisa memajakkan kakiku ditanah ini. Salah satu destinasi untuk bercumbu dengan alam. Aku berada disini juga berkat saran dari salah satu kenalanku sewaktu kami bertemu di Jogjakarta, dia menyarankanku untuk mendaki gunung Semeru. Salah satu gunung tertinggi di pulau Jawa. Dengan dibantu oleh seorang porter kenalannya yang bernama Adhi. Dia penduduk lokal disini dan tinggal di Malang.

Ketika aku sampai distasiun Malang dia menjemputku, aku kira dia akan sendirian, tapi ternyata tidak, dia membawa salah seorang teman wanitanya. Dan dua orang ini menemaniku untuk mendaki gunung Semeru.

Perjalanan dari stasiun Malang menuju Ranupani memakan waktu sekitar 2,5jam. Lumayan jauh jarak yang harus ditempuh, oleh karena itu aku menyarankan untuk menyewa jeep saja daripada membawa motor. Karena kerir yang kami bawa juga cukup besar-besar.

Selama diperjalanan kami saling bertukar cerita, aku yang bercerita kenapa menjadi traveller untuk keliling dunia dan mereka bercerita tentang betapa cintanya mereka dengan alam Indonesia.

Nama yeoja itu Kiki, walaupun pas aku tanya apa kalian berdua pacaran, dia menjawab tidak. Tapi aku melihat sesuatu yang berbeda dari kedua mata dua sejoli itu kkkkkk~ lucu. Kadang baikan kadang teriak-teriak bikin kuping pecah, apalagi si Adhi suka nggodain si Kiki.

Melihat mereka berdua, terutama si Kiki, aku jadi teringat akan Jinyoung. Apa kabar dia? Apa dia marah dengan aku yang tiba tiba meninggalkannya sendirian di Seoul?

-JJ-

******

Jika kalian bertanya kenapa aku menjadi traveller dan meninggalkan Jinyoung sendirian di Seoul. Jawabannya adalah untuk mencari diriku. Setelah semua hal yang terjadi dihidupku. Aku memang menyembunyikannya dari Jinyoung, hampir selama 1tahun ketika kami keluar dari panti, aku tak pernah bercerita secara detail tentang hal apa saja yang aku alami. Belum waktunya, aku belum siap. Jadi aku lebih memilih untuk diam dan memutuskan untuk keliling dunia.

Jika kamu bilang aku hanya mengikuti emosiku semata, mungkin aku bisa bilang iya untuk saat ini. Akan tetapi hatiku menjadi damai ketika mengikuti emosi ini, apa sesungguhnya ini sungguh emosiku?

Sebenarnya yang aku inginkan adalah melihat sudut dunia dengan pandangan yang luas. Mempertajam tatapanku disetiap sudut terkecil yang ada, menjadi relavan dan pekerja serabutan disetiap negara yang aku kunjungi guna bertahan hidup untuk mengisi perut.

Sudah banyak hal yang aku lewati, sedih senang mengharukan, bahkan aku hampir dilecehkan secara seksual ketika aku berjalan melintasi perbatasan AS-Kanada, karena memang aku sedang berjalan didaerah yang rawan dengan hal yang seperti itu. Beruntung dulu ada seorang wanita parubaya, mungkin umurnya sekitar dengan ibu panti yang merawatku. Dia menolongku dari serangan buas mereka. Jujur selama aku berjalan sendiri, hal yang paling aku takutkan adalah manusia.

Menurutku, untuk menghadapi makhluk yang bernama manusia tak hanya membutuhkan kekuatan fisik, lebih dari itu. Aku masih belajar membaca pikiran manusia dari tatapan matanya dan raut wajahnya. Lama kelamaan hal ini merupakan hal yang mudah bagiku. Maka dari itu, semenjak dari kejadian di AS dulu, aku sudah tak pernah lagi mendapatkan perlakuan seperti itu.

Karena memang tempat yang aku kunjungi bukanlah ranahku sendiri. Aku tetap harus menghormati tuan rumahnya.

Jika aku disuruh memilih, hidup seperti apa yang kamu ingin kan? Aku akan menjawab seperti ini. Bebas, aku bisa bebas terbang kemanapun aku mau tanpa ada beban berat dipunggungku. Berat kerir dipunggungku malah lebih ringan dari semua pelik kehidupan didunia ini. Cukup berjalan kaki apa susahnyakan?

Dan Jinyoung.....

Hhmmmm..... Dia permata yang harus dijaga. Bisa aku bilang salah satunya dengan cara seperti ini. Aku tak mau membuatnya terluka. Walaupun aku paham dengan aku yang meninggalkannya seperti ini pasti membuat hatinya sakit. Aku paham betul dengan sikapnya.

Hanya satu yang ingin aku ucapkan padanya, Maaf.
Maafkan hyungmu ini Jinyoung. Aku memang bukanlah yang terbaik, tapi tunggulah aku yang akan menjadi 1000 kali lebih baik dari sebelumnya. Dan maaf karena untuk saat ini aku belum bisa kembali ke Seoul. Mungkin nanti jika aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan dan aku yang telah menjadi lebih dewasa dari sebelumnya.

***

31 Agustus 2017, Kalimati - Indonesia

Sebuah tanah lapang membentang luas dihadapanku. Dari sini aku dapat melihat dengan jelas puncak gunung Semeru didepanku, dengan perbatasan vegetasi dan pasir didepan mata yang sangat kontras warnanya.

Damai. Yang aku rasakan saat ini adalah itu.

Bintang-bintang beserta milkyway terlihat jelas malam ini, bahkan aku sama sekali tak bisa memalingkan mataku darinya. Sungguh menajubkan.

Ditemani dengan segelas kopi kami bertiga bercengkrama dengan pendaki lain. Aku sedikit-sedikit belajar akan bahasa ibu mereka. Walaupun yang aku pelajari adalah bahasa Jawa. Karena mereka semua yang bertemu aku disini kebetulan orang Jawa semua.

Semakin malam udara semakin dingin. Mungkin seperti ini udara di Seoul sekarang. Karena sudah memasuki musim gugur.

Aku jadi teringat kebiasaanku dengan Jinyoung ketika masih tinggal dipanti. Ketika musim gugur tiba. Disetiap ada waktu dimalam minggu, aku akan membuat api unggun kecil dihalaman belakang panti dengannya, untuk menghangatkan badan dan untuk melihat bintang-bintang. Sederhana memang tapi sama sekali tak bisa aku lupakan semua kenanganku dengannya. Aku jadi semakin merindukannya, rindu akan rengekan manjanya ketika tangannya mulai kedinginan. Biasanya aku yang akan menghangatkan kedua tangan mungilnya itu.

Dan hari ini hal itu terjadi sama Kiki, dia dari tadi terus mengeluh karena kedinginan, kebetulan dia memang tidak membawa sarung tangan. Walaupun baru dua hari kenal, aku bisa merasakan kehangatan hatinya. Dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri. Dengan segala keberanian aku meraih tangannya dan menghangatkannya dengan kedua tanganku. "Aahh~ gomawo oppa."
Dia memanggilku oppa kkkkkkkk~ jadi kebetulan memang dia seorang penggemar KPop, ya kalian tau sendiri bagaimana hebohnya mereka ketika bertemu dengan orang Korea. Termasuk aku, waktu dia pertama kali melihatku, aku bisa melihat dengan jelas dia sangat terkejut dan melongo. Katanya aku sangat mirip dengan salah satu member dari idol favoritnya.

Dan selama di Ranu Kumbolo kemarin, dia yang menemaniku untuk hunting foto. Hobinya fotografi sih katanya dan akupun dengan suka rela menjadi modelnya. Aku akui memang hasil jepretannya patut diacungi jempol, dari 200 lebih fotoku yang dia ambil sama sekali tak ada yang jelek. Aku juga sering mengajaknya untuk foto selfie berdua denganku, dia girang banget. Aku paham, sampai fotoku dengan dia memenuhi semua memori hapenya dan pada akhirnya hape Adhi yang menjadi korban. Berakhir dengan omelan Adhi ke Kiki yang menurutku sangatlah tidak penting kkkkkkkk. Mungkin dia cemburu hahaha. Yauda biarin biar dia tau rasanya kalau orang yang dia suka dekat dengan orang lain.

Jadi sebal sendiri melihat mereka berdua itu.

-JJ-
___

TBC

Jadi yang tulisan italic itu catatan di buku diarinya Jaebum ya.

OH MY CANDY - JJPWhere stories live. Discover now