2

14 4 0
                                    

maaf banget ya baru apdet setelah berbulan-bulan..

nih lanjutannya.. amatiran banget. maaf..

•••


"Heh, lo maling ya?" ucap gue.

"Hai, namaku Justine Bieber," katanya saat berada di depanku dengan tangan yang siap untuk disalami, "Panggil aja sayang" lanjutnya disertai kekehan kecilnya.

Ingin sekali kujambak jambul lelaki itu. Jambul yang berdiri dengan kokohnya seperti menara eiffel yang tinggi dengan pucuk yang meruncing.

"Eh apa? Justine bieber? Nama apaan? Bagusan juga Udin Wardhana." ceplos dewa.

"Diem elah. Gue lagi usaha." terang laki-laki itu yang ternyata bernama Udin Wardhana.

Gue diem aja. Langsung gue tarik flashdisk itu dari leher si maling, Udin. Tak lupa kuberi tatapan sinis serta sedikit tendangan di kaki.

Gue liat si udin cuma meringis. Yaudah lah, peduli apa gue sama dia. Udah malingin benda mungil gak berdosa, dengan santainya nyengir kuda, dan kekehan manisnya yang ingin sekali kutendang mulutnya.

Akhirnya gue kembalikan benda mungil itu ke Linda yang tengah asyik menyuapi Rizki dengan nasi goreng buatannya. Mesra memang. Tapi entah kenapa gue jijik liatnya.

"Nih Lin flashdisk lo," gue lempar benda itu dan mengenai Rizki. "Tadi si maling yang ambil." jelas gue lalu pergi begitu saja dari lapangan itu. Gue sangat kesal karena gak jadi bermain basket. Moodku dihancurkan begitu saja oleh lelaki yang baru saja mendapat julukan 'si maling' itu.

10 menit lagi istirahat usai. Gue berniat buat ke kantin. Cacing peliharaan gue udah disko, minta diisi. Dan akhirnya gue membeli 2 roti rasa coklat dan juga sebuah air mineral botolan. Kantin masih padat meski waktu istirahat akan segera usai. Karena tidak ingin berlama-lama di antara gerombolan zombie kelaparan, gue pun memutuskan untuk memakan jajanan gue di kelas.

Disaat gue berjalan melewati lapangan basket, --antara kantin dan kelas gue terhalang lapangan basket, jadi muter gitu-- gue ngeliat Dandy dkk. masih bergelut dengan bola basket mereka. Pengennya sih nimbrung kesana. Tapi setelah ngeliat si maling ada disana ya gak jadi deh.

"Haska," panggil seseorang yang tidak lain abang gue. Siapa lagi yang akan manggil gue dengan sebutan Haska selain abang gue itu. "Airnya buat gue ya. Haus." lanjutnya saat berada di depanku.

Tanpa mendengarkan jawabanku terlebih dahulu, Dandy langsung mengambil botol air mineral dari tanganku. Dibukanya botol yang masih bersegel itu dan meminum isinya hingga tinggal seperempat.

Gue cuma ngeliat hal itu datar. Sebenarnya ingin sekali menendang Dandy. Tapi gue masih waras untuk mengingat jika dia masih abang gue.

"Makasih Haskaku sayang." ucap Dandy sembari mengembalikan botol air mineral yang isinya tinggal seperempat.

Kutatap datar dirinya dan langsung kuarahkan botol itu ke dahi abangku, dan langsung kudorong dahi itu sekuat yang kubisa. Namun, gelagatku sudah diketahui Dandy hingga abang gue itu memberi serangan balik dengan mencubit kedua pipiku dengan 'sangat amat pelan'.

"Gemesin deh adik gue satu ini," ujarnya dengan masih memegang pipiku, "lain kali kalau mau jahat pinter dikit ya." sambungnya lalu mencium dahiku singkat dan berlari meninggalkan gue begitu saja.

Banyak siswa yang berlalu lalang saat kejadian itu karena bel masuk telah berbunyi dengan indahnya. Yang mengerti jika Dandy adalah abangku merasa wajar dengan kejadian yang terjadi. Namun, beberapa siswa lain menatapku dengan beragam bentuk. Entah itu sinis, jijik, marah, sedih, iri, atau sebaliknya. Bagaimana tidak? Abangku sangat populer di sekolah ini. Dan gue sebagai adiknya?! Hanya dikenal oleh teman sekelas, teman sepermainan basket, tim basket abangku, dan juga beberapa kakak kelas yang mengetahui gue entah dari siapa.

Pemberian TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang