4

4 1 0
                                    

Sepulang sekolah Rania langsung mengemasi semua barangnya dan berusaha secepat mungkin pergi dari sekolah.

Hari ini tak ada waktu untuk meminta gendong dari abangnya karena pasti Dandy sudah pulang duluan. Rania tak ingin digendong oleh si maling, dan Rania mengantuk sedari tadi karena tidak tidur sama sekali tadi. Rania menjadi anak rajin hari ini. Dia memperhatikan guru dan mencatat materi-materi penting. Hingga Linda memotret Rania untuk diabadikan dan dikirim ke Dandy sebagai bukti bahwa Rania sedang tidak sehat.

Di depan gerbang Rania mulai mengendap-endap, benar-benar tak ingin bertemu dengan lelaki yang merubah moodnya menjadi hancur sekali.

Rania tak bisa melihat Udin karena masih banyak siswa/i yang berlalu lalang. Bagaimana tidak. Karena ini masih hangat-hangatnya bel pulang sekolah. Rania menggunakan kesempatan ini untuk menjadi salah satu dari gerombolan pelajar pulang cepat. Rania berada di tengah-tengah dan sedikit merundukkan tubuhnya.

Rania bingung akan pulang menaiki apa. Linda sudah dipastikan bersama pacarnya. Jika menghubungi abangnya sudah dipastikan abangnya itu akan menghubungi si maling. Papanya juga belum pulang jika jam segini. Rania bingung. Dia tak pernah memakai kendaraan umum. Dia pernah sekali menaiki kendaraan umum. Dan tidak sampai pada tempat tujuannya. Akhirnya dia menangis dan menghubungi abangnya. Ternyata Rania salah jalur. Dari kejadian itu tadi Rania memutuskan tak 'kan pernah lagi menaiki kendaraan umum.

Rania masih berjalan bersama gerombolan siswa yang tadi diikutinya. Mereka menuju halte bis. Dan Rania semakin bingung. Pasalnya kata Dandy tak ada bis yang mengarah ke rumahnya. Handphone Rania batrainya habis. Rania bisa saja berjalan dengan mengingat-ingat rute rumah ke sekolah. Tapi ia tak ingin jika kedapatan terlihat oleh si maling.

Dan tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan halte bis. Rania mengenali mobil ini. Kaca belakang dari mobil itu terbuka dan menunjukkan sosok lelaki yang suka sekali berbicara seenaknya. Dewa Pratama.

"Lo ngapain disitu?" tanya Dewa.

"Mau pulang," jawab Rania, "Nebeng ya." Rania menunjukkan muka melasnya.

"Masuk aja,"

Rania pun langsung masuk ke dalam mobil Dewa, ralat, mobil Ayahnya Dewa. Dengan duduk di samping Dewa dan Pak Sopir yang mengemudi di depan.

"Bukannya gaada bis yang lewat rumah lo?" Dewa membuka percakapan.

"Emang,"

"Trus ngapain lo berdiri di sana? Kaya orang ilang aja,"

"Gue tuh sebenernya lagi ngumpet dari si maling,"

"Oiya, bukannya lo sekarang harusnya ketemu dia? Apa gue hubungin Udin kalo lo sekarang ama gue?" Dewa bertanya

"Gausah, gue kan tadi bilang mau ngumpet oon,"

"Emang napa sih? Bukannya kemaren lo abis digendong manja ama dia," Dewa mulai menggoda Rania.

Tanpa banyak beragumen Rania langsung menghantam lengan Dewa hingga lelaki itu terdorong menghantam pintu mobil.

"Aduh, lo ini cewe apa cowo sih. Sakit nih,"

"Apaan sih, orang tadi biasa aja. Lo aja yang ceking, jadi digituin aja mental,"

Hingga tak terasa akhirnya sampailah di rumah Dewa.

"Kok gak anterin gue pulang sih," protes Rania.

"Udin ada di rumah lo sekarang, katanya lo mau ngumpet,"

Rania terkejut, "loh kok?"

Udin Sedunia

14.33

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pemberian TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang