Setelah malam itu aku mulai merubah pandanganku pada si bocit. Aku sudah memikirkan semua percakapan mereka di pesta itu semalaman suntuk dan sukses menambah kantung mata yang menyebalkan ini semakin jelas.
Bocit, Pa Kuncoro dan istrinya malam itu membicarakan tentang diriku dan yang lebih mengherankan lagi, si bocit dengan jelas mengatakan bahwa aku adalah pilihan terbaik untuk masa depannya. What the fuck!
Demi Tuhan, bocit itu seumuran dengan papahku dan kalau benar dia menyukaiku? Apa yang harus aku lakukan?
Kedekatan bang Reno dengan si bocit juga menjadi perhatianku. Apa bang Reno sebenarnya tau kalau si bocit ternyata menyukaiku? Lalu mereka berkomplot menjebakku dalam situasi kerja yang bisa membuat diriku dan si bocit tua itu semakin dekat. Ini mencurigakan!
---
Setelah melewati long weekend yang melelahkan, akhirnya hari ini aku harus kembali ke kantor ini. Aku tidak menikmati sama sekali liburan di akhir pekanku, semua karena pikiran pikiran aneh itu yang menganggu sistem sarafku menjadi lelah dan mood ku rusak.
Aku bersumpah jika dalam beberapa hari ini aku mendapati bos tua ku itu merayuku, maka aku akan resign. Titik.
Saat semua pikiranku masih saja fokus pada masalah itu tiba tiba saja suara panggilan dari orang itu menggema dtelingaku.
"Sya... Resya...kamu dengar saya?" Ucapnya.
Aku memegang tengkuk ku yang tiba tiba merasa merinding disko, panggilan darinya seakan mendapat panggilan dari dunia lain, ish serem. Akh! Oke stop re!
"Iya pak" sahutku.
"Saya minta tolong kamu berikan jadwal saya hari ini" ucapnya dan kemudian berlalu masuk kedalam ruangannya.
"Siap pak" sahutku lagi.
Oke re, lo harus profesional. Selama dia tidak menunjukan sikap yang mencurigakan, aku harus bisa menghambat pikiran pikiran ini.
Dengan segera jemari lentikku menari di atas keyboard dan memeriksa setiap email yang masuk. Mulai menyusun jadwal si bocit dari pagi hingga sore hari.
---
Siang ini aku merasa enggan untuk turun dan makan siang, aku lebih memilih untuk memesan makanan secara online. Rasanya kaki ku begitu berat untuk melangkah.
"Ga makan siang kamu sya?" Tanya si bos yang baru saja keluar dari sarangnya.
"Nanti pam" sahutku.
"Jangan ditunda lho sya, nanti kamu sakit"
Aku menyipitkan mataku dan menatapnya penuh curiga. Apa dia barusan memberiku sebuah perhatian?? Ini mencurigakan.
Seolah bisa membaca perubahan dari ekspresiku, si bocit kembali bersuara.
"Ya kalau kamu sakit, saya yang repot lo sya. Bisa rugi saya kalau ki izin" ucapnya.
Aku menghela nafas lega, kalau mendengar kata katanya barusan. Aku sudah yakin jika dia adalah bos bocitku, di oataknya hanya untung dan rugi. Oke sya, kali ini kamu salah.
"Baik pak, sebentar lagi saya makan"
"Ya sudah, saya duluan kalau gitu" ucapnya sambil berjalan sambil membenarkan posisi celananya sampai ke perut.
Ahh, sepertinya semua pikiran ini jadi mempengaruhi cara pandangku terhadap si bos. Padahal aku tau kalau semua perlakuannya barusan adalah hal yang wajar.
Ya Tuhan Rere, berhentilah memikirkan hal itu! Aku mulai membereskan mejaku dan bersiap untuk turun dan menunggu makanan yang aku pesan tadi. Daripada berada disini dengan segala pikiran tak jelas ini.
Baru saja aku bernafas lega, dihadapanku sudah ada seoarang OB yang menyerahkan sebuah bungkusan padaku.
"Dari sapa?" Tanyaku.
"Pak bos, bu Resya" jawabnya singkat.
Tuh kan! Apa aku bilang?? Dia tuh mencurigakan!!!
***
Med malam...maafkan jika ada terdapat typo yaa..
Semoga ceritanya menghibur ^^Salam manis dari aku
Banjarbaru, 5 Des 17

KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs You (SELESAI)
Chick-Lit(BELUM DI REVISI) punya bos yang tua, botak dan perut buncit itu sumpah bikin hidup Resya makin menderita. bukan hanya itu, bosnya itu juga pelit dan suka main perintah. Hubungan mereka bagai Tom & Jerry. Resya menjulukinya Bocit ( botak dam buncit)...