Bagian 4: Kejutan untuk Alana

47 5 0
                                    

"Untuk luka yang kau beri, ku ucapkan terimakasih. Semoga suatu saat nanti, kamu akan menyadari bahwa tidak ada yang yang mencintai mu sesabar aku." -Dari Alana untuk Kenzo.

----

Senin, adalah hari yang begitu panjang. Hari yang paling tidak disukai oleh para pelajar. Entah karena malas mengikuti upacara yang memang dilaksanakan setiap hari senin atau karena masih ingin bermalas-malasan dirumah tanpa harus ada tugas.

Pelajar punya alasan nya sendiri.

Sama seperti pelajar yang lain, Alana pun tidak menyukai hari senin. Bukan benci, bukan. Hanya tak suka saja. Dan Alana punya beberapa alasan nya.

Pertama, jalan ibukota selalu padat apabila hari senin. Para pekerja kembali masuk setelah menjalani libur selama dua hari. Kedua mata pelajaran untuk hari senin itu sangat melelahkan, tujuh mata pelajaran harus ia jalani, dan dua diantara nya adalah Matematika dan fisika. Yang terakhir upacara. Bukan nya Alana tidak mau menghargai jasa para pahlawan, tapi siapa yang 'betah' berdiri selama empat puluh lima menit yang sepuluh sampai dua puluh menitnya dipakai untuk amanat yang tiap kali upacara hanya membahas hal yang itu-itu saja.

Saat ini Alana sedang dalam perjalanan menuju sekolah nya, namun sepertinya kali ini dewi fortuna tidak berpihak padanya. Alana terjebak macet, masalah yang terjadi di ibukota karena kepadatan penduduk.

"Masih lama gak ya pak kira-kira ?" tanya Alana gelisah kepada pak sopir.

"Waduh, kurang tahu nih non. Tapi kayanya masih lama deh non, wong ini saja gak jalan-jalan" jawab pak sopir khas dengan logat jawa nya.

"Yah" seru Alana kecewa.

Alana bingung, lima belas menit lagi bel masuk akan segera berbunyi tapi ia masih terjebak macet. Jarak nya saat ini masih jauh dengan letak sekolah nya.

"Gini saja deh pak, saya naik ojek saja. Kayanya kalo nungguin ini yang ada saya telat datang kesekolah nya"

"Tapi non nan-"

"Bye pak ujang. Hati-hati dijalan" belum juga pak sopir selesai berbicara. Tapi Alana sudah turun dari mobil dengan sigapnya.

Sekarang Alana sudah berada dipinggir jalan, menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari dimana letak pangkalan ojek. Sudah lebih dari tiga kali mencari tapi naas nya Alana tidak menemukan pangkalan ojek, terbilang aneh memang namun itu memang kenyataannya.

"Cari ojek ya mbak?"

"Iya nih, abang ojek kan ? Anterin-" ucapan Alana terhenti ketika melihat siapa orang yang tadi bertanya padanya.

"Lo mulu, bosen" kata Alana ketus.

"Yaudah deh kalo mbak nya gak mau, yang mau naik motor saya banyak ko. Selamat berjalan kaki mbak" seru Langit sambil pergi meninggalkan Alana.

Langit tahu kalau Alana butuh tumpangan, maka dari itu langit tidak langsung menancap gas kencang. Langit jalan perlahan sambil terus melihat Alana dari kaca spion.

"Langit tunggu" teriak Alana sambil mengejar langit.

Sudah tidak ada waktu lagi apabila Alana menolak tawaran Langit, kali ini Alana membuang jauh-jauh gengsi nya itu.

Setelah mendengar teriakan Alana, Langit menepi ke trotoar jalan. Menunggu Alana yang saat ini sedang berjalan ke arah nya.

Selama diperjalanan Alana hanya terdiam bisu, menikmati hembusan angin yang menerpa wajah nya. Sudah lama sekali Alana tidak naik motor, senang rasanya bisa naik motor kembali. Alana pernah jatuh dari motor, dan kejadian itu membuat Alana dijauhkan dari kendaraan bernama motor oleh kedua orangtua nya.

Hadirnya KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang