4 🔹 Si Cabe

117 9 5
                                    





Happy Reading!

Jangan lupa vote💙


Riuh kelas IPA1 sedari tadi terdengar panas, bahkan penjual bakso eceran di depan gerbang pun mungkin bisa mendengar betapa ricuh nya kelas unggulan itu.

"Saya mengoreksi yang tadi, dimana kata anda bahwa anak berusia dua belas tahun ke bawah tidak seharusnya menggunakan ponsel pribadi. Saya kurang setuju, bukan nya dengan teknologi yang sudah maju akan lebih mudah untuk para anak-anak mendapatkan ilmu?"

"Anda yakin ponsel itu mereka pergunakan untuk mendapatkan ilmu? Melihat ke miris-an jaman, saya yakin hanya tersisa dua dari sepuluh anak yang melakukan apa yang Anda bilang barusan. Lagi pula, untuk usia mereka sangat di anjurkan membaca buku yang nyata, karena radiasi dari smartphone hanya akan merusak saraf mata mereka"

Luna berhasil membalas pernyataan Sakha tadi hingga ia dan Rio juga Rani sebagai peserta terdiam. Akibatnya, sorakan lagi-lagi terdengar, mungkin mereka merasa ini adalah debat dan diskusi paling panas yang pernah mereka lihat.

"Atas dasar apa Anda bisa berpikir kalau anak-anak menyalah gunakan teknologi?" Kali ini kembali Rani yang mengeluarkan sanggahan.

"Kecanduan game online, kecanduan porno grafi, kecanduan social media, apa itu belum cukup sebagai dasar?" Tanya Luna dengan tegas, pasalnya dari tadi Rani terlihat seperti ingin menjatuhkan nya, bukan melakukan diskusi seperti apa yang di tugaskan.

"Saya setuju dengan penyampaian tadi, tapi apa satu-satu nya cara untuk menyelamatkan anak-anak hanya itu? Maksud saya mengingat jaman yang canggih, mungkin saja ada cara lain untuk mengatasi masalah itu" Rio bertanya dengan serius, jujur Luna sedikit terperangah, ternyata cowok jahil ini bisa serius juga.

"Para penerus bangsa sebenarnya masih bisa menggunakan ponsel pribadi atau smartphone, namun harus ada pengawasan tinggi dari para orang tua. Tapi sayang nya justru kepedulian keluarga untuk sekarang sangat menurun" Marcel menjawab pertanyaan Rio tadi dengan sangat lancar.

Melihat sudah tidak ada lagi yang akan di katakan para peserta, Dea sebagai moderator mengambil alih.
"Bagaimana? Masih ada lagi yang ingin bertanya, memberi pendapat, atau sanggahan?"

Gelengan serentak dari Sakha, Rio dan Rani membuat Dea mengangguk mengerti,
"Kalau begitu kita langsung saja mendengar kesimpulan dari notulis dipersilahkan."

Luna menoleh pada Hana yang duduk tidak jauh darinya, Hana berdiri sambil memegang kertas yang Luna pikir adalah catatan tentang diskusi ini.

"Kesimpulan, masalah ini terjadi karena penyalahgunaan penerus bangsa terhadap teknologi. Cara mengatasi di perkirakan hanya dua, tidak memberikan ponsel pribadi pada anak dibawah umur, atau memberikan pengawasan tinggi pada anak yang telah memiliki smartphone. Diskusi selesai."

Prok

Prok

Prok

Tepuk tangan meriah menyambut selesai nya praktik kelompok Luna.

"Bagus sekali, nilai kalian semua A" ujar Bu Resi. Luna dan Hana langsung bertatapan senang, bahkan Rio dan Marcel sudah berpelukan sangking senangnya, dan Sakha. Luna suka liat senyum Sakha seperti itu, senyum bahagia dan tenang.

Luna mulai menghitung lagi saat mata Sakha tiba-tiba balas menatap tatapan nya

Satu..

Dua..

"Kha, kita dapet A, yeay!"

Luna memejamkan mata nya sebentar, baru dua detik! Gosh! Dan si cabe goreng, oke ini jahat tapi Luna rasa panggilan khususnya itu sangat amat tepat untuk menggambarkan sosok centil, ya Rani.

Carry OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang