3 🔹 Kelompok

137 12 4
                                    



Happy Reading!

Jangan lupa vote💙


Sesudah menawarkan bantuan tadi, yang di balas dengan anggukan Luna, kini Sakha terlihat berjalan maju menuju tempat duduknya.

"Selamat pagi" tepat beberapa detik Sakha tiba di tempat nya, Bu Resi, guru bahasa Indonesia masuk. Sontak semua siswa membalas ucapan itu.

"Ibu akan bacakan hasil ulangan kalian minggu lalu" satu kalimat itu bisa membuat hampir seluruh siswa menahan napas, termasuk Luna. Walau ia yakin telah menjawab dengan benar, namun namanya di bacakan seperti ini ya pasti gugup.

"Abyan Dinarta, delapan puluh"

"Afsakha Ganendra, sembilan tujuh"

"Aluna Carissa, sembilan lima"

Luna meringis pelan, dua nilai lagi ia bisa sejajar dengan Sakha. Tetapi ia sadar, Sakha tetap tidak bisa berdampingan dengan nya. Luna menggeleng, harusnya ia bersyukur.

Luna terus diam sambil mendengarkan Bu Resi membacakan nama dan nilai teman-teman kelas nya, hingga tiba pada Hana.

"Hana Ashira, sembilan puluh"

Mendengar itu Luna menoleh pada Hana di samping nya,
"Not bad, masalah mengarang, sama seni kan emang lo pawang nya," ujar Hana yang dibalas Luna dengan memutar bola mata malas.

"Terakhir, Virio Margantara. Tujuh sembilan"

"Tambahin satu lagi dong, Bu. Biar genap gitu" protes Rio, yang mendapatkan tatapan tajam dari Bu Resi.

"Nggak bisa. Sudah lanjut, kali ini Ibu masuk di materi menyampaikan gagasan dan tanggapan dalam diskusi"

Luna dan Hana sudah bersiap mendengar penjelasan selanjutnya.

"Bicara tentang diskusi, sudah pasti Ibu akan bagi kalian jadi beberapa kelompok"

Terdengar bisikan-bisikan antusias, Luna yakin sudah banyak dari mereka yang berdoa dalam hati agar satu kelompok dengan teman dekat mereka dan terutama satu kelompok dengan dia, Sakha.

Luna tidak mau munafik, ia juga sempat meminta dalam hati pada Tuhan agar bisa satu kelompok dengan Sakha dan Hana.

"Kelompok pertama, Afsakha dan teman duduknya Marcel, Dea dan teman duduknya Rani,  Aluna dan teman duduk nya Hana."

Tuhan mengabulkan doa Luna.

"Takdir se keren ini ternyata" tak disangka, ternyata Hana yang lebih dulu buka mulut. Luna membenarkan ucapan Luna dalam diam, dan hanya terkekeh kecil.

"Nggak bisa gitu dong, Bu. Masa yang pinter-pinter di satu in, lah kita yang lain biji jagung mau di apain?" Belum sempat Bu Resi melanjutkan untuk kelompok dua, Protestan dari Rio terdengar untuk kedua kalinya.

Bu Resi terlihat mengambil napas panjang, berusaha sabar pada tingkah Rio
"Terus, menurut kamu yang baik gimana?"

Rio berdehem sebentar,
"Yang baik kalau saya juga masuk di kelompok itu, Bu."

Sorakan tak terima terdengar untuk Rio. Bahkan Hana pun terdengar mendengus, Luna hanya mampu menggelengkan kepala.

Sebelum Bu Resi menjawab, Rio kembali bernegosiasi,
"Lagian ini juga kan saya bantu Ibu, orang jumlah kita di kelas ini 35, jadi kan pas Bu, perkelompok tujuh orang."

Luna sudah pernah bilang kan, kalau Virio ini orang nya keras kepala?

"Oke, tapi awas kalau kamu bikin masalah" Rio tersenyum lebar mendengar persetujuan dari Bu Resi. Ia segera mengangguk cepat, bahkan sangat cepat hingga Luna khawatir tulang leher nya bisa saja patah.

Carry OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang