Sweetest December

11K 429 41
                                    

—NaruHina—




Terkadang, aku berharap dia mati jauh lebih baik. Dari pada mementingkan pribadinya yang beralasan demi kebaikanku. Seperti semua yang dia lakukan demi diriku, padahal itu hanya untuk keuntungannya sendiri.

Walaupun begitu, sepenuh hati gadis itu tidak benar-benar mengharapkan suatu hal seperti itu. Bagaimanapun, seseorang yang dia inginkan mati tetaplah Ayahnya. Mau dikata kejam sekalipun, orang itu tetaplah Ayahnya.

Dia merasa dijual, dibuang, tidak di butuhkan. Hiashi bilang, itu demi kebaikannya. Tetapi gadis itu, Hinata, dia merasa itu hanya omong kosong sebagai tutup keuntungannya saja. Bahwa Hiashi hanya ingin dirinya makmur dengan menjodohkan putri satu-satunya dengan lelaki yang Hiashi idamkan menjadi menantunya. Kaya, banyak uang, kehidupan cerah dan lain sebagainya.
Tidak memikirkan perasaan Hinata yang terus menerus menjadi dongkol.

"Kuingatkan lagi, dia tidak menjualmu, mengerti? Dia hanya ingin yang terbaik untuk kehidupanmu kelak. Lagi pula, memang aku yang mengajukan diri untuk dijodohkan denganmu. Jadi, Ayahmu tidak menjualmu. Dia memberikan dirimu kepadaku dengan penuh harap, seperti aku yang berharap bisa membuatmu bahagia."

"Aku mengerti. Dia tidak menjualku, tapi menyerahkan diriku secara, cuma-cuma. Dia dapat apa dari keputusannya? Aku benar-benar bingung dengan jalan pikirnya. Apa memang semua orang tua seperti itu?"

Kemudian lelaki bersurai pirang itu kembali melepaskan bola basket yang sempat dia pegang untuk dimasukkan kedalam wadah penyimpanan. Dia merasa tersindir dengan ucapan Hinata yang masih saja berpura-pura tolol, atau memang belum mengerti perkataannya tadi tentang; dia bukan gadis yang dijual.

Uzumaki Naruto, nama lelaki pirang itu, menurutnya sudah menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti untuk ukuran anak berusia delapan belas tahun, tetapi gadis dihadapannya ini tidak mau mengerti dan kekeh bahwa ia memang dijual, bukan diminta oleh seseorang dengan perasaan yang tulus.

Dia kemudian mengambil bola itu lagi, lalu menyimpannya kedalam wadah. Setelah itu dia berembus pelan, mencoba menjelaskan situasi yang sesungguhnya menimpa Hinata.

"Dengar, Ayahmu tidak menjualmu dan aku tidak membelimu. Aku memintamu dengan tulus. Dan Ayah menyerahkanmu dengan halus, tidak dengan keterpaksaan. Ayah melakukan ini demi kebaikanmu. Dia percaya padaku, sebagai lelaki yang pantas untukmu, juga sebagai lelaki yang mampu atas dirimu kedepannya."

Seperti Hinata adalah gadis yang menomorsatukan materi didalam hidupnya. Keputusan Hiashi menerima pinangan Naruto sebagai lelaki yang pantas dan mampu untuk Hinata, seperti menempatkan Hinata diatas golongan gadis yang suka dengan uang, kekayaan. Seperti Hinata adalah salah satu gadis materialistis yang hanya mengincar lelaki-lelaki kaya saja.

"Ya. Semuanya bilang demi kebaikanku, tanpa bertanya bagaimana baiknya kepadaku. Apakah aku setuju, apakah aku menerima, apakah aku ingin... Dia bahkan tidak bertanya. Tau-tau aku sudah dijodohkan dengan Uzumaki sensei."

Lelaki yang menjadi Guru olahraga di Kyoto Senior High School. Terpaut usia sembilan tahun dengan Hinata. Dia satu-satunya anak dikeluarga konglomerat Uzumaki, pemilik tambang minyak terbesar se-asia. Pewaris bergelimang harta. Hiashi sangat pandai mencari menantu.

Seperti seorang Cinderella, si gadis miskin yang dinikahi pangeran kerajaan. Satu perbedaannya adalah masalah cinta. Hinata sama sekali tidak mencintai Naruto, tidak seperti Cinderella yang mencintai Pangeran.

Kumpulan NaruHina OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang