9. TAWARAN

2.2K 359 95
                                    

+++++++





TAWARAN



Setelah kejadian dari kantin tadi, Jooheon kicep. Bahkan dia udah nggak ngintilin atau sekedar lirik-lirik Changkyun di kelas. Mungkin karena haknya dia udah balik. Kotak bekal.

Tapi aura suram justru nyelimutin sekitar tempat duduk Changkyun. Yang biasanya dia nggak peduli bahkan HATERS GARIS KERAS-nya Jooheon, jadi suka nolah-noleh ke bangku Jooheon yang ada di belakang sendiri. Pikiran sama perasaannya jadi nggak sinkron. Apa iya Changkyun demen Jooheon?

"NGGAK MUNGKIN!" lengkingan suara Changkyun bikin kacamata guru bahasa Jerman di depan seketika melorot sampe bawah hidung. Matanya langsung aja natap Changkyun yang alhamdulilah duduk pas lurusan sama meja beliau.

"Mulutmu itu bisa saya sumpal lho nanti!" nunjuk-nunjuk Changkyun.

"Maaf, Pak."

Pulang sekolah, Changkyun nyusul Bobby di kelasnya. Di pertengahan jalan dia sempat liat Jooheon jalan mau pulang. Tadinya Changkyun mau manggil. Tapi dia mikir lagi. Lagian ntar mau ngomong apaan. Hai aja kan nggak cukup. Ngajak pulang bareng ntar di kira TP-TP. Nggak jadi manggil adalah pilihan yang paling tepat.

"Yank?" panggil Bobby.

Changkyun nggak nyadar si Bobby udah berdiri di dekatnya. Semoga dia nggak tau juga kalo Changkyun lagi merhatiin Jooheon.

"Pulang, ayo," Changkyun narik tangan Bobby. Ngajak buru pulang.

Pas udah jalan, dari atas motor Changkyun bisa liat Jooheon jalan kayak keong. Lama! Nggak ada gairah sedikit pun. Terlihat lemah, letih, lesu, lunglai, lapar, lagi nggak mood.

Mata Changkyun sekilas liat burung terbang di atas kepala Jooheon. Nggak lama kemudian nurunin hajat pas di tengah-tengah kepala Jooheon. Mantap jiwa.

Jooheon nggak nyadar. Sementara Changkyun punya pikiran buat nyoba meraih kepala Jooheon pas motor Bobby ngelewatin dia.

Pas mau sampe, tangan Changkyun udah siap-siap ngulur. Giliran sampe dan mau jambak rambut Jooheon, si Jooheon malah jongkok buat benerin tali sepatu. Badan Changkyun langsung terhuyung ke depan. Dan dia pun jatuh nyungsep ke bawah pas banget tanahnya ke genang air dari sisa nyiram taneman sekolah.

Jooheon dongak abis naliin sepatu. Liat orang di depannya nggak ada pergerakan sama sekali, ia pun buru ngehampirin.

"Nggak pa-pa?" Jooheon nanya sambil nepuk-nepuk seonggok manusia di depannya itu.

Changkyun langsung ngangkat badan serta kepalanya seakan abis muncul dari dasar kolam renang.

"Loh? Dek?" Jooheon gledakin pantatnya ke belakang. Kaget seonggok manusia itu ternyata Changkyun.

Changkyun meringis. Nggak bisa berkata-kata lagi. Antara malu, apa malu-maluin.

Jooheon segera rogoh-rogoh tasnya. Pas nemu yang dia cari, tiba-tiba tangannya yang udah setengah ngulur ke depan itu berhenti.

Tadinya Jooheon mau ngasih sapu tangan buat bersihin muka Changkyun. Tapi karena hatinya masih patah, Jooheon ngurungin niatnya. Tapi lagi, Jooheon setengahnya nggak tega. Dan tapi kan Changkyun aja bisa tega sama Jooheon, masa dia nggak bisa?

"Kamu teh niat nggak sih?!" kacau Changkyun.

Jooheon lirik depan. "Maaf, Dek. Bukannya Mas nggak mau minjemin. Cuma Mas takut ini sapu tangan entar senasib kayak kotak bekal Mas. Maaf ya. Mas tinggal. Ada Bobby kan yak," Jooheon pergi setelah ngeliat Bobby yang tadinya udah sampe gerbang baru nyadar pacarnya nyungsep tengah jalan terus balik.

Tetangga, Kok Begini?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang