Akhirnya chapter dua beres yeay!
Butuh entah berapa waktu aku nyelesain ini huhuhu padahal udah hampir beres saat aku update bab sebelumnya. Gabakal banyak bacot akutuh cuma mungkin bisa meminta pengampunan wkwkwkw.Nggak janji kapan bakal update lagih, sok sibuk akutuh :(
Oh iya ini gak panjang :(
Enjoy and leave voments honey 😘
________________________________________Jika bisa memilih untuk tinggal dan selamanya bahagia, pasti Rama tidak akan pernah menyerah sebelumnya. Namun ada waktu dimana ia menjadi begitu ketakutan akan patah hati dan jatuh ke dalam jurang kesepian yang menyeramkan. Rama bukan lelaki paling tangguh dan berani seperti tokoh Ramayana dalam mitologi, ia hanyalah anak bungsu di keluarganya dan terbiasa dimanja. Juga di dalam lingkungan pergaulannya, ia selalu menjadi si bontot yang manis. Selalu menjadi anak manis yang dibanggakan.
Dulu, kehidupannya begitu sempurna. Temannya tidak begitu banyak, namun ia tidak pernah merasa kesepian. Hidupnya juga sangat indah saat ia memiliki Shinta di sisinya. Saat itu adalah masa yang paling berharga dan ia selalu menyesal saat mengingat apa yang terjadi setelahnya. Di saat ia sangat yakin bahwa ia dan Shinta bisa tetap bersama setelah banyaknya kesalahan kekanakan yang mereka buat, seorang monster muncul di antara mereka. Monster yang benar-benar menakutkan, sepupunya sendiri, sahabat paling dekatnya merebut paksa Shinta dari sisinya. Membuat hidup Rama jungkir balik menjadi begitu memuakkan.
Dan itulah awalnya. Awal cerita yang menjadi alasan Rama jadi sering mengunjungi Bar seperti sekarang.
"Ngelamun mulu lo, mending pulang sana kalau mau ngelamun" Arga, si bartender Cina menaruh satu botol brendi dengan satu gelas kecil.
"Gue gak minum goblok!" ujar Rama dengan jengah.
"Yee, siapa juga yang ngasih buat lo, gue ngasih buat Si Yovan"
Rama mengerutkan kening, agak menyadari ada yang aneh dari sahabatnya itu. Meskipun Yovan penikmat dunia malam, ia sangat jarang mabuk. Mabuk adalah opsi terakhir yang akan dipilihnya saat memasuki Bar.
Ada tiga hal yang bisa menyebabkan Yovan mabuk hingga tak sadarkan diri. Pertama keluarganya, kedua saat ia stress pada hidupnya yang monoton dan terakhir sesuatu yang berhubungan dengan Nagita. Rama tidak tahu mana di antara ketiga hal itu yang kini menjadi penyebabnya, yang jelas Yovan tidak akan memberitahunya.
Mereka memang sangat dekat hingga Rama bisa dengan mudahnya menceritakan segalanya pada Yovan. Sebaliknya Yovan selalu menutup diri saat memiliki masalah, selalu seperti itu.
"Nagita, si Yovan mabok gara-gara Nagita" itu Bayu yang berbicara, entah sejak kapan ia berada di sana.
"Bang sumpah lo ngagetin gue!" seru Rama dengan kaget, ia memang kaget karena Bayu yang muncul tiba-tiba. Ia bahkan hampir terjatuh dari kursi tingginya.
"Gosah lebay nyet!"
Bayu kemudian duduk di sebelah Rama sambil memesan minuman pada Arga. Setelahnya ia ikut mengamati Yovan yang berbaur di lantai dansa.
"Kenapa lagi sih emang? Pusing gue liat dia jadi gak jelas tiap ada masalah sama si uler Nagita"
Bayu menjawab pertanyaan Rama dengan mengangkat bahu tanda bahwa ia pun tak tahu menahu. Menebak pikiran Yovan lebih sulit dari pada menebak pikiran Rama.
"Udah jangan bahas si Yovan, gimana kosan baru lo?"
"Ya enak, ada yang masakin"
Bayu mengangguk-anggukan kepalanya sekaligus merasa lega. Rama paling suka makanan rumahan meski tampangnya seperti bule, jadi ia merasa lega karena Rama suka tempat barunya. Apalagi katanya yang punya cewek cantik dia jadi mendoakan semoga Rama terpincut oleh teman lamanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURNAMA [Buku Pertama Trilogi Iblis Dan Pangeran]
Romance"Aku mencintaimu seperti mencintai purnama. Sayang, hanya karma yang bisa membuatmu memahaminya" Gadis itu diberi nama Purnama. Sesuai namanya, ia tumbuh sepucat bulan penuh itu. Bersinar terang dalam kepucatan yang indah. Sang bulan bertemu seo...