Lemon Cream Choux

447 75 44
                                    

Because one does not simply stop their habit even their doctor said so.

Jelly, Daniel, sweets, and Seongwu.

Rated R-15...?


🍭🍭🍭🍭🍭


"Kang Daniel-ssi?"

Seorang pria berusia empat puluh tahunan memanggil Daniel sembari membolak-balik sejumlah kertas di tangannya.

"Ne, seonsaeng-nim?"

Daniel duduk di hadapan pria yang merupakan dokter giginya itu.

"Kamu sangat suka makan jeli, ya?"

Daniel tertawa kecil, ada tanda kegelisahan di antara tawanya.

"Begini Daniel-ssi, beberapa gigimu hampir saja rusak, ada beberapa menunjukkan tanda gigi berlubang, untungnya masih tahap awal. Konsumsi jeli atau makanan manis sejenisnya harap dikurangi dengan sangat ya, kalau perlu dihentikan dahulu."

Dokter itu melayangkan tatapan penuh arti, menunggu tanggapan darinya.

"U-uh, iya, aku akan berusaha, seonsaeng-nim." jawab Daniel agak terbata, nampaknya, meninggalkan kebiasaan dan love of his lifenya itu sangatlah sulit. Ia masih memainkan jarinya, tidak membalas tatapan dokter gigi itu yang sedari tadi hanya tersenyum.

"Daniel-ssi, ini bukan saran, ini perintah."

Perkataan itu sukses membawa perhatian Daniel tertuju padanya.

"E-eh? Iya saem, aku akan meninggalkannya!"

Sang dokter menatapnya tajam, membuat catatan di kepalanya untuk memberitahu manajer Daniel agar ia memastikan perintahnya benar-benar dilakukan. Bukannya ia ingin bersikap keras, namun tak ada yang ingin idolanya memiliki gigi bolong, bukan?


Setelah keperluan pemeriksaan selesai, Daniel kembali ke dorm Wanna One bersama manajernya, untuk membuang stok jeli dan makanan manis lainnya. Tidak dibuang, sih, diberikan ke anak-anak staf mereka, hitung-hitung membuat senang anak kecil.


"Huhhhh, menyebalkan," Daniel mendengus, menghempaskan tubuhnya ke kasurnya yang sempit.


Jeli.


Permen.


Gulali.


Kang Daniel tidak dapat bertahan tanpa asupan sukrosa--dan pemanis buatan. Tentu saja hal itu mengesalkan, terlebih saat ia sedang membaca komik, atau sekedar melihat media sosial di iPadnya, terasa hampa tanpa kelembutan dan kenyalnya kudapan yang biasa ia santap. Masih kesal, ia agak membanting iPadnya ke kasur, dan menoleh ke sekitar.



Kosong.



Jisung dan Seongwu sedang ke luar, membeli beberapa kebutuhan dorm bersama staf. Yang diartikan olehnya, tidak ada yang akan masuk ke kamarnya selama beberapa waktu.

Daniel membuka lemari tempat mereka menyimpan pakaian, mengambil tas yang disembunyikan di balik jaket-jaketnya yang tebal.

'Untung manajer-nim tidak tahu,' ucap Daniel dalam hati. Ia mengeluarkan beberapa kemasan jeli yang ia sembunyikan dengan baik, melahapnya, dan mencari kertas untuk membungkus sisa kemasan jeli tersebut agar tidak ada yang curiga.

Tanzen Träumen TauchenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang