d u a p u l u h

265 32 5
                                    

"APA?!"

"Lo jadi pembantunya Alfa?!!!"

Alya mengangguk sambil menyantap basonya.

"Al, emangnya gak ada cara lain apa, biar lo dimaafin?" Bryan masih tak habis pikir dengan Alya.

"Otak gue buntu waktu itu. Gue juga gabisa mikir jernih." Sahut Alya santai.

"Terus tangan dia beneran patah?" Bryan bertanya.

Alya mengangkat wajahnya, menatap Bryan. "Ya beneran lah dodol."

"Kata dokter, tangan dia bisa pulih. Tapi dengan jangka waktu yang belum bisa ditentukan."

"Jadi lo tetep jadi pembantunya dong?" Mata Bryan melotot.

"Iya begitulah." Jawab Alya dengan malas.

Bryan menggelengkan kepalanya, ia tidak percaya dengan cerita Alya. Disituasi yang seperti ini, gadis itu masih terlihat santai.

"Yuk, cabut." Ajak Alya sembari berdiri dari kursi mengajak Bryan keluar dari kantin.

Mereka sekarang berjalan di koridor kelas sebelas. Namun tiba-tiba, Bryan menghentikkan langkahnya.

"Al,"

"Hm?" Alya menoleh, lalu ia berdiri menghadap Bryan yang menjulang tinggi didepannya.

"Lo yang sabar ya." Bryan memegang kedua pundak Alya dengan iba.

Alya mengangguk, "lo tenang aja."

Bryan menarik napas berat, dan menatap Alya lekat-lekat. "Kalo ada apa-apa kasih tau gue."

Alya tersenyum, lalu tangan kanannya terangkat seperti sedang hormat. "Siap bos."

Mereka pun berpisah, menuju kelas mereka masing-masing.

***

"Al, lo pulang sama Alya 'kan?" Tanya Andika begitu mereka berlima sedang berjalan menuju lapangan parkir sekolah.

"He'em." Sahut Alfa jengkel.

"Kasihan Alya." Celetuk Gerry yang membuat Alfa melotot dan berhenti berjalan.

"Kok malah ngasihanin Alya sih? Lo gak liat tangan gue ini cacat gara-gara siapa?!"

Gerry terkejut, kedua alisnya terangkat spontan. Namun dengan cepat ia merubah ekspresi wajahnya menjadi memelas. "Lo salah denger kali. Orang gue ngomong kasihan Alfa. Ya gak, Syd?"

Sydney yang berdiri disebelahnya hanya memasang tampang lempeng seperti biasa. "Lo kok diem aja? Bukannya belain gue?" Gerry berbisik pelan.

"Bacot ah." Alfa kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil, ia meninggalkan keempat temannya yang membuat mood-nya semakin memburuk.

Ketika dirinya sudah sampai didepan mobil, ia mendapati Alya sedang berdiri bersandar di pintu mobilnya dengan posisi membelakangi.

"Woy!" Teriak Alfa membuat Alya terperanjat.

Alya berbalik, mencoba untuk menenangkan diri akibat teriakan Alfa yang nyaris membuat jantungnya copot.

"Apaan sih?"

"Ayo pulang." Jawab Alfa tanpa menatap ke arahnya.

"Ya gak usah teriak-teriak juga kali." Alya memberengut. Dibukanya pintu mobil Alfa. ia mengikuti cowok itu dan memastikan kalau ia sudah duduk manis di jok mobil dan menutup pintunya. 

Tak perlu waktu lama, mobil pun melaju meninggalkan sekolah. Suasana pun kembali mencekam karena keduanya sama-sama bungkam. Alya melirik Alfa di kaca spion sebentar, lalu beralih ke jalanan didepannya. posisinya sekarang benar-benar seperti supir pribadi. tanpa sadar, Alya menghembuskan napas berat. 

Kau (A)dalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang