ALYA terbangun dari tidurnya.
Gadis itu meregangkan otot tubuhnya dengan malas, dan menggaruk matanya karena gatal dan buram. Setelah nyawanya setengah terkumpul, ia melirik jam dinding dikamarnya yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
Bukannya bangun untuk merapikan kasur, Alya malah kembali bersandar pada bantalnya yang empuk, lalu memejamkan mata.
Nikmat sekali tidurnya kali ini, dan ia sangat bersyukur kalau hari ini adalah hari Minggu.
Ia tidak akan menjadi supirnya Alfa, ia juga tidak usah datang untuk sarapan bersama dengan keluarga Alfa, dia tidak perlu sekolah, menyuapi Alfa, mengantarnya pulang, mengerjakan tugasnya, dan semua hal yang berkaitan dengan cowok itu hari ini.
Ia hanya perlu beristirahat. tidur nyenyak, dan melakukan kegiatan yang ia biasa lakukan pada hari Minggu.
Namun tiba-tiba, Alya merasakan getaran pada kasurnya. Ia baru teringat kalau ia belum mengecek ponselnya pagi ini. Maka dari itu diambilnya benda berbentuk balok tersebut dengan mata yang masih terpejam.
Setelah berhasil meraba-raba dan mendapatkan ponselnya, Alya membuka mata untuk mengecek ponselnya, namun siapa sangka ia kaget bukan kepalang ketika mendapati ada sepuluh pesan yang belum Alya baca dan lima panggilan tidak terjawab hadir di notifikasi ponselnya.
Semua itu berasal dari tetangganya,
yang sekarang menjadi majikannya,
Alfa.
Sekarang Alya menyadari, bahwa harinya tidak akan bebas dan terlepas dari Alfa.
***
"Eh ada Non Alya..." Sapa Bi Nining dengan logat jawanya yang khas.
Alya tersenyum, "Pagi, Bi. Alfanya ada?"
Raut wajah Bi Nining sangat semangat untuk menjawabnya, "Ada Non. Diatas."
Alya mengarahkan pandangannya menuju tangga, lalu beralih menatap wanita paruh baya dihadapannya sambil tersenyum. "Alya ke atas dulu ya, Bi."
"Iya, Non.. hati-hati ya, Den Alfa galak soalnya."
Alya tertawa kecil, lalu mengangguk. Kakinya mulai melangkah dari ruang tengah menuju tangga rumah Alfa. Cewek itu sedikit cemas, pasti kedatangannya akan disembur oleh bentakan karena lagi-lagi datang terlambat.
Tidak apa-apa, dibentak oleh Alfa sudah menjadi makanannya sehari-hari. Ia jadi teringat waktu sebelum Alfa seperti ini, ia yang selalu membentak dan marah-marah pada Alfa. Perlakuannya menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Setelah sampai dilantai dua, Alya menuju kamar Alfa, lalu mengetuk pintu kamarnya dua kali. Namun, tidak ada jawaban. Alya mengetuknya sekali lagi.
"Gue chat jam enam baru datengnya sekarang ya.. bagus." Suara Alfa tiba-tiba terdengar jelas ditelinga Alya.
Cewek itu mengerenyit, mencari dimana sumber suara itu berasal. Dan ia terperanjat ketika mendapati Alfa berdiri dibelakangnya, dengan tampang yang sudah siap untuk menerkam mangsa.
"Apa? Mau alasan apa?" Tanya Alfa maju selangkah.
Alya terkejut, matanya mengerjap beberapa kali dan tidak berani menatap Alfa. Nyalinya mendadak menciut ketika cowok itu mendekat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau (A)dalah
Teen FictionSalah Alya yang keras kepala, tidak setuju dijodohkan dengan Alfa, anak dari sahabat orangtuanya. Salah Alya yang ceroboh, sampai-sampai membuat tangan kanan Alfa patah. Salah Alya yang terlalu baik, karena ia berjanji, akan melakukan apa saja untu...