Kretek!
Anjay baru aja duduk langsung bunyi nih pinggang. Kayak kakek kakek. Gue mencoba berdiri walaupun masih pusing. Gue melihat ke kiri kanan, lalu ke atas. Bukan senam plis. Gue bingung aja ini pohonnya kok kayak pohon gitu, besar-besar.
"Dimana sih gue anjir??" tanya gue pada rumput yang bergoyang. Gue menggeserkan rumput raksasa ini agar gue bisa berjalan. "YA TUHAN GUE ADA DI MANA?? MAMA!!"
Dum... Dum...
Ada suara aneh tiba-tiba muncul. Kalau di Tom and Jerry kayak suara raksasa gitu. Gue juga ngerasa tanah yang gue injak bergetar kayak gempa. Gitu juga dengan air di tanah. Tapi, hell raksasa itu ga ada. Jadi gue terus lanjut jalan dan tetap berpikir positif.
DUM!
Langkah gue berhenti. Gue melihat kebelakang dengan dramatis saat sumber suara jatuh tepat di belakang gue. Mata gue berasa ingin keluar saat menatap mata objek di depan gue ini. "Krik!" sapanya.
"MAMAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!"
"TAIK TAIK TAIK NGAPA ADA JANGKRIK RAKSASA ANJING DISINI WOI KUDA BANGSAT DUGONG *®¶™<${$]€¶£×~>XX"
Gue berlari sekuat yang gue bisa tanpa henti mengabsen spesies hewan di bumi. Jangkrik itu melompat lagi mengikuti gue. Dan sekali lompat lagi dia mungkin udah makan gue.
Gue terus menerus berlari tanpa sadar di depan gue ada pohon besar dan tanahnya mulai terasa licin. "HUAAAAAA!!!!" Gue teriak saat gue terjatuh ke lubang di dekat kaki pohon itu.
Astaga lolos dari jangkrik raksasa sekarang jatuh ke lubang akar?!
Mamaaaaaaa
UuuuUuuuu
I dont wanna dieeeeee
Yah kok nyanyi bohemian rhapsody sih??
"Ini lobanganya ada dasar ga sih?" tanya gue pada angin karena gue mulai bosan teriak. Dasarnya ga ketemu ketemu sih.
Cahaya kecil tampak dari bawah. Cahayanya putih banget, apa gue mau ke surga? Mungkin itu dasarnya.
Ashton masih banyak salah Ya Tuhan. Ashton juga belom beli aseton. Asht—
BUK!
Belum selesai gue ucapkan doa gue, pantat dan punggung gue sudah mendarat di tanah putih ini. Lalu semua berubah gelap.
🐜🐜
Gue mengedipkan mata berkali-kali saat cahaya mencoba masuk ke mata gue. Gue merasakan tangan yang beku menyentuh tangan gue. Badan gue pun berasa beku.
"Halo" sapa orang di samping gue. Anjir ini siapa? Cantik tapi serba putih. Astaga dia malaikat atau hantu. "Kau baik?"
"G—gue ada dimana?" tanya gue sambil berusaha duduk, tapi badannya terasa beku.
"Gue apa?" tanyanya. Membuat gue mengerjapkan kening.
"Hah?"
"Gue apa?" tanyanya lagi. Oh mungkin dia ga lancar bahasa Indonesia dan bukan orang Jakarta. Orang barat kali ya, makanya putih gitu.
"Maksudnya aku. Aku dimana?"
"Snowpysallyyc"
"Snow... Apa?" tanya gue.
"Snowpysallyyc" jawabnya. Gue mengangguk. Iyain aja deh, namanya aneh sih. "Nama mu apa?"
Gue terkekeh pelan, dia beneran ga bisa ngomong dengan lancar. "Maksudnya, namaku siapa kan? Namaku Ashton Irwin. Dan kau?"
"Aku Vonelox."
"O—h hai Vonelox. Senang berkenalan denganmu."
"Sama" jawabnya lalu membantu gue berdiri.
Angin dingin membuat bulu kuduk gue berdiri. Gue melihat kebawah. Astaga pantes gue menggigil. Di sini salju semua!
"Enggg Vonelox, apa kau bisa memberikanku baju lebih?"
"Bisa. Ayo" ia mengajak gue dan betapa terkejutnya gue saat melihat punggungnya. "K—kau pun—nya sayap?!"
"Tentu. Memangnya kau tidak?" ia berjalan ke arah punggung gue. "Kemana sayapmu? Apa mereka rusak?"
"Aku gak punya."
"Kau bukan peri?!" kata Vonelox histeris.
"SHIT! KAU PERI???!!! Acchyuuuu!"
Oke, takjubnya nanti aja. Sekarang gue perlu baju hangat pls.
🐜🐜
Gue masih sedikir shock dengan kenyataan. Gue nyubit pipi gue, tangan gue bahkan anu gue supaya gue terbangun dari mimpi gue. Tapi sayangnya ini bukan mimpi. Ini kenyataan.
Vonelox udah ngasih gue baju super tebal dan secangkir minuman hangat yang gue ga tau apa namanya. Rasanya lebih lembut dari coklat panas tapi ada gelembung sodanya dan gelembung itu meletup di dasar gelas. Aneh memang. DUNIA INI ANEH TAPI NYATA.
Gue menceritakan tempat asal gue dan dia takjum. Entah apa bagusnya dunia dimana gue ga punya teman. Setidaknya Vonelox enak di ajak bicara walaupun dia sendiri ga lancar. "Jadi kau punya teman banyak disana?"
Gue bingung, harus apa ya gue jawab. Dia udah terlanjur kagum, masa gue bilang kalo gue ga punya teman. Udah boong sekali gapapa yekan. "Punya, banyak. Aku terkenal tau hehe"
"Terkenal? Kayak pahlawan?"
"Bukaannn. Umm, aku terkenal karena acchyyu!- Karena aku baik, mereka suka temenan sama aku."
"Aku juga ingin jadi temanmu."
Wow. Keren anjir. Ada yang ngajak gue temenan. Cantik lagi. Punya sayap. Unch. Hm.
"Bo—boleh"
"Tapi," lah kok ada tapi tapian nya. "Tapi kamu tidak cocok disini. Di sini dingin, Ashton"
Wah peka juga nih cewek.
"Kau mau mengantarku ke tempat asalku?"
"Aku ingin. Tapi tidak tau caranya. Jadi aku berencana menitipkanmu pada temanku yang lain."
Dikira gue anak titipan.
Tapi gapapa deng. Daripada mati membeku.
"Teman? Siapa?"
"Lebih sopan kalau kau tau namanya langsung dari dia. Dia dari kota musim panas yang hangat. Kau akan nyaman disana. Oh iya, dia cantik loh Ash"
Umm leh uga. Y X G Kuy.
_____
Hayyy, Maxvania aka Alana is here!!Bisa ga sih di imajinasikan?? Wkwkwkwk.
Tenang ae, nanti bahasanya bakal lebih santai.
YOU ARE READING
The Shrinkage 🐜a.i
Fantasy"what the hell is happened to my body?!" published at 12-09-2017 by Kila & Maxvania