Alvaro POV
Aku masih terpaku melihat punggung kak Brian yang semakin menjauh Aku masih bingung dengan diriku sendiri, Bagaimana bisa aku sempat merasakan jantungku berdetak kencang meskipun sepersekian detik Apa ini? Ada apa denganku? Apa aku punya penyakit jantung? Apa aku terkena demam sehingga wajahku rasanya memanas? Apa?.. apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apakah aku mengalami apa yang mereka sebut 'jatuh cinta'?
"ALVAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Aku sontak kaget dan menoleh pada Kiki yang menatapku sebal.
"Bisa nggak lo nggak teriak, kuping gue mau pecah rasanya"jawabku kesal, suara Kiki itu benar-benar 'cempreng', apalagi kalo teriak.
"Lah elo dari tadi gue panggil berkali-kali nggak nyaut, ya jangan nyalahin gue kalo gue teriak"
Mungkin tadi aku terlalu asik ngelamun ya?. "Ya udah maaf deh, gue tadi ngelamun".
"Ngelamun aja terus biar kesambet setan sekalian" ucap Kiki sambil menuju motorku.
Aku hanya terkekeh pelan, Kiki sangat lucu saat ia sedang ngambek, pantes aja Riza suka ngejahilin Kiki.
Kami pun pulang bersama dengan dia yang menggoncengku. Kiki nampak melajukan motorku dengan kecepatan sedang. Membuatku bisa merasakan hiruk-pikuk kota ini. Dan merasakan angin sore yang menghembus bisa membuat pikiranku tenang.
Ya aku perlu menenangkan pikiranku. Aku terlalu memikirkan kak Brian dan aku rasa menikmati semilir angin di sore hari tidaklah buruk. Setelah kurang lebih20 menit berlalu, kami tiba di rumah Kiki.
"Makasih ya Va udah nebengin gue"
Aku pun tersenyum "Santai aja kali, yaudah gue balik dulu ya"
"Oke, hati-hati dijalan Va, jangan ngebut, langsung pulang ya, jangan mampir mampir, sekalian nitip salam buat om sama tante ya"
"Iya iya bawel banget sih lo, gue ini anak baik-baik ya gue nggak akan kebut-kebutan, apalagi keluyuran, bisa dibogem bokap gue ntar".
Kiki tersenyum sambil menepuk bahuku "Gue tau kok lo orangnya baik, tapi kita kan nggak mungkin nggak berbuat salah, jadi anggap aja tadi gue ngingetin lo, biar lo jadi anak baik terus". Aku sedikit heran, Kiki menasehatiku? Padahal biasanya anak ini kelakuannya kayak anak kecil, tumben dewasa. Tapi kalo Kiki tiba-tiba ngomong gini, dia pasti ngerasa ada sesuatu yang nggak baik. Soalnya feeling Kiki itu biasanya bener.
"Iya iyaaaa makasih sarannya" ucapku sambil mendengus pelan.
"Ih lo itu dibilang baik-baik malah gitu responnya, yaudah sono cepet balik keburu malem ntar" ucap Kiki sambil menggerakkan tangannya yang memberi isyarat untuk pergi.
"Iya gue balik sekarang" aku langsung memakai helm ku dan menyalakan mesin. "Hati-hati va!" Aku hanya senyum dan menjalankan motorku menjauhi rumahnya.
Sekitar 15 menit aku sudah sampai di rumah. Sebenernya, waktu perjalanan pulang tadi aku sempet was-was. Dan itu semua gara-gara omongan si Kiki. Yah karena udah sampe di rumah dengan keadaan selamat, ya Alhamdulillah.
Aku langsung memarkir motor matic kesayanganku di garasi. Setelah kemudian melepas helm aku segera masuk dan langsung disambut senyuman hangat ibuku.
"Sore sayang, kok pulangnya agak lama?"
"Tadi habis nganter Kiki pulang"
"ooh yaudah kalo gitu, oh sana buruan mandi sama ganti baju, kalo capek istirahat aja dulu sebentar"
aku tersenyum "iya ibuku sayang" dan akupun langsung menuju ke kamarku.
Aku langsung mengambil baju ganti dan langsung mandi, aku tak suka berlama-lama memakai seragam, gak nyaman soalnya. Setelah selesai dengan ritual mandi ku, aku berbaring sejenak di kasur. Kembali termenung dengan kejadian tadi. Aku masih tidak menyangka aku memiliki perasaan aneh terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One I Love
Romanceboyxboy content! ⚠ homophobic harap menepi fujoshi dan fudanshi disambut baik disini kisah seorang Alvaro Alexi Pratama yang baru pertama kali merasakan apa itu cinta. apa itu rasa ingin memiliki. apa itu rasa cemburu. dan apa itu sakit hati. -ini...