Hembusan angin melambai menerpa kilauan cahaya mentari pagi, menyatu bersama belantara hijaunya hutan.Sosok seorang pemuda seorang diri berada ditengah sepinya hutan, tangan kanannya memegangi lipatan karung, ditangan kirinya sebilah parang dengan ketajaman super.
Matanya menatapi setiap pohon yang ada, mencari-cari keberadaan pinang yang tersembunyi, hidung mancungnya mencium bau amis seperti bau tai kambing, mengingat penuturan penduduk sekitar bau tai kambing mengisyaratkan adanya makhluk halus tak terlihat, dengan sigap ia segera berlari ketempat lain.
Hal itu membuat rambut lurusnya menjadi acak-acakan, aroma itu tak tercium lagi, memberikannya kesempatan tuk beristrahat sejenak, lalu melanjutkan niat awalnya untuk mencari pinang.
Tubuhnya yang jangkung memudahkannya tuk mengamati setiap kemungkinan dari jarak yang jauh.
Pemuda itu adalah Rangga, aktivitas seperti ini selalu dilakoninnya hampir tiap hari, bila dihari libur ia bisa seharian berada ditengah hutan dengan bekal nasi dan air putih, bila hari sekolah ia memulainya sehabis pulang sekolah.
Cukup lama Rangga berputar-putar mencari keberadaan pinang, namun tak satupun dilihat, diputuskannya untuk pulang tapi melihat karung masih utuh terlipat membuatnya sekali lagi berkeliling hutan mencari pinang.
"Sepertinya, tak ada lagi pinang yang tersisa," ucap Rangga sembari menjatuhkan parang dan karung ditemani wajah cemberut.
Rangga memutuskan untuk pulang, tapi pikirannya melayang-layang, ia berpikir dirumah pasti tak ada makanan, sementara perutnya mulai keroncongan, setelah hampir seharian berkeliling hutan.
Ia tidak membawa bekal, karena memang dirumah tak ada makanan.
Dengan penglihatan yang mulai buram, disertai kepala pening, membuatnya tak sanggup lagi berjalan, hal ini dikarenakan sejak semalam ia belum makan.
Tubuhnya tak sanggup lagi menahan rasa lapar dan akhirnya.
"prakkk."
Rangga jatuh tersungkur ditengah jalan Cendana.
Mobil Avanza putih berhenti tepat didekat tubuh Rangga yang tak berdaya.
Seorang gadis yang seusia dengannya, berambut lurus, hidung mancung, berkulit putih turun dari mobil tuk memeriksa siapa sosok yang tengah dimaki-maki oleh ayahnya.
Kakinya melangkah mendekati sosoknya dan ternyata tubuh yang tergeletak itu adalah teman sekelasnya, Rangga.
Tanpa pikir panjang ia segera memanggil ayahnya yang berada didalam mobil.
"Yah, Ayah ini teman aku, ia terlihat begitu pucat dan sepertinya dia pingsan," ucap Rika teman sekelas Rangga yang saat ini tengah teriak memanggil Ayahnya meminta bantuan.
"Yakin ini temanmu Rika, kamu tak salah menilai nak."
"Iya, Ayah aku kenal sekali, ini Rangga, teman sekelasku. Yah tolongin dia, selama ini dia selalu baik padaku," Rika terus meminta tolong pada Ayahnya demi menolong Rangga.
"Baik, Ayah akan menolongnya dan sepertinya temanmu ini sangat kesakitan," Ucap Ayahnya sembari menggendong tuk memasukan Rangga kedalam mobil.
Tepat didepan rumah sakit mobil Ayah Rika berhenti, tak berselang lama Ayahnya keluar menghubungi pihak rumah sakit. Ia kembali ke mobil ditemani dua orang pria berpakaian putih, dengan sigap kedua pria itu segera melakukan pertolongan pertama pada Rangga.
Cukup lama Rangga terbaring lemas diatas ranjang rumah sakit. Kelopak matanya mulai menampakan pupil hitam. Ia melihat Rika yang saat ini tengah tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Life
Dla nastolatkówKumpulan cerpen yang akan membuatmu mengerti arti KEHIDUPAN