Syakira'POV
Sudah satu minggu lamanya ibuku melepas kejandaanya. Ada sedikit rasa kecewa dalam hatiku tapi aku juga bahagia karena melihat ibu bahagia bersama ayah baruku.
Tapi sampai kini aku belum berani untuk berada satu rumah bersama mereka. Aku lebih memilih untuk tinggal bersama nenekku. Kalau kakakku pasti lebih memilih untuk tinggal bersama ibu.
Walaupun aku tidak tinggal serumah setidaknya aku masih sering bertemu dengan ibuku karena rumah kontrakan yang ditempati ibu dan ayah baruku tidak jauh dari rumah nenekku.
Padahal nenek sudah meminta ibu untuk tinggal bersama dirumahnya tapi entah kenapa ibu menolak dan tidak ingin tinggal serumah bersama nenek jadi dia memilih untuk tinggal disebuah kontrakan.
Sebelum pulang kerumah nenek, aku memutuskan hari ini akan berkunjung terlebih dahulu ke rumah ibu. Aku juga ingin melihat keadaan kakak disana. Ah..jadi tidak sabar untuk mengunjungi mereka. Sekarang langkahku dipercepat supaya aku lebih cepat sampai dirumah ibuku.
"Assalamualaikum.." ucapku setelah aku sampai di depan kontrakan ibu.
"Waalaikumsalam.." sahut Ibuku."Eh ada Kira..ayo masuk nak"
Aku langsung masuk kedalam rumah ibu, setelah masuk aku melihat ada banyak sekali kantong keresek. Sepertinya ibuku habis berbelanja.
"Bu bagus tidak..?" Tanya kakak yang baru saja keluar mengenakan baju yang baru kulihat hari ini.
"Iya bagus banget itu cocok buatmu" sahut ibu.
Kakakku dibelikan baju baru. Apakah ibu juga membelikannya untukku?
Ingin rasanya pertanyaan itu keluar dari mulutku. Tapi aku malu untuk mengatakannya. Kini aku hanya memperhatikan kakaku yang sedang berlengak-lengok mengenakan baju barunya. Alangkah gembiranya ia mengenakan baju itu.
Aku juga mau. Desis batinku.
"Eh ada Kira yah, Kir lihat baju baru kakak bagus kan?" Tanya kakak kepadaku.
"Bagus kak"jawabku singkat dengan sedikit senyuman.
"Maaf yah Kir ibu tidak membelikannya untukmu, uang jatahmu untuk beli baju baru kepakai sama ibu, karena tadi dipasar ibu kehabisan uang untuk membeli bahan makanan" jelas ibu yang membuat mataku sudah tak kuasa menahan tangis. Tapi bagaimana pun aku harus menyembunyikannya, aku harus kuat karena dari dulu hal semacam ini sudah biasa terjadi."ibu janji nanti ibu belikan baju baru untukmu" lanjut ibu.
Ibu selalu berjanji seperti itu, namun nyatanya semua yang ia janjikan tidak pernah terlaksana, dulu ibuku juga berjanji akan membelikanku kalung karena kakaku juga dibelikan kalung. Tapi sampai sekarang kalaung itu belum ada dileherku.
Terserah kamu mau mengnggapku seperti apa. Yang jelas yang aku rasakan saat ini adalah rasa iri kepada kakakku.
"Ya udah bu Kira pulang yah" ucapku sambil salam kepada ibunya.
Lalu aku pergi dengan hati yang bersedih. Kini air mata yang sedari tadi ku tahan keluar membasahi kedua pipiku.
Namun air mata itu aku hapus menggunakan kain baju lengan sebelah kiriku. Tapi tetap saja air mataku tetap keluar bercucuran.
Kuputuskan untuk menenangkan diriku terlebih dahulu dibawah pohon karena aku tidak ingin kalau sampai nenek melihatku menangis.
Setelah merasa lebih tenang, aku beranjak menuju masjid, aku tidak ingin nenek melihat mataku yang sebam dan hidungku yang merah.
Aku membasuh wajah di masjid yang tak jauh dari rumah nenek.
"Loh Syakira..." kata nenek setelah melihatku.
"Eh nenek.. "
"Nenek kira kamu sedang di rumah ibumu, tadinya nenek mau nyari kamu ke rumah ibumu" ucap nenek sambil menghampiriku. Aku langsung mencium tangan nenek.
" Iya tadi Kira main dulu ke rumah ibu, tapi cuman sebentar" sahutku. "Oh...ya udah yu kita pulang"
Sesampainya di rumah aku langsung ke kamar dan mengganti pakaianku. Lalu ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu . Setelah itu aku sholat.
**
"Udah makan? " tanya nenek ketika aku keluar dari kamar."Belum nek"jawabku.
"Ya udah sini kita makan" ajak nenek, aku langsung menghampiri nenek. "Maaf yah cuman ada ikan asin, tempe sama sambel"
"Iya nek gapapa" sahutku.
Aku langsung menyantap makanan sederhana itu bersama nenek. Walaupun hanya dengan ikan asin, tempe, dan sambel, aku sangat menikmatinya sampai-sampai ku nmbah dua kali.
"Masakan nenek terbaik, kenyang aku" ucapku sembari beranjak untuk mencuci tangan, diikuti oleh nenek.
Aku mencuci piring kotor di WC, itu sudah menjadi kebiasaanku ketika selesai makan.
Setelah mencuci piring, kulihat nenek sedari tadi terus mengusap-ngusap kakinya sendiri. Aku menghampiri nenek.
"Kenapa nek? Ada yang Sakit? " tanyaku sambil melihat kaki nenek. "Astagfirulloh nenek ini kenapa? Kok banyak yang berdarah? " tanyaku mulai panik.
"Gak apa-apa kok, nanti juga sembuh" ucap nenek.
Aku sangat bingung harus berbuat apa, ada banyak luka di kaki nenek dan aku tidak tahu itu kenapa. Aku juga bingung harus membawa nenek kemana.
"Ya udah nek aku mau ke ibu dulu mau ngasih tahu biar nanti ibu bawa nenek ke dokter" ucapku tang dibalas gelengan oleh nenek.
"Tidak perlu, tadi nenek udah oleskan salep kok, nanti juga sembuh" ucap nenek tetp bersihkukuh tidak mau dibawa ke dokter.
Kali ini aku hanya bisa pasrah dan hanya bisa memantau kaki nenek yang sakit. Kalau sakitnya bertambah parah aku akan langsung bicara ke ibu tanpa meminta persetujuan dari nenek.
Kalau saja aku punya uang sendiri, aku akan bawa nenek sekarang juga ke dokter. Jujur aku sangatlah khawatir dengan keadaan nenek. Cuman nenek lah satu-satunya yang peduli kepadaku. Jadi aku tidak ingin melihat nenek kesakitan. Walaupun hanya sakit di kaki, aku takut sakit di kaki itu semakin parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diari Hijrahku
SpiritualPerjuangan hijrah seorang gadis yang hidup dilingkungan para pezina. ~Syakira Adinda~