Bab Dua

2.8K 302 54
                                    

WARNING!!!

Part ini mengandung konten kekerasan n hardcore (mgkin menjijikan bagi sebagian org). N bahasa kasar.  Jdi utk yg blum cukup umur sebaiknya JGN BACA!

Efek samping stlh membaca part ini seperti

Mual
Mules
Basah
Ngilu

Bukan tanggung jawab ane. Ane udh kasi peringatan.

Jgn lupa tinggalkan jejak.

Happy reading. \(^0^)/

***

Yunho memengang gelas dingin berisi air es. Embun di gelas membuat tangannya dingin dan basah. Ia berjalan menuju pintu kaca geser yang menghubungkan kamarnya dengan beranda. Angin dingin menjelang pagi langsung menerpa dirinya. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, menaruh kedua tangannya di atas batas beranda, memandangi pemandangan langit gelap kota.

Ia mengedarkan pandangannya jauh ke depan, rambut gelapnya menyingkap ke belakang karena hembusan angin yang kencang. Ia melihat jam tangannya, pukul 4 pagi lalu meminum air dinginnya lagi. Sejak berpisah dari Ilwoo, adiknya dari club tadi ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia ingin tidur namun matanya sama sekali tidak mau terpejam meski ia telah menenggak obat tidur. Tubuhnya telah kebal dengan obat tidur, meski ia menambah dosis obat tetap saja tidak akan memberi efek padanya. Ia tidak bisa todur tapi juga terlalu malas untuk melakukan sesuatu. Semua karena yeoja penipu sialan itu.

Ia lalu mengingat kejadian di taman, saat seorang yeoja penipu menangis di depannya. Memohon histeris dengan tangis buaya memuakkan. Mungkin hatinya telah mati atau ia tahu pasti airmata itu hanya sekedar airmata palsu, penuh kepura-puraan dan kemunafikkan.

Kumohon Yun, aku minta maaf untuk semuanya. Aku bersedia melakukan apa saja, asal jangan beri tahu Joowon tentang kita. Aku tidak bisa berpisah darinya.

Sekali lagi Yunho memandang ke arah lagit yang masih gelap sambil meneguk kembali air es di tangannya, mendinginkan dirinya yang panas. Saat itulah ia Yunho mengingat kembali namja yang ditemuinya di taman. Sorot mata doe yang tajam, teduh namun jahil menggoda ketika pandangan mereka bertemu. Cara bicaranya yang sinis dan cara tersenyum yang memberi kesan feminin di mata Yunho.

Namja manis itu membuatnya penasaran.

Pukul aku. Kumohon. Kau boleh memukuliku, aku tidak akan melawan. Tapi jangan beritahu Joowon.

"SH*T!!!"

Yunho meremas gelasnya dan melemparkannya ke lantai beranda.

PYAAR

Nafasnya memburu, berpacu dengan kemarahan yang kembali meledak di dalam dirinya. Ia berjalan di atas pecahan gelas, menggores telapak kakinya namun wajahnya tidak berubah tetap datar, dingin seolah tidak merasakan pecahan-pecahan kaca yang menusuk kakinya. Ia mengambil apa benda apa saja yang berada di dekatnya. Membanting, menghancurkan, merusak semuanya hingga kamar yang tadinya rapi menjadi kacau balau.

Menghancurkan seluruh perabotan dan kamarnya tidak lantas meredam kemarahannya. Binatang buas dalam dirinya seolah terlepas, ia memukuli dinding dengan kepalan tangan kosongnya.

DUAK

Satu...

DUAK

Dua...

DUAK

Tiga...

DUAK

Empat...

MADNESS (END)Where stories live. Discover now