Pagi cerah menghiasi suasana sebuah panti di kota Kosuyolu, Turki.
Nampak lima orang gadis panti yang sedang mempersiapkan perayaan kelulusan sekolah mereka. Eylul, Songul, Kader, Meral, dan Cemre, demikian nama panggilan mereka masing-masing. Berada dalam asuhan dan didikan seorang wanita bernama Feride, yang menjadi orang tua pengganti bagi mereka. Feride sangat menyayangi kelima gadis itu layaknya anak-anaknya sendiri. Ia turut berbahagia atas kelulusan anak-anak didiknya tersebut. Mereka tengah berkumpul di halaman depan panti dan melakukan foto bersama.
"Anak-anak, aku ucapkan selamat ya atas kelulusan kalian." Tutur Feride sambil memeluk para gadis satu per satu.
"Terima kasih banyak, nona Feride." Jawab para gadis secara bersamaan.
"Aku menyesal tak bisa membantu pembiayaan pendidikan kalian selanjutnya.” Ucap Feride dengan wajah sedih.
"Tidak apa-apa, nona Feride. Kasih sayang dan didikanmu selama ini sudah lebih dari cukup bagi kami.” Ucap Songul.
“Kami berencana akan mencari pekerjaan bersama-sama, ya kan, teman-teman?” Lanjut Kader.
“Benar, sudah saatnya kami hidup lebih mandiri lagi, dan kami tidak akan melupakan semua jasamu, nona Feride.” Lanjut Eylul.
“Kalian memang anak-anak yang baik. Oh bunga-bungaku.” Mereka semua saling berpelukan.
“Teman-teman, bisa kita mulai rencana kita?” Cemre mengingatkan.
“Oh ya.” Tanggap Songul.
“Rencana apa?” Tanya Feride penasaran.
“ Sssssst...” Isyarat para gadis.
“Kita lihat saja nanti, pasti menarik.” Ucap Kader sambil tersenyum.
“Kalian ini, oh ya, hari ini aku akan pergi bersama pak Toprak, aku akan kembali mampir sekitar jam tujuh malam nanti. Sampai nanti, anak-anak.”
“Sampai nanti, nona Feride.” Ucap para gadis, kemudian Feride pun pergi.
“Ayo kita mulai, teman-teman.” Ucap Kader, kemudian mereka memulai tugasnya masing-masing.Malam pun tiba, para gadis telah berkumpul di halaman depan panti menyambut kedatangan Feride. Tak lama Feride pun datang bersama Toprak yang ingin bertemu dengan para gadis untuk mengucapkan selamat. Namun di luar dugaan, Ia terkejut saat melihat Eylul berdiri di atas atap panti seorang diri. Suasana mulai panik, keempat sahabatnya membujuk Eylul untuk turun. Kemudian Feride dan Toprak pun ikut membujuk namun Eylul masih enggan untuk turun. Keadaan semakin panik begitu Eylul melangkah seolah ingin menjatuhkan dirinya. Namun teman-temannya terus berteriak hingga seluruh penghuni panti berhamburan keluar menyaksikan kejadian menegangkan tersebut. Kemudian Songul dan Kader membujuk Feride dan Toprak untuk menyusul Eylul ke atap agar terus membujuknya untuk tidak berbuat nekat. Begitu sampai di atap.
“Eylul, jangan berbuat yang tidak-tidak. Ada apa denganmu?” Teriak Toprak sambil melangkah mendekati Eylul.
“Hati-hati, Toprak! Eylul, apa yang terjadi padamu? Jika ada masalah, bicaralah padaku, jangan begini!” Ucap Feride dengan wajah panik.
“Ada yang ingin ku tunjukkan pada kalian. Mendekatlah jika kalian ingin melihatnya.” Tutur Eylul sambil menangis.
“Apa?” Tanya Feride.
“Apa maksudmu?” Lanjut Toprak.
“Ayo, mendekatlah.”
“Baiklah, aku akan meraihmu, tapi tolong tenanglah.” Toprak semakin mendekat.
“Nona Feride, mendekatlah!”
“Apa?”
“Lakukan saja, Feride!” Ucap Toprak sambil meyakinkan Feride.
“Baiklah.”
Begitu tangan Toprak hampir meraih tangan Eylul, Eylul tergelincir lalu terjatuh ke bawah. Sontak semua penghuni panti berteriak termasuk keempat sahabatnya tak terkecuali Feride yang semakin histeris menyaksikan nasib salah satu anak asuhnya tersebut. Tak lama setelah itu, sungguh di luar dugaan, suara tepuk tangan perlahan mulai terdengar meriah dari halaman panti diiringi dengan peluncuran kembang api yang menghiasi langit panti dengan letusan yang silih berganti.
Nampak raut wajah Feride dan Toprak kebingungan dan heran dengan kejadian tersebut. Kemudian mereka menengok ke bawah, mereka makin tak menyangka melihat tubuh Eylul ternyata mendarat dan terbaring di atas sebuah trampolin yang dipegang kuat oleh Serkan, Cenk, Mert, dan Rustem. Tiga orang diantaranya adalah teman para gadis di sekolah, dan Rustem yang merupakan petugas keamanan yang turut andil dalam rencana tersebut.
Tangis haru Feride mulai membasahi pipinya, Toprak pun tersenyum lega hingga memeluk Feride dan mencium keningnya.
“Nona Feride, pak Toprak, inilah kejutan dari kami.” Teriak Songul ceria.
“Semua ini kami lakukan sebagai bentuk terima kasih kami padamu.” Lanjut Cemre.
“Nona Feride, pak Toprak, kalian pasangan yang mengagumkan.” Lanjut Meral.
“Maafkan aku, nona Feride. Telah membuatmu khawatir.” Teriak Eylul meminta maaf.
“Teman-teman, sekarang saatnya!” Teriak Kader.
“KAMI MENYAYANGIMU, NONA FERIDE.” Ucap seluruh gadis panti secara serentak.
“Aku juga menyayangi kalian, anak-anak.” Feride tersenyum mengatakannya sambil menghapus air matanya, dan Toprak pun merangkul Feride dengan wajah terkesima. Momen membahagiakan itu berakhir dengan kemeriahan kembang api yang dinyalakan oleh Guney, kekasih Songul.
Malam kian larut, para gadis satu per satu beristirahat lalu tertidur pulas. Dalam tidurnya, Eylul bermimpi mendengar seseorang memanggil namanya. Belum lama tertidur lelap, ia terbangun dengan tatap mata yang kosong. Tanpa sempat membangunkan yang lain, ia pun keluar jendela lalu meninggalkan kamar. Ia kembali mendengar suara yang memanggilnya, lalu ia berjalan ke arah halaman belakang. Begitu sampai, di hadapannya berdiri seseorang dengan menggunakan jubah hitam bertudung dan wajahnya tak nampak terlihat. Kemudian, tanpa reaksi apa pun Eylul tak sadarkan diri lalu tergeletak di tanah.Keesokan harinya, Kader terbangun paling awal, ia melihat Eylul tak ada di ranjangnya dan jendela nampak terbuka. Kemudian membangunkan ketiga sahabatnya yang lain.
“Songul, Meral, Cemre, bangunlah! Eylul tidak ada.”
“Kemana dia?” Tanya Songul.
“Entahlah, aku bangun dia sudah tidak ada. Jendela pun sudah terbuka.”
“Mungkin dia sedang ke suatu tempat, sudah ya, aku kembali tidur.” Ucap Meral sambil berbaring terbalut selimut.
“Jangan konyol, Meral! Kalau memang dia pergi ke suatu tempat kenapa harus lewat jendela dan membiarkannya tetap terbuka seperti ini?” Bantah Songul.
“Ya bisa saja kan dia sengaja diam-diam ingin pergi tanpa sepengetahuan kita?”
“Meraaal!” Teriak Songul mulai jengkel.
“Hei sudahlah, jangan bertengkar! Apa dia tidak membangunkan kalian sebelumnya?” Tanya Cemre, kemudian semua hanya menggeleng-geleng kepala.
“Ayo kita cari dia.” Ujar Cemre.
“Cemre, aku ikut.” Kata Kader.
“Ayo, Meral!” Songul mengajak.
“Pergilah duluan, aku akan menyusul!”
“Ya sudah, jangan lama-lama!”
“Baiklah.”
Kemudian Cemre dan Kader memeriksa seluruh ruangan dan bertanya ke setiap gadis panti yang ditemui mereka. Sementara itu Songul mencari di halaman depan sambil melapor kepada Rustem.
“Pak Rustem, Eylul tidak ada di kamar, jendela di kamar kami pun sudah terbuka saat kami bangun. Apa dia pergi keluar?”
“Tidak, aku belum menemuinya. Memangnya kemana dia pergi?”
“Entahlah, aku juga bingung. Sebelum kami tidur, kami masih sempat bercanda dengannya.”
“Kalau begitu hubungi saja nyonya Neriman.”
“Tidak usah, kalau dia tahu, keadaan ini akan semakin rumit.
“Ya sudah, kau cari saja dulu.”
“(Apa mungkin dia menemui Serkan?)” Ucapnya dalam hati lalu beranjak menemui Meral.
Sementara Kader dan Cemre terus melakukan pencarian ke seluruh lingkungan panti, Songul meminta Meral untuk menghubungi Serkan.
“Halo, Serkan.”
“Ya, Meral?”
“Serkan, apa Eylul menemuimu?”
“Tidak, bukankah bersama kalian?”
“Dia sudah tidak ada sejak kami bangun tidur tadi, ku kira dia menemuimu.”
“Kami tidak ada janji untuk bertemu hari ini, memangnya apa yang terjadi?”
“Aku juga tidak tahu.”
“Baiklah, aku akan kesana sekarang.”
“Ya.” Obrolan telepon berakhir.
“Apa kata Serkan?” Tanya Songul.
“Eylul tidak bersamanya, dia bilang, tidak ada janji untuk bertemu hari ini. Dia segera kemari.”
“Ya ampun, coba kau hubungi nona Feride.”
“Baiklah.” Meral pun menelepon Feride, tak lama Cemre datang.
“Apa ada kabar, teman-teman?” Tanya Cemre.
“Belum, barusan Meral menghubungi Serkan, Serkan bilang, Eylul tidak menemuinya.” Terang Songul.
“Teman-teman.” Teriak Kader sambil menghampiri.
“Ada apa, Kader?” Tanya Songul.
“Aku menemukan sesuatu di halaman belakang.”
“Apa itu?” Tanya Cemre penasaran.
“Kertas berisi pesan.”
“Biar ku lihat.” Kader menyerahkan kertas itu ke Songul, lalu Songul membacanya.
“Satu per satu kalian akan menyusul teman kalian.”
“Apa mungkin Eylul diculik?” Tanya Kader.
“Jangan bicara sembarangan, Kader!”
“Lalu apa maksud pesan ini?” Kader nampak semakin panik.
“Tenanglah, Kader! Eylul akan baik-baik saja, kita harus tetap tenang. Songul, kita harus beritahu nona Feride.” Tutur Cemre.
“Meral sedang menghubunginya.” Tak lama, Meral selesai menelepon.
“Teman-teman, nona Feride bilang, dia akan segera datang. Apa sebaiknya kita lapor polisi saja?”
“Jangan dulu, polisi tak akan langsung menangani pencarian orang hilang kurang dari 24 jam. Karena menurut polisi juga bisa saja Eylul pergi ke suatu tempat dengan alasan pribadi.” Terang Cemre.
“Cemre benar, sebaiknya kita tunggu tindakan selanjutnya dari nona Feride.” Ucap Kader, lalu yang lain mengangguk.
Para gadis pun menunggu kedatangan Feride.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savas Cicekler (The Flowers of War)
FanfictionMengadaptasi cerita drama serial asal Turki berjudul "Kirgin Cicekler", dikembangkan ke bentuk cerita serial yang dikemas dalam genre petualangan & fantasi tanpa menghilangkan unsur-unsur pokok yang terdapat dalam cerita aslinya.