Suasana gelisah nampak menghiasi ruang tunggu dimana Toprak berada, tak henti-hentinya selama berjam-jam ia terus memikirkan keadaan Feride yang ia rasakan semakin memburuk. Hingga saatnya tiba bagi dokter untuk menjelaskan kondisi Feride selanjutnya, Toprak pun nampak siap mendengarkan, dengan segan dokter menerangkan bahwa Feride dinyatakan koma. Begitu mendengarnya, Toprak tak berdaya, tak mampu berkata-kata, dokter pun memperbolehkan Toprak untuk masuk ke ruangan Feride lalu pergi melanjutkan tugasnya. Toprak pun masuk ruangan dan tak ada yang bisa dilakukannya selain menatap Feride dalam kesedihan yang tak mampu ia bendung. Air matanya pun perlahan mengalir, namun ia masih mampu menahan pecah tangisnya. Kemudian membaringkan kepalanya di sisi Feride lalu memejamkan mata.
Satu malam telah berlalu, saat tiba fajar Urzu mengajak Biran ke suatu tempat yang dikhususkan untuk latihan dasar. Urzu menyuruh Igo si kera asistennya untuk menjadi lawan Biran dalam duel tangan kosong.
"Biran, aku ingin melihat seberapa besar keberanianmu, lawanlah Igo, anggap dia sebagai musuh agar kau tak merasa segan."
"Tapi aku tidak biasa berkelahi, apalagi dengan seekor hewan."
"Biran sayang, semua harus kau mulai dari sini. Anggap saja kera itu seseorang yang paling kau benci." Ujar Silbir yang terduduk di atas batu.
Kemudian Biran membayangkan seseorang yang amat ia benci dalam diri Igo, kenangan buruk yang pernah dialaminya tidak menghilangkan kebenciannya seumur hidup, walau orang itu sudah tiada. Biran pun memulai serangan dengan memukul Igo namun Igo berhasil menghindar lalu memukul wajah Biran, dilanjutkan dengan menendang dadanya, Biran pun terjatuh kesakitan.
"Ayolah, nak! Kau pasti bisa." Teriak Urzu menyemangati.
Biran pun kembali bangkit lalu menyerang Igo tapi lagi-lagi jatuh akibat serangan balik Igo, kelincahan Igo membuat Biran tak berdaya, hingga berulang kali mengalami hal yang sama, akhirnya Biran pun tak sanggup melanjutkan, beberapa luka memar di sekujur tubuhnya tak mampu terhindarkan termasuk bagian wajah, akibat jurus pertahanan Igo.
"Baiklah Igo, stop! Ambilkan air di bawah sana." Perintah Urzu sambil menunjuk ke arah mata air berada, Igo pun bergegas.
"Ugh..." Keluh Biran.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Urzu menghampiri.
"Aku... Tak sanggup lagi."
"Ini baru saja dimulai, nak. Kau hanya butuh ketenangan dan fokus, dua hal inilah yang menjadi dasar agar kau mampu membaca gerakan lawanmu. Ketika konsentrasimu stabil, pada saat kau melancarkan serangan, kau sudah mampu memprediksi gerakan lawanmu selanjutnya. Itulah dua hal yang harus kau pahami dulu."
"Lalu bagaimana caranya?" Tanya Biran sambil menahan sakit. Igo pun datang membawa sebotol air.
"Sebentar, biar ku obati lukamu dulu." Urzu menyiramkan air tersebut ke setiap bagian luka Biran, kemudian melepaskan sinar energi dari tangannya lalu memancarkan energi itu pada luka Biran agar mempercepat pemulihannya. Biran pun tercengang melihatnya, lalu seketika seluruh lukanya pulih dan kondisi Biran kembali normal.
"Sulit ku percaya, bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Biran terkesima.
"Setiap makhluk hidup memiliki aliran energinya masing-masing. Energi sangat berpengaruh terhadap watak atau sifat dari makhluk itu sendiri. Bila baik, maka energi yang dihasilkan positif, sedangkan yang buruk, maka energinya negatif." Terang Urzu.
"Sepertinya banyak hal yang harus ku pahami."
"Kita bahas soal energi dan jenisnya nanti saja, sekarang kau harus melatih ketenanganmu dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Savas Cicekler (The Flowers of War)
ФанфикMengadaptasi cerita drama serial asal Turki berjudul "Kirgin Cicekler", dikembangkan ke bentuk cerita serial yang dikemas dalam genre petualangan & fantasi tanpa menghilangkan unsur-unsur pokok yang terdapat dalam cerita aslinya.