Awal

76 33 33
                                    

"Eh...lo" panggil seseorang yang duduk di sampingku.

"Ya ???" Jawabku.

"Nama lo Cyla kan ?!" Tanyanya.

"Iya" jawabku singkat.

"Lo mau ke kantin bareng gue gak" tanyanya lagi.

"Enggak. Emang kenapa ?" Tanyaku.

"Gak sih... gue cuma mau ajak makan ke kantin sekalian ajak lo keliling sekolah. Siapa tau lo belum sempat keliling sekolah" jawabnya dengan sedikit nada kecewa di awal.

"Ya udah, yuk kita pergi" jawabku dengan sedikit semangat.

"Eh...?! Beneran nih ?!" Tanyanya dengan sedikit nada terkejut.

"Iya" jawabku singkat.

          Setelah itu kami pergi berdua di sebuah kantin yang cukup besar.

"Omong - omong nama lo siapa ?" Tanyaku penasaran.

"Oh iya, tadi gue belum perkenalin diri ya ?!" Jawabnya dengan sedikit terkekeh.

"Nama gue Sherlyna Oktavia. Panggil aja Sherly. Btw, lo ini pindahan dari mana ?" Tanya Sherly

"Aku ?! Aku pindahan dari..... mana aja bisa" jawabku sambil terkekeh melihat ekspresinya.

"Selera humor lo bagus juga ya... padahalkan kita baru aja saling kenal" ucapnya dengan sedikit nada heran dan juga cengiran.

"Ya iyalah... kalo gak kayak gitu bisa - bisa gue gak dapet temen terus dikira dingin dan ansos. Ya gak ?!" Balasku dengan senyuman.

"Bener juga sih..." Balas Sherly.

"Btw, kapan kita mau keliling sekolah nih ?" Tanyaku.

"Oh iya... aduh gue hampir lupa mau ajak lo keliling sekolah. Ya udah kita perginya sekarang aja." jawab Sherly.

"Eh... tunggu, kita bayar makanannya dulu" jawabku.

"Oh iya ya... gue kebanyakan makan micin kali ya... makanya kena amnesia kaya' gini" ucap Sherly yang heran pada dirinya sendiri.

"Ya kali micin bisa bikin amnesia" ucapku heran.

"Ya udah, yuk jalan" ucap Sherly.

          Saat tur keliling sekolah sama Sherly berakhir dan bel pertanda masuk masul kelas berdering, gue ngeliat ada cowok tinggi pake jaket berhoodie lewat samping gue. Dan entah kenapa gue jadi kepo soal cowok tadi. Jadi gue mutusin buat nanya sama Sherly soal cowok tadi saat sampai di kelas. Untung pas sampai di kelas ternyata gurunya gak masuk dan cuma ngasih tugas. Jadi gue punya kesempatan buat nanya.

"Sher...lo liat cowok yang tadi gak ?" Tanyaku.

"Yang mana Cyl ?" Tanya Sherly.

"Yang tadi lewat di samping gue pas kita mau masuk kelas" ucapku.

"Yang mana ? Kan tadi banyak yang lewat di samping lo" seru Sherly.

"Yang pake jaket hoodie itu loh" seruku balik

"Yang mana ??? Lo salah liat kali... atau lo liat setan lagi?!" Ucap Sherly.

"Ya kali gue liat setan pagi - pagi gini.... btw, amnesia lo kok parah banget sih ?! Lo abis kejedot tongkat bisbol sebelum berangkat sekolah ya ?! Atau kekenyangan abis makan makanya jadi kaya gini ?!" Ucapku

"Jahat banget sih... gue gak kayak gitu juga kali" ucap Sherly dengan wajah sedikit cemberut.

"Oh....cowok yang itu ?!" Ucapnya ketika dia mengingat cowok yang kumaksud tadi.

"Udah inget ?!" Tanyaku lagi.

"Udah. Cowok yang kamu maksud itu kayaknya anak pindahan deh..." Ucapnya dengan nada sedikit ragu.

"Dia baru pindah sebulan yang lalu kalo gak salah. Dan dia itu setahun lebih tua dari kita. Dan kalo gue gak salah inget, namanya itu...Ar...Arla...Arlath Bramasta" jawabnya sambil mengingat pelan.

                               ***

         

           Di sisi lain, seorang anak lelaki sedang duduk dengan tenang memperhatikan soal ulangan harian yang diberikan gurunya, tanpa menghiraukan teman - temannya  yang berusaha bertanya sana-sini tak terkecuali pada dirinya. Ya, itulah dirinya Arlath Malik Bramasta atau yang kerap disapa Arlath. Ia adalah anak yang berparas tampan, bertubuh atletis dan berpikiran cemerlang di sekolah, selain itu, dia juga pandai dalam bergaul, terutama memilih teman. Itulah sebabnya tak lama setelah dia pindah ke sekolah ini, dia menjadi sangat populer. Tetapi kepopulerannya tak membuat dirinya menjadi semena-mena terhadap hal-hal di sekelilingnya.

         Dalam hal yang menyangkut prinsip atau pendirian,  ia adalah anak yang sangat konsisten dalam berpendirian. Belum ada yang dapat mengubah pendiriannya selama ini, bahkan orang tua dan gurunya pun tidak mampu mengubah pendiriannya, sekali dia berkata tidak, maka yang diputuskannya itu yang terjadi. Walaupun masih berusia semuda ini, dia adalah orang yang mandiri. Dia suka mencoba hal-hal baru yang bermanfaat, tidak seperti anak - anak zaman sekarang yang hampir semua keperluannya tidak dia buat atau diatur sendiri dan lebih memilih mencoba hal - hal yang mengarah ke negatif dan cenderung tidak bermanfaat, walaupun tidak sedikit juga yang melakukan hal - hal positif. Oleh sebab itu, di lingkungannya dulu, dia menjadi orang yang disegani dan sangat disayangi teman-temannya dulu. Bahkan teman-temannya membuat pesta perpisahan khusus untuknya saat akan pindah kemari.

"Baik. Anak - anak, waktu kalian sisa 5 menit. Yang sudah selesai silahkan dikumpulkan dan silahkan pulang ketika bel berbunyi." Ucap Bu Yani ketika melihat ke arah jam tangannya.

          Seketika itu keringat dingin berkucur deras di wajah teman -temannya ketika dia menoleh ke sekelilingnya untuk mengumpulkan hasil kerjanya kepada Bu Yani. Kemudian dia berjalan santai ke arah Bu Yani untuk mengumpulkan hasil kerjanya, lalu berpamitan dan meninggalkan kelas menuju salah satu bangku di taman di dekat kelasnya sambil mendengarkan musik di earphonenya dan menunggu bel pulang berbunyi.

          Tak lama setelah bel pertanda pulang berbunyi, seseorang yang datang dari arah belakangnya.

"Lath, belum balik ?" Tanya seseorang yang menghampirinya dari belakang.

"Hah...emang bel udah bunyi ya ?" Tanyanya balik.

"Ya Allah.....bel bunyi kayak toa plus suara si Ira yang cempreng kayak gitu lo gak denger ?" Tanya temannya itu tak percaya.

"Kalo iya kenapa ?" ucap Arlath dengan sadis.

"Ng...gak gue cuma pikir telinga lo emang budek ya ???" Tanyanya dengan sedikit ragu.

"Sebenarnya lo ke sini mau ngapain sih ?" Tanya Arlath.

"Gue cuma mau bilang kalo lo udah mau balik, boleh bareng gak ???" Ucapnya.

"Jadi maksudnya lo mau nebeng ???" Tanya Arlath dengan sedikit menyengir.

"Iya, boleh gak ??? Kalo gak boleh gue balik naik angkot aja" jawabnya lagi dengan nada sedikit ragu yang masih terselip di dalamnya.

"Ya udah, yuk jalan" jawab Arlath cepat.

          Kemudian mereka berlalu melewati sekolah dengan cepat.


Jangan lupa vote, share dan komennya
😆

CylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang