Visit

188 15 7
                                    

"Apa aku boleh ikut?" Pinta Chanyeol

"Hah!"

.

.

.

.

  Disinilah mereka. Disebuah rumah kecil yang terlihat nyaman dan hangat. 

"Jin Woo-ya... Noona pulang!"

"Noona!!!" Dibalik pintu kayu muncul seorang bocah laki laki dengan senangnya berlari menghampiri Sulli.

  Sulli tersenyum. Direntangkannya tangan menyambut bocah tadi ke dalam rangkuman pelukan hangat penuh rindu.

"Noona!! Kenapa lama sekali?" Tanya bocah tadi sambil mengerucutkan bibirnya.

  Sulli terkekeh geli. "Maaf Jin Woo-ya. Noona ada sedikit urusan. Tapi kau tidak apa apa kan?"

  Jin Woo menggeleng. Mata bulatnya beralih melihat sosok pria tinggi di belakang kakaknya.
"Noona. Nuguyo? Apa dia teman baru Noona." Sulli teringat, ia membawa orang lain ke rumahnya.

   "Ya bisa dibilang begitu Jin Woo. Perkenalkan ini Chanyeol." Chanyeol hanya memasang muka datar tapi sebenarnya kaku bagaimana harus menyapa seorang bocah kecil.

    Jin Woo mendekatkan mulut kecilnya ke telinga Sulli, membisikkan sesuatu yang membuat Chanyeol heran. "Noona sepertinya temanmu ini menakutkan sama seperti tokoh kartun yang diceritakan temanku."

  "Benarkah?" Jin Woo hanya mengangguk kuat. "Ya dia mirip sekali dengan tokoh Minky si monyet bodoh dalam kartun milik temanku itu Noona." Bisiknya lagi

  Sulli menahan tawanya. Jin Woo memang sangat polos. Dia bahkan tak kuasa menahan tawa jika adiknya memiliki mulut yang terus terang. Dan memikirkan bagaimana reaksi Chanyeol saat melihat kepolosan adiknya ini.

    "Ehem..." Suara deheman menghentikan aktivitas dua kakak beradik ini. Chanyeol mulai jengah, ia merasa terabaikan. Ia bahkan sangat penasaran pada dua kakak beradik itu lakukan. Mengapa mereka berbisik bisik seperti itu?

Dan dilihatnya Sulli menatapnya sambil mengulum bibirnya menahan tawa. Apa ada dengan dirinya apa pakaiannya aneh atau ada sesuatu di wajahnya? Kenapa rasanya wanita itu sedang mencoba menertawakan dirinya namun ia tahan.

   "Maaf bukannya aku bermaksud mengganggu aktivitas kalian tapi apa kau lupa kau membawa orang lain dalam rumahmu. Bisakah kau membuatku sebuah kopi di luar terasa dingin. Tubuhku seakan membeku," katanya datar.

   "Maaf Chanyeol, Jin Woo masuklah ke kamarmu, kakak akan mengantarkan coklat panas untukmu nanti," suruhnya. Jin Woo mengangguk.

    Sulli berjalan ke arah dapur, diikuti Chanyeol dibelakangnya. "Kau mau dibuatkan sesuatu?" Tawarnya. Chanyeol mengangguk, "Mungkin kau bisa membuatkan ku coklat panas," jawab Chanyeol. Sulli mulai meracik tiga gelas berisi coklat panas. "Ini, aku akan ke kamar Jin Woo sebentar," Sulli mulai melangkah meninggalkan Chanyeol.

   Mata bulat nan hitam miliknya melihat sekitar. Rumah kayu yang mulai rapuh. Di sudut ruangan terdapat kursi kayu dengan beralaskan karpet lembut menghadap keluar jendela. Di tengah ruangan terdapat perapian batu bata dengan api yang masih menyala.

   Chanyeol memutuskan untuk mendekati kursi di sudut ruangan. Lampu temaram membuat suasana menjadi semakin hangat. Salju masih turun diluar. Bahkan semakin lebat. Ditambah angin yang bertiup cukup kencang, membuat udara diluar menjadi dingin. Sama seperti saat di apartemen miliknya.

   Meskipun ia memiliki penghangat ruangan sekalipun, ia merasa tetap dingin dan sendiri. Berbeda saat ia berada dirumah ini. Ia merasakan sesuatu yang hangat masuk dalam dirinya. Rasa hangat yang sudah lama hilang darinya. Sebenarnya ia sangat merindukan rumahnya, dengan keluarga yang lengkap dan saling menyayangi dirinya. Tapi sayang, karena keegoisan orang tuanya semua nya hilang. Tak bersisa. Meninggalkan dirinya seorang diri dalam dinginnya dunia.

    "Chanyeol," suara mengintrupsinya, ia menoleh, ia melihat Sulli berjalan ke arahnya. "Apa aku terlalu lama?" Ia menggeleng. Sulli duduk di bawah, disamping tempat duduknya. "Hah...kadang aku berpikir, aku selalu menyalahkan kepergian Appa, meninggalkan kami semua dalam kesusahan. Tapi, akhirnya aku tahu makna dibalik itu semua. Tuhan menginginkan diriku agar menjadi anak yang tak mudah bergantung pada orangtua, agar aku bisa lebih memperhatikan Jin Woo dan Eomma," curhat Sulli.

   "Dan mungkin, dibalik kisah masa lalumu, Tuhan juga menginginkan agar kamu bisa menjadi anak yang lebih baik dari orangtuamu. Karena Tuhan tahu bagaimana sifat orangtuamu akan menurun padamu, sifat yang selama ini disembunyikan dari dirimu," lanjutnya. Chanyeol menoleh menyimak setiap kata yang diucapkan Sulli.

   "Kisah masa lalu tak semuanya akan membuat orang terpuruk, tapi karena masa lalulah, kita bisa menjadi orang yang lebih baik. Memperbaiki semua kesalahan kita di masa lalu. Dan menjadikan kita orang yang lebih giat bekerja," tambahnya. Chanyeol sedikit terkagum. Benar apa yang diucapkan Sulli. Ia tak boleh terpuruk karena masa lalunya.

   He's so fell stupid. Hanya karena masa lalunya, bukannya dirinya menjadi lebih baik, ia semakin menjadi masuk lebih dalam ke lubang yang sama. "Tapi, Chanyeol..." Sulli menoleh, mereka berdua saling menatap. Chanyeol menyelami mata Sulli yang berwarna coklat tua. Disana hanya ada kebenaran dan ketulusan.

     Entah apa yang mendorongnya. Mencondongkan tubuhnya. Matanya terus menatap mata Sulli. Sampai hidung mereka bersentuhan. Sulli memejamkan matanya. Nafas hangat Chanyeol menerpa wajahnya. Hingga ia merasakan sesuatu yang manis, basah, dan lembut menekan bibirnya.

       Ia membuka matanya. Chanyeol menciumnya lagi. He's kiss she. Chanyeol menciumnya dua kali. Tapi kali ini, ciuman ini terasa lebih hangat. Jantungnya berpacu lebih cepat. Merasakan gelenyar aneh yang memasuki dirinya.

    Mungkinkah Chanyeol mulai menyukai dirinya?

   Ia mulai memejamkan matanya kembali. Setelah beberapa saat dalam keheningan. Chanyeol menarik dirinya. Diri nya terkejut dengan apa yang dilakukannya baru saja. Ia melihat Sulli masih memejamkan matanya. Seringai jahil muncul di wajahnya. "Menikmatinya nona?" Tanyanya. Sulli terbelalak.

     Ia lalu menjauh dari Chanyeol. Rona merah muncul disekitar pipinya. Ia memukul keras lengan Chanyeol, "Sialan! Kamu memanfaatkan kesempatan," titahnya. Chanyeol hanya mengendikkan bahunya. "Ya kupikir, tapi kau menikmatinya kan," godanya.

    Sulli hanya mendengus kesal. Keterlaluan jadi ini hanya ciuman main main. Entah kenapa itu membuat hatinya sakit. Jadi, Chanyeol belum menyukainya. Bodohnya dirinya karena tertipu oleh Monster ini.

    Beberapa saat dalam keadaan hening, sampai. "Yah! Kau mungkin benar," Sulli mengerenyitkan dahinya. "Tak semua masa lalu membuat orang terpuruk. Tapi bodohnya diriku memilih untuk melampiaskan keadaan diriku pada lubang yang sama. Yang bukannya membuat diriku menjadi lebih baik tapi malah sebaliknya," katanya

    Sulli terkagum. Inikah sisi Chanyeol yang lain. Sisi yang lebih hangat. Berbeda saat ia berada di area track balapan. Berbeda dengan Chanyeol yang urakan, dengan segala umpatan kasarnya. Kini dirinya hanya melihat sesosok pria yang terlihat rapuh dan matanya yang memancarkan penyesalan. Ia satu lagi menemukan sosok Chanyeol yang lain. Dirinya berjanji akan merubah sifat Chanyeol bagai Monster agar kembali menjadi malaikat lagi. Itulah janjinya.

,,TBC,,

Wahh setahun nggak update... Now lg update gaesss. Baca silahkan dibaca jangan lupa vommentnya.. Makaseh^^

MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang