Sebuah Nama

3.9K 292 14
                                    

Jika engkau mencintai seorang wanita. 

Tahan dirimu dari ekspresi yang mengotori cinta

-Aku Tersentuh Cinta-

************

Alkaf menatap langit-langit kamar hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alkaf menatap langit-langit kamar hotel. Ia teringat dengan wajah perempuan yang tadi menyelamatkannya. Senyum terukir di bibirnya. Yah, cinta bisa datang kapan saja, bisa hadir di waktu yang tidak terduga. Bahkan dalam satu detik pun cinta bisa menancap dengan lekat dalam hati seseorang. Seperti halnya Alkaf yang langsung terpesona dengan kecantikan dan sikap ketus perempuan tadi. Menantang baginya untuk mengetahui lebih dalam mengenai perempuan tersebut.

"Sudah ku bilang seharusnya anak itu jangan diijinkan ikut dalam acara ini kalau hanya bisa merepotkan saja!. Lihat acara yang seharusnya tadi selesai harus ditunda besok lagi." terdengar ocehan dari luar kamar Alkaf, seketika membuat Alkaf jengah dan menutupi telinganya dengan bantal. Kali ini saja, ia ingin istirahat. Biarkan ia berdamai dengan hatinya yang kini tengah berbunga-bunga. Ia tidak ingin diganggu. Jasad juga butuh istirahat, tidak seharusnya ruh egois. Apalagi laki-laki tua yang tengah mengoceh itu.

"Alkaf buka pintunya!." Produsernya menggedor-gedor pintu kamar Alkaf, namun Alkaf biarkan. Ia memilih memasang headphone, sungguh ocehan produsernya sangat memekakkan telinganya. Bosan setiap hari dimarahinya. 

Mungkin para fansnya diluar sana mengira bahwa kehidupan menjadi seorang artis dan penyanyi solo seperti Alkaf akan sangat menyenangkan. Namun, kenyataannya berbanding terbalik. Ia sungguh tersiksa, ia ingin istirahat santai seperti orang lain. Tertawa, tersenyum dan berkumpul bersama keluarganya. 

Yah mau bagaimana lagi, ia terlanjur menandatangani kontrak untuk tujuannya selama ini. Ia tidak boleh lengah. Karena lengah sedikit saja segala rencananya akan rusak. Ia hanya perlu menuntaskan rencananya dan memulai hidup bahagia tanpa ada kejahatan lagi di dalam kehidupannya. 

"Alkaf!." teriakan itu mengundang para pengunjung hotel menghampiri sumber suara. 

"Ck!." Alkaf hanya berdecak kesal dan beranjak dari tidurnya. Ia membuka pintu kamarnya, disana sudah terpampang jelas wajah geram produsernya.

"Apa?." tanya Alkaf datar, headphonenya ia kalungkan di lehernya.

"Aku tidak mau tahu, kau harus bertanggung jawab atas komplain dari pihak acara. Mereka membayarmu mahal-mahal untuk ini kenapa kamu merusaknya?." Pak Farid, laki-laki berperawakan tinggi, agak gemuk, kulitnya sawo matang itu wajahnya kini tampak geram, nafasnya naik turun. Pertanda ia sudah kepalang emosi.

"Aku hanya mencoba mencari udara segar, lalu para fansku datang menyerangku. Tentu saja aku kabur. Jangan salahkan aku, salahkan fans ku yang merusak jalannya acara." Alkaf menjawab sinis lalu menggebrak pintu kamarnya dan menutupnya dengan keras. Ia memasang kembali headphonenya. 

Artis Muallaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang