Bunga Melati

2.7K 224 16
                                    

Matahari menampakkan sinarnya, tak terlalu panas, tetapi hangat dan pas sekali. Kaila mengamati tanamannya yang sedang berbunga. Bunga anggrek ungu, kenanga dan mawar. Ia mencatat perkembangan tanaman tersebut dan mencari apa saja khasiat dan manfaat dari ketiga tanaman bunga tersebut.

Tampak seorang ibu membawa belanjaan dari toko terdekat. Kaila mengamati ibu itu berjalan.  "Kaila!. Berikan ini pada ibumu." seru ibu paruh baya itu sambil menyodorkan satu bungkus buah jeruk. 

"Wah tan. Makasih ya." Kaila mengambil bungkusan jeruk itu dengan sopan. Ia tersenyum lebar. "Tidak mampir dulu?." tanya Kaila sedikit berbasa-basi. Tidak baik menurutnya setelah diberi orang lain tak mengakrabinya. Ibu paruh baya itu menggeleng. Lalu berpamitan pulang.  Kaila menaruh buah jeruk sebungkus itu di kursi taman. Ia kembali melanjutkan pengamatannya pada bunga-bunga yang ia tanam.

"Kaila!. Ayo makan siang dulu!." seru perempuan paruh baya dari dapurnya. Karena dapurnya langsung berhadapan dengan taman rumah Kaila. Tamannya ada di belakang rumah. Suasana taman rumah Kaila sangat asri, tak jarang beberapa anak kecil bermain bersama di taman tersebut dan Kaila tak bermasalah akan hal itu, selama mereka tidak berbuat ulah yang merusak taman.

"Iya bu." jawab Kaila kalem. Ia tersenyum menatap perempuan paruh baya yang sangat ia sayangi. Mereka juga menyayangi Kaila. Keluarga yang sangat harmonis. Bahkan para tetangganya begitu iri dengan keharmonisan dan hampir tidak pernah terdengar bentakan dan pertengkaran dari keluarga Kaila. Kaila bergegas masuk ke dapur, ayah dan ibunya sudah duduk siap untuk makan siang.

"Kaila, kapan kamu berangkat ke Bandung?. Katanya kamu mau ada liburan sekalian pembinaan selama dua minggu. Itu jadi?." tanya ayah Kaila. Kaila langsung berhenti mengunyah, ia menatap ayahnya dengan senyuman yang merekah. Kaila mengangguk.

Alif hanya bisa menghela nafas pasrah. "Apa gak kamu batalin aja sayang?. Ayahmu kelihatannya tidak suka kamu pergi jauh." tanya ibunya seraya membungkuskan buah untuk Kaila.  Kaila kembali berhenti mengunyah makanannya. Ia diam dan menunduk. Ia paling tidak bisa berkata tidak pada kedua orang tuanya.
Alif membelai kepala Kaila yang terbalut kerudung. "Ayah mengijinkan. Ayah lebih tidak suka melihat anak ayah bersedih." Kaila langsung mendongak menatap ayahnya lekat-lekat. Lalu senyumnya langsung mengembang. "Terima kasih ayah!." Lihatlah begitu manjanya Kaila pada ayahnya. "Sini peluk ayah!." Alif menggoda putrinya, Kaila langsung memberengut kesal. "Gamau! Kaila udah besar. Malu." jawab Kaila dengan nada kesal yang dibuat-buatnya.  Memang sangat aneh bagi orang lain yang baru mengenal Kaila.  Kaila adalah sosok perempuan yang sangat pendiam dan dingin ketika diluar rumah tetapi saat berada di lingkup keluarganya ia menjadi sosok perempuan yang sangat manja dan seperti anak kecil.

"Kapan kamu berangkat?."
"Emm tiga hari lagi yah!" Kaila telah menuntaskan makan siangnya.
"Baiklah persiapkan kebutuhanmu. Dan jangan mengeluh saat pembinaan nanti. Kamu tahu bukan hidup ikut orang lain itu kurang enak." ujar ayahnya. Kaila hanya diam dan mengangguk patuh pada ayahnya. Ia mengerti, Kaila sudah paham bagaimana hidup bergantung pada orang lain.

Setelah empat hari itu berlalu, sekarang Kaila telah ada di kota Bandung, kota penuh kenang-kenangan kata lagu nasional. Liburan kali ini akan ia manfaatkan dengan baik. Sangat kebetulan liburan teman sefakultas angkatan baru berlibur ke Bandung. Ia bisa mencari informasi yang selama ini ia nantikan.

*********

"Cut!." terdengar lantang suara sutradara. Alkaf menghembuskan nafas lega. Ia sungguh tidak betah berlama-lama di bawah terik matahari yang begitu menyengat. Shoot pengambilan gambar untuk film baru di bioskop membutuhkan ekstra tenaga yang banyak. Memang tak sekali dua kali Alkaf bermain akting di layar lebar, tetapi action kali ini benar-benar menguras tenaganya. Berakting di tengah lapangan dan adegan bertengkar, sungguh ia sangat kelelahan.  "Shoot hari ini selesai. Kalian boleh beristirahat dahulu lalu kembali ke tempat penginapan." jelas sutradara. Semua crew mengangguk lalu membereskan semua barang-barang mereka.

Artis Muallaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang