Burung berkicauan, matahari telah menampakan sinarnya, namun pria bermarga Jeon itu masih betah bergumul dengan selimut hangatnya...
Sementara itu....
Sudah hampir 30 menit kakek Jeon terdiam dimeja makan menunggu sang cucu satu-satunya itu untuk turut bergabung sarapan bersamanya. Namun sampai detik ini juga, cucunya belum menampakan batang hidungnya. Padahal ini adalah hari pertamanya berkerja di perusahaan, namun untuk bangun pagi saja sangat susah.
"Bibi Kim, apa anak nakal itu belum juga bangun?"
"Belum tuan. Saya sudah mencoba membangunkannya tapi tidak ada jawaban dari dalam kamarnya, tuan."
"Hah... ya sudah bi, biar saya saja yang membangunkan anak nakal itu. Kau kembalilah bekerja."
"Baik, tuan. Saya permisi kebelakang."
Setelah kepergian bibi Kim, kakek Jeon akhirnya pergi menuju kamar cucunya. Sebelum mengetuk pintu, kakek Jeon mengambil sesuatu di dalam laci dekat pintu kamar. Itu adalah kunci cadangan semua ruangan di rumah ini.
Setelah selang beberapa waktu untuk menemukan kunci yang sesuai, kakek Jeon kini dengan senyuman puasnya telah berhasil membuka kamar Jungkook.
Dilihatnya sang cucu masih bergumul dengan selimutnya dan enggan untuk bangun. Bahkan gordennya saja masih tertutup rapat membuat kamar Jungkook sedikit gelap.
Dengan langkah pelannya, kakek Jeon mendekati sang cucu dan bersiap untuk memukul cucunya itu dengan tongkat kesayangannya yang selalu senantiasa menemaninya kemanapun diusianya yang sudah tidak muda lagi ini.
"Ya! Bangun kau anak nakal! Dasar pemalas, kau harus bekerja!" Dengan sekuat tenaganya, kakek Jeon terus melayangkan tongkatnya itu. Tanpa ampun, tanpa belas kasih. Tidak, kakek Jeon bukan orang yang kejam, namun hanya cara ini yang bisa beliau lakukan untuk membuat Jungkook dewasa dan bertanggung jawab.
"Akh sakit kakek! Ampun! Aku bangun aku bangun! Tolong hentikan itu kakek! Akh!"
"Tidak akan kuhentikan sebelum kau benar benar bangun anak nakal. Cck rasakan ini! Dan ini!"
Bugh
Bugh
Bugh
"Ya! Sakit kakek! Tolong hentikan itu!!"
"Ya! dasar anak nakal, kau sudah berani berteriak pada kakekmu ini eoh?! Cck cepatlah bangun sebelum aku memukulmu kembali."
"Kakek kau sungguh tega padaku? Aku bisa mati jika kau terus berlaku kejam padaku kek." Kesal Jongkok sembari mengusap-usap badannya yang sakit.
"Jika tidak mau mati oleh tongkatku ini, maka dewasalah Joen Jungkook. Cepat bersiap dan pergi ke kantor." Ucap kakek Jeon sebelum meninggalkan kamar Jungkook dan membuat sang empunya kamar hanya bisa menghela nafas pasrah.
------------
Dengan langkah gagahnya, Jeon Jungkook memasuki K-Corp bersama sang kakek yang berada disampingnya.
Semua karyawan tidak heran mengetahui Sajangnim mereka datang ke kantor hari ini bersama cucunya Jeon Jungkook. Sebelumnya semua karyawan sudah diberitahukan jika cucu dari presdir Jeon akan menggantikan beliau sebagai presdir sementara. Yap, sementara. Karena Jeon Jungkook akan secara resmi menjadi presdir K-Corp setelah ia menyandang status menikah.
Dan tidak sedikit yang terkagum-kagum akan ketampanan Jungkook, terutama para pegawai wanita yang dilewatinya. Tentu saja, melihat bagaimana para wanita disini yang berbisik-bisik mengelu-elukan ketampanan Jungkook, bahkan ada yang secara terang-terangan mengatakan ia akan menjadikan seorang Jeon Jungkook kekasihnya. Heol! Apakah itu mungkin?
Jungkook tidak memperdulikan panggilan atau bahkan pujian yang dilontarkan pegawainya tersebut. Ia tetap berjalan mengekori kakeknya menuju ruangan yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.
Setelah sampai diruangan Jungkook, kakek Jeon mengenalkan seorang asisten yang akan membantu Jungkook nanti di perusahaan.
Jungkook kenal dengan pemuda itu, pemuda yang 2 hari lalu menjemputnya di bandara, Lee Dokyeom jika dia tidak salah.
Setelah serangkaian nasihat yang kakek Jeon berikan kepada Jungkook, beliau pun berencana meninggalkan Jungkook dan Dokyeom disana. Percuma saja dia berbicara panjang lebar namun hanya dianggap angin lalu oleh cucunya itu. Maka dari itu, beliau membutuhkan bantuan Dokyeom untuk membuat Jungkook lebih dewasa dan bertanggung jawab. Ya, semuanya ia serahkan pada pemuda itu, Kakek Jeon percaya Lee Dokyeom mampu.
Sebelum kakek Jeon benar-benar menghilang dibalik pintu, ia membalikkan badannya menghadap Jungkook.
"Ya Jeon Jungkook, ingat minggu depan kau harus membawanya atau kakekmu sendiri yang akan membawakan gadis lain sebagai calon istrimu. Aku pergi."
Blam
"Ne, Ne, Ne. Menikah dengan siapa?! Aish jjinja! Membuat kepalaku pusing saja. Hah..."
"Eum Sajangnim, kau kenapa?" Dokyeom kebingungan melihat Sajangnim barunya ini yang tampak tidak bersemangat setelah kakeknya pergi, lebih tepatnya setelah mengatakan dia harus menikah.
Melihat tidak ada respon dari Jungkook, Dokyeom berniat keluar dari ruangan itu namun sebelum tangannya menyentuh knop pintu, Jungkook memanggilnya dan menyuruhnya untuk duduk. Mungkin saat ini Sajangnimnya itu butuh teman cerita, pikirnya.
"Hei Lee Dokyeom, apakah kau sudah memiliki kekasih?" Tanya Jungkook tanpa sungkan lagi pada orang yang baru dikenalnya itu sebagai asistennya.
Dokyeon yang tiba-tiba diberi pertanyaan mendadak itu hanya bisa menggaruk tengkuknya bingung.
"Eung aku belum menikah, tapi aku sudah memiliki kekasih hehehe."
"Wah kau hebat juga ternyata." Ucap Jungkook kagum, entah karena ia merasa iri atau karena nasib percintaannya yang berantakan.
----------------
Hari ini Mina berangkat ke kantornya setelah dua hari kemarin ia tidak masuk dan mematikan ponselnya yang mana membuat atasannya sangat marah.
Mau tidak mau hari ini Mina harus siap mendapatkan semprotan dari bos tampannya itu. Tampan tapi kejam, itu yang selama ini ia pikirkan tentang bosnya.
Setelah mengumpulkan keberaniannya, Mina pun mengetuk pintu ruangan presdir Hong, bos tampannya.
Setelah mendengar sang presdir memperbolehkannya masuk, Mina pun segera masuk dan menemukan presdirnya yang terlihat sangat sibuk dengan berkas berkas kesayangannya itu.
Dengan takut takut Mina mencoba untuk tetap tenang, namun ia justru semakin meremas tangannya karena saking takutnya.
"Jelaskan padaku kenapa kau tidak masuk kemarin? Aku tidak menggajimu untuk seenaknya masuk keluar tanpa seizinku." Lembut namun mengintimidasi, itulah presdir Hong yang ditakuti karyawannya termasuk Mina.
"Maafkan aku Sajangnim aku tidak berniat meninggalkan tanggung jawabku tapi ini sedikit mendesak."
"Jelaskan detailnya Myoui Mina, aku tidak suka bertele-tele seperti ini."
"Aku....akan segera dideportasi..."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time We Were In Love ( Jungkook x Mina FF)
FanfictionMyoui Mina (22th) gadis sebatang kara berkebangsaan Jepang yang tinggal di Korea Selatan, yang harus berurusan dengan kantor imigran dan membuatnya harus selalu bersembunyi dari kejaran pihak berwajib karena surat izin tinggalnya yang sudah habis ma...