Phobia; JunHao

1K 67 0
                                    

Semua orang yang berada disini menangis, aku hanya melihatnya sendu. Aku berjanji kepada Eomma untuk tidak menangis lagi, tapi aku ingin menangis. Aku juga ingin menangis. Tapi apakah Eomma senang jika aku menangis. Tidak kan?

Aku mati mati an untuk tidak mengeluarkan cairan bening yang berasal dari mata ku.

Tapi, orang orang disini, foto di depan ruang tamu rumah ku membuat ku benar benar ingin menangis.

Eomma, maafkan aku. Aku menangis, melanggar janji ku dengan Eomma. Maafkan aku Eomma. Tapi air mata ku benar benar menuntut untuk keluar.

Aku ingin saat aku menangis Eomma disamping ku-- ingat kata kata itu Eomma? Aku menangis disini, tapi mengapa Eomma hanya terperangkap dalam foto itu, dengan senyuman itu? Eomma, aku mohon kembalilah, aku rindu Eomma. Eomma jangan pergi, ini akan menjadi tangisan terakhir ku asal Eomma kembali.

Tapi tidak mungkin ya Eomma?

Semoga Eomma bahagia di sisi tuhan.

Di rumah menjadi lebih sepi tanpa Eomma. Appa selalu pulang terlambat, kadang aku bahkan tidak makan malam. Appa selalu memberiku makanan instan yang rasanya hambar, yang pernah Eomma bilang bahwa aku tidak boleh memakannya. Tapi Appa selalu membentak ku saat aku menolak.

Tapi Eomma, di sekolah ku lebih buruk.

Setiap aku lewat di depan teman teman ku, mereka menjauh.

Mereka berbisik-bisik seakan aku tidak boleh mendengar ucapan mereka.

Mereka memperlakukan ku seperti anak bodoh, dan menjauhi ku.

Mereka.…

Mereka melihat ku seperti barang menjijikan.

Aku benci tatapan itu Eomma, aku benci. Seakan aku anak terkutuk yang akan selalu bersalah.

Aku takut Eomma. Mata mereka seakan menguliti ku. Bentakan Appa yang membuatku merinding.

Aku takut...

Eomma, tolong aku.

Aku tidak ingin sekolah yang bagus.
Aku tidak ingin makanan enak.
Aku tidak ingin Appa yang baik.
Aku tidak ingin.

Aku ingin Eomma.

Maafkan aku lagi Eomma. Aku melanggar janji ku lagi malam ini, menangis sendirian tanpa ada yang mengelus kepala ku seperti dulu.

Maafkan aku Eomma.

Eomma, aku sedang ada di ruang konsuktasi sekolah.

Aku masuk ke ruangan ini karna kejadian di kelas ku tadi.

Aku ingat, Jianyu, bocah perempuan yang berada di kelas ku.

Di selalu mengejek ku Eomma. Di mengatakan aku sudah tidak punya ibu, aku anak yatim yang nbodoh, lusuh, dan tak berharga. Kata kata nya menyakiti hati ku. Tapi tatapan matanya lebih mengerikan, seperti ingin memukuli ku, menendang ku, membuang ku, menguliti ku hidup hidup.

Aku takut Eomma. Aku takut mereka benar benar membuang ku, aku takut mereka menyakiti ku.

Saat tangan Jianyu ingin mendekati ku, aku sangat takut. Tanpa sadar aku memukul nya.

Dia hanya memekik kesakitan, wajah nya seperti memelas. Tidak seperti saat dia melihat ku jijik.

Dengan cepat Jianyu menangis seperti bayi. Dia mengatakan bahwa aku penyebab tangan nya memerah seperti tomat. Mengaduh kepada sang guru yang menjaga ruang konsultasi, dan mengatakan bahwa aku perlu di keluarkan dari sekolah karana melakukan kekerasan pada anak yayasan sekolah.

Imagination ❇ SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang