[Special Part] One Fine Day, Karen...

25.9K 1.7K 15
                                    

Untuk merayakan views Kejar Tenggat yang (hampir) 500k, aku unggah lagi bagian SPECIAL Kejar Tenggat!

Teruntuk kalian, yang sudah membaca kisah Kara dan Zafran,

Happy reading 😊

***

Karen sudah siap dengan kostumnya hari ini. Kebaya model kutu baru biru dongker dan lilitan kain batik motif floral dominan warna cokelat sebagai bawahan. Betis bagian kirinya sedikit tersingkap, terbuka seolah ingin mengintip. Tidak lupa, heels hitam tujuh senti untuk menunjang penampilannya.

Dandanannya tampak natural, tidak berlebihan. Riasannya mengikuti tren artis Korea yang masih digemari khalayak: simpel dan pantas. Dia meminta penata rias wajah yang disewa untuk tidak membubuhkan bedak dan foundation terlalu tebal. Tipis saja, dengan riasan pipi warna peach dan lip-tint berwarna senada. Tidak lupa, rambutnya disanggul tinggi namun tidak disasak hingga kaku. Karen cukup puas melihat penampilannya yang tetap elegan dan tampak lebih segar.

Plak!

Karen mengaduh kesakitan begitu punggungnya ditepuk oleh Bunda lumayan kencang. Mau bagaimana lagi, Karen memang sudah selayaknya mendapatkan ini dari Bunda.

"Kamu ini, bisa-bisanya bikin Bunda emosi." Mulai Bunda, lalu mengambil kursi tepat di sebelah Karen.

"Bundaaaa," rajuk Karen manja, "jangan hajar Karen sekarang dong. Karen masih belum sepenuhnya bangun ini. Masih limbung."

Bunda menepuk bagian lengan atas Karen dengan gemas. "Justru bagus! Biar kamu sadar lebih cepat!" Seru Bunda berapi-api.

Bukannya kesal, Karen justru nyengir. "Hehehe."

"Nyengir lagi," Bunda menghela nafas, kali ini beliau bicara dengan nada yang lebih bersahabat, "mana suami kamu?"

"Tau deh Bun, ke laut kali."

"Karen! Bunda lagi nggak bercanda!"

"Karen juga nggak bercanda, Bunda. Dia nggak Karen ajak pulang."

Bunda menghela nafas seraya berkata, "Karen sayaaaang, jangan lama-lama marahan sama suami kamu sendiri. Ini sudah kesekian kalinya loh kamu sama dia berantem. Nggak capek?"

"Kali ini berantemnya beda Bun!"

"Beda karena apa? Urusannya karena nyawa, makanya kamu seperti ini dengan suamimu?" Ujar Bunda dengan nada sedikit sinis. "Semua manusia akan kembali, Karen. Caranya saja yang berbeda."

Karen lantas terdiam. Kali ini menatap Bunda, yang sudah selesai dirias oleh penata rias khusus orang tua pengantin. Bunda menatapnya dengan tatapan lembut, penuh kekhawatiran. Tatapan yang biasanya mampu membuat Karen terisak dalam sekejap.

Namun kali ini, Karen berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis.

"Bunda, aku mohon jangan bicara kayak gitu lagi. Aku bisa nangis lagi kalau begini caranya." Gumam Karen lirih. Bunda lantas mengelus rambut anaknya dengan sayang.

"Maafin Bunda ya sayang. Bunda cuman nggak mau kamu jadinya bertindak gegabah karena emosi kamu sendiri. Bunda nggak mau hidup kamu jadi hancur karena kehilangan."

Karen mengangguk. "Iya Bunda. Karen ngerti."

"Yaudah, kamu ke tempat adik kamu gih. Suruh dia makan sedikit." Bunda beranjak dari kursi untuk meninggalkannya sendirian.

"Bunda!"

Bunda menoleh. "Kenapa sayang?"

"Ayah, tahu?" Tanya Karen.

Kejar TenggatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang