Baju putih berbaret SMA Jaya Kusuma sengaja tidak dimasukan kedalam rok, tangan kirinya sibuk mengotak-atik ponsel bermerek Korea. Sementara tangan kanannya begitu lihai memainkan puntung rokok yang hampir habis.
Asap kepulan rokok, mengudara seisi ruangan bercat kuning, menjadikan sesak nafas bagi pemula candu batangan.
Melihat puntung rokok nyaris habis, segera ia memasukannya kedalam asbak. Lima batang nikotin dihabiskan, kembali mengecek sisanya dalam kotak kertas berwarna coklat. Habis, sontak menaikan amarahnya beberapa derajat.
"Ah, perasaan baru gue beli satu bungkus nih rokok."
Kembali mengontrol emosi nyaris meledak.
"Ini pasti ulah bocah tengil itu."
Gerutuannya memecah kesunyian rumah besar bergaya eropa. Diruangan itu hanya ada dirinya seorang.
Memang, tidak sendiri, pemilik rumah yang notabenenya adalah kepala perusahaan tambang di kota Banja, memperkerjakan karyawan sebanyak lima orang.
Para karyawan tersebut, dilarang berbicara dengan tuannya kecuali urusan kerja. Mereka diperbolehkan berbuat apa saja di pondok kecil samping rumah utama.
Alasannya cukup sederhana, tuan adalah orang terhormat sedangkan karyawan jauh dibawah mereka.
Prinsip tuan budak, hendak diberlakukan, namun era telah berganti hingga kesannya setengah jalan, walaupun begitu, masih kental akan penindasan status sosial.
Berbicara soal gaji, siapapun mendengar informasi ini, langsung berbesar hati agar kerja dirumah besar itu.
Bagaiman tidak, karyawan digaji lima juta cuma untuk bersih-bersih taman. Bahkan angkanya bisa mendekati puluhan juta bila mampu melakoni tiga pekerjaan sekaligus.
Ditambah lagi bonus asuransi kesehatan bagi keselamatan kerja para pekerja.
Kalau dipikir-pikir semua sudah sewajarnya berlaku, hanya saja sebagai mahkluk berperasaan, perlahan akan menyadari ketidakwajaran tersebut.
Kaki kanannya, diletakan diatas meja kaca bertaplakan kuning. Sementara kaki lainnya dinaikan keatas kursi.
Rok abu-abu ketat, menjadikan gerakannya sedikit kaku.
Dia adalah Ana Prastisia, pengejek Farid di perpustakaan.
Kehidupan amburadul seperti sekarang, mulai menjangkiti akal sehatnya semenjak kematian ibu sepuluh bulan lalu.
Terlebih lagi, sang ayah mulai menikah sama wanita lain. Menjadikan dirinya seolah sirna dimata ayah.
Status sebagai anak tunggal kini memperkeruh keadaan. Ana tidak mempunyai teman curhat selama dirumah.
Hal demikian mendorong dirinya mencari teman diluar rumah, sampai menjadikan kata "trouble maker" sebuah julukan baru untuknya.
"Goblok lo ngga pandai nyerang, bangsat."
"Aduh dasar tim bego, semua ngga tau main."
Ketikan demi kata meluapkan emosi mendidihnya. Memaki setiap anggota timnya dalam permainan Mobile Legend atau gaulnya ML.
"Ahh, siapa lagi nih yang nelpon."
Suara ponsel berdering, menghancurkan strategi sempurna untuk menyerang lawan ML.
"Kenapa,"
"Lo tau kan, bentar malam kita lakuin apa?. Inget jam 3 sore kita kumpul belakang sekolah, persiapan membobol tokoh emas...trus satu lagi, kata ketua, akan ada geng lain yang ikutan...makanya lo datang sebentar sekalian latihan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kehadiranmu
Подростковая литератураDua orang yang memiliki kebiasaan sama namun berbeda alasan. Farid selalu dihukum tidak mengikuti pelajaran, sering tidak datang sekolah dan membolos. Tidak jauh dengan Ana. Ia terus-terusan dihukum guru karena sikapnya yang indipsipliner. Namun...