Sajak Patah

Biarkan aku menyendu nanti juga hilang

Masih kelap-kelip lampu malam, bukan lagi kunang-kunang, karena kunang-kunang enggan begadang dalam cinta tanpa balasan. Tapi tidak denganku.

Aku hanya ingin mengenakan rasa tulusku padamu tanpa embel-embel kau bergelimang harta dan akan kurauk hartamu, tidak!. Aku terlalu sadar bahwa, aku mlarat harta, tapi aku kaya dalam cinta, aku yakin, karena hatiku lebih besar daripada nyaliku untuk mencinta hingga terluka.

Andai kau tahu laksana angin riyuh menyingkirkanku agar aku tak mencintaimu, tapi perasaan ini ada, walaupun tak layak untuk terluka. Tapi ku biarkan sejenak memuaskan cinta, tanpa memintamu membalasnya, aku tak minta itu. Hanya saja biarkan aku bersama rasaku yan kekeh untukmu. Bukan berarti aku bodoh karena terluka dalam cinta, bukan. Tapi, karena sekali lagi rasa tulu ini enggan untuk pergi. Biarkan untuk beberapa detik, menit, jam atau bahkan beberapa tahun. Hingga akhirnya ku lihat seseorang yang berani membebaskanku, aku tahu, seharusnya aku membebaskan diri. Namun, aku lupa jalannya ada di sebrang mana, atau mungkin sudah tertutup dengan dinding-dinding pilu yang membuatku enggan beranjak.
Suatu saat nanti, aku pasti sadar kalau aku begitu cerobohnya memberi cinta tulusku ini pada orang yang jelas-jelas salah. Tapi, biarkanlah itu nanti, sekarang aku ingin menikmat cintaku tanpa pamrih.

Hingga langit bosan memintal awan agar turun hujan, yang pasti aku takkan bosan, biarkan aku terus berjalan, aku tak meminta hatimu lagi, tapi jangan memaksakku untuk tidak mencintaimu.
Semakin aku memaksakan diriku berpura-pura melupakanmu, justru  membuatku akan semakin jatuh padamu. Biarkan ini mengalir adanya, seperti yang dikatakan semua orang, mengalir tanpa dibendung, karena tak ada sungai dibendung menjadi lautan.
Kau masih ada dibagian hatiku terdalam, meski namamu tak dapat menyingkirkan nama Tuhan dihatiku, tidak. Tapi nama hamba-Nya ada di salah satu bagian hatiku, dan masih.

Tangan mungil 13/12/17