Aku menatap cowok yang rambutnya agak kehijauan itu. Entah mengapa aku suka melihatnya. Lebih menyegarkan mata,bagiku. Dan saat itu juga aku membuang muka karena kedapatan sedang memperhatikan dirinya.
"Udah puas liatinnya?"pertanyaan itu terlontar dari mulut Darren. Membuatku menoleh tak percaya. Jadi dia udah tau kalo gue perhatiin dari tadi?,pikirku kesal."Pede."balasku,berbohong.
Tanpa aku sadari Darren berjalan mendekatiku,dan berjongkok didepanku yang sedang duduk di bangku rooftop. Kaki kirinya ia gunakan untuk menopang tubuh sedangkan kaki kanannya ia tekuk.
"Lo gak capek apa diem mulu?"celetuknya didepanku.
Aku meliriknya sekilas,kemudian menatap awan diatasku. Poniku yang panjangnya setelinga sedikit menutup pandanganku,tetapi aku membiarkannya.
Namun siapa sangka,Darren dengan tiba-tiba menyibak poniku dan menyelipkannya ke telinga. Membuatku dengan tanpa sadar menatapnya.
"Gak enak kalo lagi mandang sesuatu ada yang ngehalangin."jelasnya sambil tersenyum.
Aku hanya menatapnya datar,tanpa berniat ikut tersenyum walaupun hanya sekilas saja. Dan pandanganku kembali tertuju pada rambut Darren yang agak kehijauan. Ada sedikit poni yang menutupi dahinya,tapi tetap terlihat keren dan lucu.Eh?!Gue mikir apaan sih?!! Error nih otak gue!!,batinku meracau.
"Ngapain?"tanyaku datar.
"Apanya?"balasnya bingung. Aku menghela napas kesal,namun kutahan.
"Ngapain lo jongkok didepan gue?Ada tempat duduk itu digunain,jangan cuma diliatin."ujarku menjelaskan. Sedangkan cowok berambut hijau itu malah terdiam. Kemudian senyum manisnya terlihat.
"Lo udah ngomong lebih dari 10 kata,peningkatan yang signifikan."ucapnya sambil tetap tersenyum dan mengacak rambutku gemas.
Aku menepis kasar tangannya,tak suka diperlakukan seperti barusan. Sedangkan Darren,dia malah duduk di samping kananku kemudian merapikan rambutku yang sudah ia acak-acak. Aku akan menepisnya,tetapi tangannya yang kanan sudah menahan tanganku lebih dulu.
"Diem,"perintahnya sambil menatapku tajam. Aku balas menatapnya tajam,kesal. Kemudian dengan lembut ia merapikan rambutku hingga benar-benar rapi,meskipun tidak memakai sisir.Dia tersenyum melihat hasil karya tangannya yang rapi. Kemudian menatap si empunya.
"Cemberut mulu,napa sih?"tanya Darren,lalu menaikkan salah satu kakinya ke atas paha.
"Gak suka."jawabku cuek bin pendek.
Ia mengerutkan keningnya,namun tak berapa lama ia langsung membalas ucapanku.
"Salah sendiri punya tampang gemesin."
Sontak saja aku menoleh dengan pelototanku yang sangat kentara. Mendengus kesal dengan ucapannya barusan.
"Gak."dan Darren tersenyum saat melihat ekspresiku setelah berpaling dari wajahnya.
"Lo itu tambah cantik kalo lagi marah,gue suka ngeliatnya."ucapan yang tiba-tiba itu membuatku seperti terkena serangan jantung seketika.Tapi aku tidak memperlihatkan kalau aku sedang salah tingkah. Dengan ekspresi biasa,seolah-olah tak terjadi apa-apa aku memainkan ponsel androidku.
Menyibukkan diri dengan membuka aplikasi yang diminati banyak orang akhir-akhir ini,wattpad. Aku membaca sebuah cerita yang bergenre fiksi remaja. Sampai tak sadar kalau aku sudah ditinggal pergi oleh Darren,si cowok berambut hijau yang manis.
Aku terkejut saat seseorang merebut ponselku secara tiba-tiba. Dengan kesal aku menoleh,dan mendapati Michael menatapku dengan salah satu alisnya yang terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me
Teen FictionIni cerita tentang Alexa Ardian yang dikenal sebagai cewek dingin,cuek dan ketus kepada setiap orang. Tapi ini bukan cerita tentang Badgirl,atau cewek dingin seperti kebanyakan. Kalo kakak-kakak cantik and ganteng pengen tau kayak apa ceritanya,buru...