Satu

34 7 0
                                    


Sebuah pagi di kamar hotel


Sinar matahari menyusup masuk melalui celah jendela kamar hotel mewah, menggoda genit jiwa yang berada dalam dunia mimpi. Suara nyanyian burung bersahutan mewarnai pagi yang cerah. Sesosok tubuh pria mulai bergerak dan beranjak dari peraduannya, disibakkannya selimut yang membungkus tubuh yang telanjang.

Kulihat selembar kertas yang tergeletak di meja kamar, kubaca pesan yang tertulis di atasnya. "Terima kasih untuk malam yang sangat menyenangkan, kapan-kapan kita ulangi lagi ya, sengaja kamu tidak aku bangunkan, kasihan kamu mungkin kamu kecapekan. Love you babe".

Kuremas kertas itu. Kubuang ke tempat sampah, kulirik jam di dinding sudah jam sembilan pagi. Aku harus segera bergegas untuk ke kampus. Dengan cekatan pria itu memakai bajunya kembali.

"Hufft.... malam yang melelahkan," kataku dalam hati. Kususuri pintu keluar kompleks hotel mewah ini, semua biaya sewa kamar telah dibayar oleh orang yang mengajakku. Ku-starter motorku dan aku bersiap untuk meninggalkan tempat itu.

Drrrrrrrrrrrrrdddd, ponselku bergetar. Dengan sigap kupinggirkan motorku di tepi jalan. Kuambil ponsel dari saku celana. Kulihat layar ponsel, satu pesan baru terpampang.

Dari: Elon

Satria, kul Introduction to English Literature jam 10:00 dibatalkan untuk hari ini, si prof lagi ke luar kota.

Pilihan. Balas. Balas dengan pesan teks

Untuk: Elon

Thanks dear for da info. Kebetulan banget aku belum sempat mandi. Ini aja masih di jalan baru mau balik ke kos.

Pesan terkirim.

Sepersekian detik kemudian ponselku bergetar lagi, dua pesan baru terpampang di layar.

Dari: Sammy

Pagi cakep, gimana udah bangun? Semalam kamu hebat banget maennya.... Sayang ntar ketemu ya.

Dengan segera kuhapus pesan teks dari nomor itu, tak perlu dibalas! Kubaca pesan ke dua

Dari: Elon

Dari mana aja kamu? Semalam nggak pulang ya??? Lembur atau nglayap tu??

Pilihan. Balas. Balas dengan pesan teks

Untuk: Elon

Ada aja lah babe.... Udah ya aku mau pulang. Capek!!!!! Masih ngantuk!!!! Pengen buru-buru sampai kosan. See ya.......

Pesan terkirim.

Dari: Elon

Babe??? Apaan ini?? Kamu mabuk atau masih ngantuk ya?

Tak ada balasan untuk Elon.

Ku-starter lagi motorku. Kumasukkan ponselku ke dalam tas. Kupacu motorku dengan kecepatan tinggi, badan ini terasa sudah lengket dengan keringat dan bekas cairan kenikmatan yang melekat di tubuh. Aku bersenandung di atas motor untuk menghela rasa jenuh. Pikiraanku melayang, saat ini jiwaku seakan pergi meninggalkan raga ini.

"Babe? Sialan aku lupa tadi ngirim SMS ke Elon. Selalu saja kebawa kata itu. Kebiasaan kalau SMS-an sama si dia.

Aku tak menyadari jalanan basah, bekas hujan yang baru saja berhenti. Aku masih memacu motorku dengan kecepatan tinggi. Jalan mulai berbelok, dan aku baru menyadarinya. Pohon-pohon rimbun di tepi jalan menghalangi pandanganku. Aku tak bisa lagi mengendalikan motor. Dan akhirnya aku pun terjatuh dari motor.

"Shit!!!" umpatku sambil mencoba bangun dan menyingkirkan motor yang menimpa tubuhku.

Ada apa denganku ini? Apakah ini balasan dari semua perbuatanku? Pertanyaan-pertanyaan gak penting itu melintas di benakku. Ku-standarkan motorku saat aku berhasil menyingkirkannya dari tubuhku. Kuperiksa semua bagian motorku, berharap cemas agar tak ada kerusakan yang fatal. "Okay!!! Gak ada", pekikku senang.

Kini kuperiksa tubuhku, mencoba mencari adakah luka yang muncul di tubuhku. "Gak ada, syukurlah!" desisku, "tunggu, kurang ajar kenapa dia harus ninggalin bekas merah di leherku?? Aku udah pernah bilang sama dia aku gak suka yang kayak gini! Sial!!!" kataku sambil melihat bayanganku di spion.

Kulihat pemandangan di sekelilingku, cukup menarik dan menyegarkan mata. Kulihat pepohonan yang rindang menghiasi tanah kosong di seberang jalan. Kulangkahkan kakiku menuju tempat itu, tapi kuurungkan niatku saat aku menyadari kalau tempat itu adalah sebuah kompleks pemakaman yang telah lama terbengkalai.

***

Kulempar tasku ke atas kasur, dan dengan segera aku menuju kamar mandi. Setelah selesai aku cepat-cepat menuju ke kampus untuk menemui Elon untuk bertanya padanya apakah ada sesuatu yang penting tengah terjadi di kampus saat aku belum berada di situ.

Kuhampiri Elon yang tengah duduk di pojokan dekat tangga sambil memeluk kedua kakinya. Wajahnya tampak begitu amburadul, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Tapi tidak biasanya dia pasang muka seperti itu. Apakah dia marah saat menerima SMS-ku tadi? Aku hanya bisa menebak dalam hati dan berharap semuanya akan berjalan seperti biasanya.

"Ngapain kamu?" sapaku.

Elon hanya menggelengkan kepalanya tak menjawab.

"Kamu sakit?" tanyaku sambil mendekatinya.

Kuusap dengan halus keningnya. Nggak panas. Dia baik-baik saja. Kuacak-acak rambutnya untuk mengetahui reaksinya. Tak ada reaksi. Pikiran-pikiran aneh mulai hinggap di benakku. Jangan-jangan dia kesambet? Kerasukan setan mana kira-kira ya? Gak biasanya dia seperti ini.

"Okay, Elon, kamu lagi puasa ngomong ya? Atau lagi sariawan?" kataku dengan nada konyol.

Dilirikkannya kedua matanya ke arahku. Rambut yang aku acak-acak tadi jatuh tak beraturan dan menutupi kelopak matanya. Tapi aku masih bisa melihat dengan jelas lirikannya. "Akhirnya dia ngerespon juga," batinku.

Aku kemudian duduk di sampingnya, tanpa banyak bicara dan memang karena aku sudah malas dari tadi dikacangin melulu. Kurasakan sesuatu jatuh di bahuku. Kuintip dari ekor mataku, ternyata kepala Elon sedang bersandar di bahuku. Kuusap dengan halus lagi kepalanya.

"Kalau ini ngebikin kamu ngerasa lebih baik, aku gak apa-apa kamu jadiin sandaran Lon," kataku lirih.

Satu jam berlalu, dan masih gak ada kata-kata yang meluncur dari mulut Elon. Bahuku sudah mulai pegal. Aku sudah gak tahan lagi duduk dan aku harus berdiri saat itu juga. Tapi aku tak rela melakukannya.

Kuambil ponselku dari saku celana, dengan hati-hati kupotret Elon yang masih bersandar. Aku hanya ingin melakukannya. Mengabadikan momen saat Elon berada sangat dekat denganku. Saat aku bisa mendengar detak jantungnya begitu dekat.

"Kamu ngapain? Kamu gak macem-macem sama akukan?" kata-kata itu membuyarkan lamunanku. Ponsel yang masih kupegang nyaris saja jatuh saking terkejutnya aku.

"Sadar juga kamu Lon. Kirain kamu ketiduran", timpalku.

"Setengah bermimpi," ucap Elon sambil memegang kepalanya.

"Mimpi apa??? Mimpi enak gak??" gurauku.

"Enak banget, saking enaknya aku mau nonjok kamu!!!"

Setelah itu hanya tawa yang tersisa. Kulihat wajah Elon kembali cerah dan aku berharap esok hari akan sama.

"Makasih, Sat," ucapnya pelan saat kami bersiap untuk pulang.

"Kembali kasih," jawabku spontan.

BianglalaWhere stories live. Discover now